Hutang Budi

Panji Rawit menoleh ke arah Pramodawardhani dan Pangkaja setelah mendengar berita ini. Melihat anggukan kepala halus dari Pangkaja, Panji Rawit seolah mengerti apa yang harus ia lakukan.

"Kau kembalilah dulu ke perguruan. Aku akan bersiap-siap", ucap Panji Rawit yang membuat si murid Perguruan Pedang Perak ini segera mengangguk hormat sebelum bergegas meninggalkan tempat itu.

" Menurut kalian apa yang harus kita lakukan sekarang? ", kembali Panji Rawit menatap dua orang seperguruan itu meminta pertimbangan.

" Urusan Perguruan Pedang Perak bukanlah urusan kita. Tidak baik terlalu ikut campur dalam urusan orang lain.

Menurut ku lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini sebelum semuanya terlambat. Kamu juga baru saja pulih Panji Rawit, bertarung lagi akan membuat luka mu yang belum sembuh benar itu kembali menyakitkan ", ungkap Pangkaja menyampaikan pendapat nya.

" Tapi sebagai pendekar, kita tidak boleh berpangku tangan saat melihat angkara murka merajalela di muka bumi, Kakang Pangkaja..

Meskipun aku tidak menyukai Rara Kartikawati, akan tetapi sedikit banyak ia telah membantu Kakang Panji Rawit memulihkan diri. Aku tidak ingin ada hutang budi antara kami. Jadi saat ini aku lebih setuju untuk membantu nya sebelum pergi dari tempat ini", sahut Pramodawardhani segera.

"Menyinggung Akuwu Tanjungsari sangat berbahaya, adik ku. Ia adalah sepupu Adipati Lwaram, Aji Wiraprabhu. Apa kau ingin bermusuhan dengan pihak Lwaram?", tukas Pangkaja sembari menatap heran ke arah Pramodawardhani.

"Aku tidak perlu takut, Kakang Pangkaja.. Apa kakang lupa kalau aku adalah anak dari pejabat pemerintah Kerajaan Medang?

Bagaimanapun juga, Adipati Aji Wiraprabhu akan berpikir dua kali untuk bermasalah dengan pejabat Istana Medang Sawit di Kotaraja Tamwlang hanya untuk membela sepupunya yang bertindak semena-mena. Jadi kita tak perlu takut menghadapi orang-orang Pakuwon Tanjungsari", pungkas Pramodawardhani yang membuat Pangkaja menghela nafas berat.

"Karena sudah diputuskan, maka kita akan membantu Perguruan Pedang Perak. Setelah ini rampung aku akan ke Padepokan Pandan Alas untuk mencari tahu siapa orang yang terlibat dalam pembantaian keluarga ku", ucapan Panji Rawit membuat Pramodawardhani mengangguk mengerti. Mereka bertiga segera bergegas meninggalkan tempat itu menuju ke Perguruan Pedang Perak yang tak jauh dari sana.

Di Perguruan Pedang Perak, pertarungan sengit antara orang-orang Pakuwon Tanjungsari dan para murid Perguruan Pedang Perak telah berlangsung saat Panji Rawit datang. Tanpa pandang bulu, mereka langsung membantu para murid Perguruan Pedang Perak yang sedang di keroyok oleh para prajurit Pakuwon Tanjungsari.

Mata Panji Rawit cepat menyisir seluruh tempat itu dan melihat Rara Kartikawati sedang menghadapi seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian bangsawan yang tak lain adalah penguasa Pakuwon Tanjungsari, Akuwu Mpu Sambi. Segera Panji Rawit bergegas mendekati pertarungan mereka.

"Apa kau benar-benar ingin melihat tempat ini rata dengan tanah, Kartikawati?!

Hehehehe, asalkan kau bersedia menjadi istri kelima ku, aku akan membiarkan perguruan busuk mu ini tetap berdiri bahkan aku akan membangun nya menjadi lebih megah. Bagaimana? Kau bersedia? ", senyuman licik tersungging di bibir Mpu Sambi.

" Tua bangka tak tahu diri!! Siapa juga yang sudi menjadi gundik mu hah?!

Phhuuuiiiiihhhhhhh....!

