Saingan

Seorang murid Padepokan Pandan Alas yang juga merupakan pimpinan para murid yang mengiringi perjalanan Mpu Layang dan Sasongko, Sastra, langsung berteriak lantang.

"Kawan-kawan, ayo kita balas dendam atas kematian Guru dan Denmas Sasongko!!!"

Mendengar perintah Sastra, sembilan orang murid Padepokan Pandan Alas langsung menerjang ke arah Panji Rawit yang di lindungi oleh Pramodawardhani dan Pangkaja. Mereka langsung menyerang dengan membabi buta.

Shhrrraaaaaaaakkk shhrrraaaaaaaakkk!!

Pangkaja dengan gesit bergerak menghindari serangan empat murid Padepokan Pandan Alas yang menerjang ke arah nya. Sastra yang mengandalkan ilmu silat Cakar Rajawali Melebur Gunung memburu Pangkaja yang ia anggap sebagai penolong musuh.

Tapi Pangkaja bukanlah pendekar kemarin sore yang bisa dijatuhkan dengan mudah. Bagaimanapun juga, ia adalah murid tertua Begawan Ciptaning, seorang pendeta sakti mandraguna dari Gunung Wilis. Meskipun tidak terlalu cerdas dalam menyerap ilmu Begawan Ciptaning, akan tetapi Pangkaja telah menguasai dasar-dasar ilmu silat pendeta sakti itu selama bertahun-tahun.

Dengan cerdas, Pangkaja berkelit menghindari cakaran tangan Sastra yang mengincar lehernya lalu memegang bahu Sastra dari belakang dan melayangkan tendangan keras ke arah dua murid Padepokan Pandan Alas yang menyerang dari belakang.

Dhhaaasshhh dhhaaasshhh..

Oooouuuuuuggggghhh!!!

Tendangan keras dari Pangkaja menghajar dada mereka dan membuat dua murid Padepokan Pandan Alas itu langsung jatuh terjengkang sambil melengguh kesakitan. Pangkaja lalu tertawa terkekeh kecil melihat mereka yang terjatuh dan segera melesat ke arah seorang murid lainnya yang masih berdiri. Pertarungan satu lawan empat ini terlihat seperti seorang pendekar yang sedang bermain-main.

Di sisi lain, Pramodawardhani dengan gagah berani menghadapi 6 murid Padepokan Pandan Alas yang mengepung dia dan Panji Rawit. Perempuan cantik yang mendapat julukan sebagai Perawan Lembah Wilis ini memang bukanlah pendekar perempuan biasa. Dalam beberapa gebrakan saja, dua murid Padepokan Pandan Alas sudah terjungkal mencium tanah halaman Perguruan Pedang Perak,

Whhhuuuuuuuuuutttt shhreeeeeeeeettt..

Pllllaaaakkkkkk dhhaaasshhh dhhaaasshhh!!

Lagi-lagi, dua orang murid Padepokan Pandan Alas harus tersungkur dengan gigi rompal dan bibir berdarah setelah sikutan Pramodawardhani telak menghajar mulut mereka.

Dua orang murid Padepokan Pandan Alas lainnya memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang ke arah Panji Rawit yang sedang terluka parah. Akan tetapi mereka salah perhitungan.

Panji Rawit dalam keadaan seperti itu masih sanggup melawan kedua murid Padepokan Pandan Alas itu. Segera ia menghindari serangan-serangan mereka berdua. Dua jurus kemudian Panji Rawit lalu dengan cepat memutar tubuhnya sembari menghantam punggung keduanya dengan sekuat tenaga.

Bhhuuuuuugggghhh bhhuuuuuugggghhh!!

Aaaauuuuuuuggggghhhhh!!!

Keduanya langsung terjungkal di sebelah kawan nya ya baru dijatuhkan oleh Pramodawardhani. Sepuluh jurus, para murid Padepokan Pandan Alas berhasil dibuat tak berdaya oleh Panji Rawit, Pangkaja dan Pramodawardhani. Meskipun tidak ada yang terbunuh, akan tetapi memar dan lebam di beberapa bagian tubuh mereka juga bibir pecah dan berdarah serta beberapa gigi yang rontok menjadi bukti bahwa para murid Padepokan Pandan Alas bukanlah lawan yang seimbang dengan ketiga pendekar itu.

Kekacauan di arena sayembara tersebut yang diawali dengan kematian Sasongko, di lanjutkan dengan pengkhianatan Guninglaya dan terbunuhnya Mpu Layang sang pimpinan Padepokan Pandan Alas langsung diselesaikan oleh Rara Kartikawati dengan membubarkan sayembara. Para penonton langsung membubarkan diri juga para murid Padepokan Pandan Alas yang masih bisa berjalan cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

Guninglaya tewas setelah dikeroyok oleh para murid Perguruan Pedang Perak yang pernah dia latih sebelumnya. Pengkhianatan Guninglaya pada Mpu Kartikabuana membuat mereka tidak terima dan langsung merajam tubuh Guninglaya dengan pedang dan panah hingga kakak seperguruan Mpu Kartikabuana itu tewas dengan luka yang dideritanya.

