"Kawan mu berani mengganggu teman wanita ku. Aku terpaksa memberinya sedikit pelajaran agar ia tidak berbuat seenaknya di masa depan", jawab Panji Rawit enteng.
Sudiro menoleh ke arah Bethak yang meringis kesakitan sembari memegangi tangan nya yang dipelintir oleh Panji Rawit. Tak terima melihat hal yang menimpa saudara satu kelompok nya, Sudiro yang merupakan pimpinan dari Empat Berewok dari Lembah Trenggiling ini langsung menunjuk ke arah Panji Rawit.
"Dasar kurang ajar! Kau berani menghina anggota Empat Berewok dari Lembah Trenggiling..!!
Kalau kau memang jagoan, ayo kita selesaikan di luar secara jantan!! ", Sudiro mengayunkan tangannya ke arah halaman samping warung makan yang luas sebagai bentuk tantangan pada Panji Rawit.
Tentu saja Panji Rawit segera melangkah keluar begitu tantangan dia terima. Sebab pantang bagi seorang pendekar menolak tantangan dari pendekar lainnya, begitu ajaran Resi Sampar Angin gurunya kala ia, berburu di Pertapaan Widarakandang.
Sudiro langsung mengikuti nya begitu juga dengan Bethak, Renggong dan Ki Banjar Keting. Pramodawardhani pun ikut mengekor di belakang mereka. Para pengunjung warung makan tanpa terkecuali seperti lelaki paruh baya dan dua murid nya dan juga lelaki tua seperti seorang pendeta ini pun tak mau ketinggalan ikut menonton. Suasana warung pun berubah menjadi ramai di satu sisi.
Sesampainya di halaman samping warung makan, Sudiro yang kondang dengan sebutan Si Golok Maut langsung mencabut senjata nya berupa sebilah golok yang berwarna putih mengkilat. Dia langsung melakukan kembangan ilmu silatnya.
Sementara itu, Panji Rawit dengan tenang melakukan kembangan ilmu silatnya, mempersiapkan kuda-kuda dengan benar lalu berdiri tegak sembari memberikan isyarat kepada Sudiro untuk maju. Melihat itu, Sudiro mendengus keras lalu melompat ke arah Panji Rawit sembari mengayunkan goloknya ke arah leher lawan.
"Putus kepala mu, bajingan....!!!! "
Shhhhrrrreeeeeeeeettttttt....
Panji Rawit berkelit ke samping kanan lalu dengan cepat menangkap pergelangan tangan Sudiro. Dia segera melayangkan tapak tangan kiri nya ke arah rusuk lawan. Sudiro melihat itu dan langsung memapak dengan serangan serupa. Begitu serangan ini di patahkan, Panji Rawit segera menarik pergelangan tangan Sudiro. Sentakan keras ini membuat Sudiro oleng dan Panji Rawit dengan cepat memutar tubuhnya seraya melayangkan sikutan keras ke pinggang Sudiro.
Dhhhhiiiiiiiiieeeeeesshhh...
Ooooooouuuuuuugggghhhh!!!
Kerasnya sikutan keras Panji Rawit membuat Sudiro langsung terjungkal. Namun lelaki berewok ini segera bangkit dengan penuh amarah.
"Bajingan tengik!!! Aku cincang tubuh mu..!! ", setelah menggembor murka, Sudiro menyalurkan tenaga dalam nya pada golok dan kembali menerjang ke arah Panji Rawit. Pertarungan seru antara mereka pun kembali terjadi.
Penonton yang memadati tepian halaman samping warung makan itu semakin bersemangat melihat pertarungan antara kedua pendekar. Mereka terus berkomentar tentang kedua pendekar bahkan mulai membuat pertaruhan tentang siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
"Guru, menurut mu diantara mereka siapa yang akan keluar sebagai pemenang nya? ", tanya murid perempuan lelaki paruh baya yang sedari tadi terus saja mengawasi pertarungan antara Panji Rawit dan Sudiro.