Bahkan jika semua laki-laki di dunia ini habis dan hanya kau yang ada, aku pun tetap pada pendirian ku.. ", tegas Rara Kartikawati yang seketika membuat darah di kepala Akuwu Mpu Sambi mendidih.

" Perempuan sialan!!!! Jangan kira karena kau punya wajah cantik lantas seenaknya menghina orang hah?!!

Baik... baiklah Kartikawati! Jangan salahkan aku bersikap kejam kepada mu.. ", sembari membentak marah, Akuwu Mpu Sambi segera menghunus keris di pinggangnya. Setelah melakukan beberapa kembangan ilmu silat, lelaki paruh baya itu segera menerjang ke arah Rara Kartikawati.

Dengan penuh nafsu membunuh, Akuwu Mpu Sambi segera menusukkan kerisnya ke arah putri Mpu Kartikabuana itu. Kartikawati menyambutnya dengan tebasan pedang bergagang perak miliknya dan pertarungan sengit antara mereka pun segera terjadi.

Thhhrraaaaaannngggg thhhrrrriiiiiiiinnnggg...

Plllaaaaaaakkkkk dhhaaaassshhh dhhaaaassshhh!

Rara Kartikawati memang pendekar wanita yang hebat. Meskipun dia di serang Mpu Sambi dengan ganas, akan tetapi ia tetap tenang menghadapi nya. Dua puluh jurus berlalu dengan cepat.

Shhreeeeeeettttttt...

Kuda-kuda Rara Kartikawati sedikit goyah setelah menghindari sabetan keris di tangan kanan Akuwu Mpu Sambi. Putri dari pimpinan Perguruan Pedang Perak ini terhuyung-huyung mundur walaupun masih belum jatuh.

Dari ekor mata nya Akuwu Mpu Sambi melihat hal ini. Dia langsung meraup tanah di bawahnya dan melemparkan nya ke arah Rara Kartikawati.

Whhhuuuuuuuuusshhh!!

Aaaaaauuuuuuuggggghhhhh..!!

Lemparan debu dan tanah ini membuat mata Rara Kartikawati kelilipan. Akuwu Mpu Sambi menyeringai lebar sembari melesat ke arahnya. Lalu pimpinan Pakuwon Tanjungsari ini segera memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras beruntun ke perut perempuan cantik itu.

Bhhhuuuuggghh bhhhuuuuggghh..

Aaaaaaarrrrrrrgggghhh...!!

Jeritan keras Rara Kartikawati terdengar berbarengan dengan tubuhnya yang terpental ke belakang. Saat itulah Panji Rawit menyambar pinggang nya yang hampir menyusruk tanah. Adegan ini membuat mata Rara Kartikawati terpaku pada wajah tampan Panji Rawit dan jantung perempuan cantik itu seketika berdebar kencang.

"Kau baik baik saja? ", ucapan Panji Rawit seperti suara bidadara dari kahyangan yang terdengar merdu di telinga Rara Kartikawati.

" B-baik baik saja iya baik-baik saja.. ", jawab Rara Kartikawati dengan penuh kegugupan. Mendengar nya Panji Rawit tersenyum lega dan menurunkan tubuh Rara Kartikawati di sebelah nya. Setelah itu ia menoleh ke arah Akuwu Mpu Sambi yang melotot ke arah nya.

" Aku paling tidak suka melihat seorang lelaki menindas seorang perempuan. Kakek tua, aku sarankan kau lekas pergi dari sini. Jika kau membandel, maka aku tidak akan segan-segan untuk menghajar mu.. ", tegas Panji Rawit yang membuat Akuwu Mpu Sambi meradang. Sementara Rara Kartikawati terkekeh kecil mendengar sebutan kakek tua bagi penguasa Pakuwon Tanjungsari itu.

" Bocah keparat..!! Kau memanggil ku apa? Kakek tua?!! Kapan aku menikah dengan nenek mu hah?!

Minggir kau! Jangan ikut campur urusan ku..!! Perempuan itu calon istri kelima ku, apa yang aku lakukan itu bukan urusan mu..", balas Akuwu Mpu Sambi ketus.