Ia adalah Pramesthi, murid dari Pendekar Lengan Seribu Ki Mandrakumara si lelaki paruh baya yang sejak awal mengikuti apa yang terjadi di warung makan ini. Lelaki paruh baya ini bukanlah pendekar sembarangan karena ia adalah salah seorang guru dari pejabat menengah di Istana Medang Sawit. Sedangkan pemuda yang mengikuti nya adalah Danarmaya, putra dari muridnya yang telah belajar kepada nya selama hampir 6 tahun lamanya. Tiga orang ini bukanlah orang sembarangan.
"Pemuda ini kokoh kuda-kuda nya, memiliki kecepatan dan kelincahan yang tergolong tinggi. Menurut ku, ia yang akan mengalahkan si berewok itu dalam 10 jurus ke depan", ungkap Ki Mandrakumara yang membuat Pramesthi dan Danarmaya muridnya langsung menatap ke arah pertarungan antara Panji Rawit dan Sudiro tanpa berkedip.
Dan benar saja...
Shhhhrrrreeeeeeeeettttttt dhhhaaaaaassshh..
Aaaaaaaauuuuuuuggghhhh!!!
Sudiro kembali jatuh terjengkang setelah satu hantaman tapak tangan kanan Panji Rawit telak menghajar dadanya. Tubuhnya keras menyusruk tanah halaman samping warung makan itu.
Hooooooooeeeeeeggghhhh!!
Darah segar keluar dari muntahan Sudiro. Sepertinya hantaman keras Panji Rawit tadi melukai organ dalamnya. Melihat hal ini, Ki Banjar Keting, Renggong dan Bethak langsung melesat ke arah Panji Rawit lalu mengepungnya dari tiga sisi yang berlawanan.
Melihat itu, Pramodawardhani tak tinggal diam dan langsung ikut ke pertarungan dengan berdiri di belakang Panji Rawit. Mereka saling memunggungi sembari menatap tajam ke arah tiga anggota kelompok pendekar itu.
"Mau main keroyok ya? Kakang Panji Rawit, kita hadapi mereka bertiga bersama-sama.. ", ucap Pramodawardhani dengan lantang.
Pertarungan dua lawan tiga pun segera terjadi. Panji Rawit dan Pramodawardhani kompak dalam bertahan dan menyerang. Mereka berdua bahu membahu menghadapi serangan anggota Empat Berewok dari Lembah Trenggiling itu.
Tentu saja kata Panji Rawit yang ia ucapkan sontak mengejutkan semua orang. Termasuk kakek tua berpakaian seperti seorang pendeta agama ini. Dia langsung manggut-manggut mengerti.
'Pantas saja aku merasa mengenal ilmu meringankan tubuh milik pemuda ini. Ajian Langkah Dewa Angin di dunia persilatan Bumi Jawadwipa ini hanya milik adik seperguruan ku Sampar Angin. Jelas ia adalah murid dari si bengal tak tahu aturan itu.
Waktu ku tidak banyak. Sepertinya hanya dia yang pantas mewarisi ilmu kanuragan yang aku miliki.. ', batin lelaki tua berpakaian pendeta itu sambil mengurut dada.
Di sisi lain, nama Panji Rawit yang diucapkan oleh Pramodawardhani sontak membuat Danarmaya dan Pramesthi berbisik kepada Ki Mandrakumara.
"Guru, pemuda itu ternyata adalah Panji Rawit, buronan Adipati Aji Wiraprabhu dari Lwaram. Guru harus cepat bertindak kalau tidak hadiah besar untuk kepalanya akan menjadi milik keempat orang berewok itu", bisik Danarmaya segera.
" Benar kata Kakang Danarmaya, guru..
Sebaiknya guru segera menangkap orang itu dan diserahkan kepada pihak pemerintah Kadipaten Lwaram. Tak perlu memenggalnya, asal dia masih hidup pemerintah Lwaram tidak akan mempermasalahkannya ", timpal Pramesthi seraya menatap wajah Ki Mandrakumara.
" Baiklah, aku ikuti apa mau kalian berdua.. ", balas Ki Mandrakumara yang membuat Danarmaya dan Pramesthi tersenyum puas.
Segera Ki Mandrakumara bersiap-siap untuk ikut campur dalam pertarungan Empat Berewok dari Lembah Trenggiling dan Panji Rawit serta Pramodawardhani. Akan tetapi, tiba-tiba ia merasakan tekanan berat yang membuatnya hampir saja terjatuh. Bersamaan dengan itu, sebuah suara terngiang di telinga Sang Pendekar Lengan Seribu.
'Jangan pernah berpikir untuk ikut campur dalam pertarungan itu, Pendekar Lengan Seribu jika kau tidak ingin bertarung melawan ku'
Mendengar suara itu, Ki Mandrakumara cepat mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat itu dan ekor matanya langsung terpaku pada sesosok lelaki tua berpakaian putih yang berdiri 4 tombak jauhnya dari tempatnya berdiri.
'Maharesi Girinata??!!
Kaukah itu? ', ucap Ki Mandrakumara dengan suara batinnya.
'Sepertinya kau mengenali ku. Benar, aku Maharesi Girinata. Pemuda yang bernama Panji Rawit itu adalah murid dari adik seperguruan ku. Aku akan membawanya pergi setelah ini. Aku minta kau tak ikut campur atau aku tidak akan segan-segan untuk mengadu kesaktian dengan mu', kembali suara itu terngiang-ngiang di telinga Ki Mandrakumara. Segera Ki Mandrakumara mengangguk dan tekanan yang ia terima pun langsung lenyap seketika. Pendekar paruh baya itu langsung menghela nafas lega.
Panji Rawit yang sudah merapal mantra Ajian Panglebur Bumi, langsung melesat ke arah Ki Banjar Keting. Melihat datangnya serangan ini, Renggong langsung berdiri di belakang Ki Banjar Keting sambil menyalurkan tenaga dalam nya ke punggung lelaki berjenggot putih itu yang hendak menahan hantaman Panji Rawit.
Hiiiiiyyyyyyaaaaaaaaaattttttttt....
Dhhhuuuuuuuaaaaaaarrrrrrrrr!!!!
Ledakan dahsyat terdengar saat cahaya hijau kebiruan Ajian Panglebur Bumi di telapak tangan kanan Panji Rawit membentur cahaya merah kehitaman dari Ki Banjar Keting. Debu dan asap langsung menyebar menutupi pandangan semua orang.
Saat itulah, sosok kakek tua berpakaian pendeta itu melesat ke dalam kepulan asap dan debu. Gerakannya sungguh cepat, hanya pendekar berilmu tinggi saja yang bisa melakukan nya. Saat asap dan debu itu menghilang, sebuah pemandangan mengerikan terlihat.
Tubuh Ki Banjar Keting separuh hangus seperti baru terbakar api sedangkan Renggong mencelat hampir 2 tombak di belakang nya. Darah mengalir keluar dari mulut, hidung dan matanya. Bisa dipastikan bahwa dua anggota Empat Berewok dari Lembah Trenggiling ini tewas karena terkena Ajian Panglebur Bumi.
Sementara itu, sosok Panji Rawit dan Pramodawardhani nampak sudah tidak ada di tempat itu. Mereka telah menghilang bagai ditelan bumi.
Pramesthi langsung mendekati Ki Mandrakumara begitu tahu Panji Rawit sudah hilang dari tempat itu. Segera ia berkata,
"Guru, Panji Rawit sudah kabur. Kita harus mengejarnya.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Yahhhh itu berdua belum makan main diseret aja sama Maharesi Girinata!
2025-01-15
0
♣AviSa♣
ngilu banget ngebayangin nya, pinggang ditendang keras beuuh
2025-02-14
0
Bejo Sugio
lanjut kang..
2025-01-01
2