"Tua bangka cabul..!! Rupa-rupanya kau benar-benar bosan hidup ya. Aku tidak keberatan untuk mengantar mu menemui Dewa Yamadipati!! "

Setelah menggembor buas, Panji Rawit segera melesat cepat ke arah Akuwu Mpu Sambi. Kecepatan nya yang luar biasa membuat Akuwu Mpu Sambi sampai kaget karena tiba tiba pemuda ini muncul di hadapannya sembari melayangkan tendangan keras ke perutnya.

Dhhiiiieeeeeeeesssssshhhh..

Ooooooouuuuuuugggghhhhhh!!!

Tubuh Akuwu Mpu Sambi mencelat jauh ke belakang. Belum sempat tubuhnya menyentuh tanah, lagi-lagi Panji Rawit muncul di sampingnya sembari melayangkan kepalan tangannya ke arah rusuk kiri sang akuwu.

Bhhhuuuuggghh krreeeeekkk!!!

Aaaaaaarrrrrrrgggghhh..!!!!

Suara seperti tulang patah terdengar kala kepalan Panji Rawit telak menghujam rusuk lelaki tua itu. Jelas tulang rusuk kiri nya retak atau patah. Akibat serangan serangan ini, tubuh tua Akuwu Mpu Sambi berubah arah dan jatuh menghujam tanah. Darah segar langsung muncrat keluar dari mulut penguasa Pakuwon Tanjungsari ini.

Mata Akuwu Mpu Sambi melebar penuh ketakutan kala ia melihat Panji Rawit berjalan mendekati nya. Dia berusaha keras untuk menjauh.

"Ja-jangan mendekat. A-aku aku mengaku kalah. Ampuni nyawa ku pendekar.. ", hiba Akuwu Mpu Sambi dengan wajah takut. Dia benar-benar tak pernah menyangka bahwa pemuda yang masih sepantaran dengan anak sulungnya ini memiliki kemampuan kanuragan yang tinggi.

" Suruh orang-orang mu berhenti, kalau tidak...

Glleetttuuukkk glleetttuuukkk glleetttuuukkk! "

Suara gemerutuk dari kepalan tangan Panji Rawit jelas bukan hanya untuk menakut-nakuti. Akuwu Mpu Sambi langsung berteriak keras dan para prajurit nya seketika menghentikan serangan.

"Pergi kalian sekarang juga!! Jika di kemudian hari aku mendapati kalian membuat masalah di Perguruan Pedang Perak, aku akan datang mencari mu dan mencabut nyawa kalian satu persatu.. "

Mendengar ucapan Panji Rawit, Akuwu Mpu Sambi segera bangkit dari tempat jatuhnya dan segera bergegas meninggalkan perguruan itu meskipun dengan langkah kaki pincang. Para pengikutnya pun segera mengekor di belakang nya.

Setelah kepergian Akuwu Mpu Sambi, Panji Rawit bersama dengan Pramodawardhani dan Pangkaja mendekati Rara Kartikawati yang berdiri di samping beberapa murid Perguruan Pedang Perak.

"Hutang budi kami pada kalian sudah impas. Karena itu, ijinkan kami untuk pergi. Kami mohon pamit.. ", ucap Panji Rawit sebelum berbalik badan dan melangkah meninggalkan tempat itu. Wajah cantik Rara Kartikawati langsung muram karena sedih.

Namun belum sempat Panji Rawit keluar dari pintu gerbang Perguruan Pedang Perak, Rara Kartikawati berteriak lantang,

"Kakang Panji Rawit, setelah ayah ku kembali sehat dan semua urusan Perguruan Pedang Perak selesai,

Aku pasti akan mencari mu..!! "

Terpopuler

Comments

Hariono Hariono

Hariono Hariono

itu pramudyawardani melarang panji rawit dekat dengan kartikawati, tidak masuk akal, sudah tahu kalau sayembara tanding siapa yang menang , dapat hadiah kartkawati

2024-12-11

2

Hariono Hariono

Hariono Hariono

itu pramudyawardani tidak masuk akal, sudah tahu kalau sayembara tanding siapa yang menang akan dapat kartkasari kenapa panji rawit di larang jadi istrinya

2024-12-11

2

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Panji Rawit tidak harus menikahinya, karena dia tidak mengalahkan Widura! Kan sayembaranya adalah siapa yang mengalahkan Widura akan mempersunting Rara Kartikawati.. alibi! Kelihatannya Panji juga suka tuhhhh ..

2025-01-15

0

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!