Dipapah oleh Pangkaja dan Pramodawardhani, Panji Rawit bermaksud untuk meninggalkan Perguruan Pedang Perak akan tetapi langkah mereka langsung terhenti setelah Rara Kartikawati menghadang pergerakan mereka bertiga.

"Kalian mau kemana? ", tanya Rara Kartikawati seraya menatap ke arah mereka bertiga.

" Acara ini sudah selesai. Kakang Rawit juga sudah berhasil melampiaskan dendam nya pada Mpu Layang. Aku dengar bapak mu juga sedang dalam masalah. Jadi sebaiknya kami segera pergi dari tempat ini.. ", sahut Pramodawardhani segera.

" Tidak bisa, kalian tidak bisa pergi begitu saja. Dia adalah pemenang dari sayembara ini, maka ia harus tetap tinggal di sini sampai ayah ku mengijinkan nya untuk pergi.. ", Rara Kartikawati menunjuk pada Panji Rawit yang berada dalam papahan Pangkaja dan Pramodawardhani.

" Apa kau sudah gila?!

Lihat keadaan nya, ia sedang luka parah begini kau masih ingin ia tetap tinggal disini? Kalau kami tidak pergi, orang-orang Padepokan Pandan Alas akan datang membalas dendam pada Perguruan Pedang Perak. Dengan keadaan ayah mu saat ini, apa kau pikir kalian bisa menghadapi mereka? ", tegas Pramodawardhani yang langsung membuat Rara Kartikawati berpikir keras.

"Begini saja, kalian tinggal dulu di salah satu rumah milik keluarga ku yang berada tak jauh dari perguruan. Sekalian untuk memulihkan luka-luka di tubuh pendekar muda ini. Disana ada seorang tabib pengobatan yang bisa membantu untuk mempercepat penyembuhan.

Nanti jika pendekar muda ini sudah sembuh, kita baru bicara lagi. Bagaimana? ", Rara Kartikawati menatap wajah cantik Pramodawardhani dengan penuh harapan perempuan itu menyetujuinya.

Pramodawardhani terdiam sesaat. Sepertinya ia juga berpikir bahwa sungguh beresiko mengajak Panji Rawit melakukan perjalanan jauh dengan keadaan nya sekarang ini. Setelah menghela nafas panjang, Pramodawardhani menganggukkan kepalanya tanda setuju yang membuat Rara Kartikawati tersenyum senang.

Mereka berempat bergegas meninggalkan Perguruan Pedang Perak menuju ke sebuah pemukiman penduduk yang berada tak jauh dari tempat itu. Kampung ini cukup banyak penduduknya, sebagian besar dari mereka bekerja sebagai petani ataupun peladang juga pemburu di kawasan hutan lebat yang masih banyak dihuni oleh binatang liar.

Di sebuah rumah kayu yang tidak telalu besar, mereka berempat menghentikan langkah. Rara Kartikawati segera mengajak Panji Rawit dan kawan-kawan untuk masuk. Segera setelah itu, Rara Kartikawati keluar dan tak lama kemudian ia datang bersama seorang lelaki tua yang dari dandanan nya saja sudah kelihatan bahwa ia adalah seorang tabib.

"Mpu Prana, tolong kau obati kawan ku ini. Masalah biaya kau tak perlu khawatir, aku yang akan menanggung nya", ucap Rara Kartikawati segera.

" Nimas Rara Kartikawati tak perlu sungkan. Nimas sudah banyak membantu ku juga masyarakat kampung ini. Sudah selayaknya aku juga membalas perbuatan baik nimas tanpa mengharapkan balasan ", ujar lelaki tua yang bernama Mpu Prana itu sembari tersenyum.

Segera setelah itu, Mpu Prana memeriksa keadaan Panji Rawit. Lelaki tua yang bekerja sebagai tabib itu manggut-manggut sebentar lalu mengambil beberapa barang di dalam kotak kayu yang ia bawa. Ia mengambil sepotong bumbung bambu kecil bertutup putih, membuka nya dan segera menaburkan benda berbentuk bubuk putih itu ke luka-luka Panji Rawit. Sang pendekar muda menggeram menahan rasa sakit.

"Tahan sebentar saja. Setelah ini luka mu akan segera mengering, anak muda", ucap Mpu Prana sembari mengambil beberapa daun kering juga potongan bahan obat kering. Dia meramu nya lalu memberikan nya pada Pramodawardhani. Dia meminta Pramodawardhani merebusnya dan memberikan pada Panji Rawit sehari dua kali sebelum ia pamit undur diri. Rara Kartikawati mengantar Mpu Prana kembali ke rumahnya.

Setelah Panji Rawit beristirahat, Pangkaja menarik lengan Pramodawardhani keluar dari dalam rumah. Begitu sampai di luar rumah, Pramodawardhani dengan cepat mengibaskan tangannya hingga cekalan itu terlepas.

"Ada apa sih Kakang Pangkaja? Sakit tahu.. ", omel Pramodawardhani sembari mengelus kulit nya bekas pegangan Pangkaja.

" Gadis bodoh! Apa sebenarnya yang ada dalam otak mu itu hah? Apa kau benar-benar ingin kehilangan Panji Rawit? ", tukas Pangkaja yang membuat Pramodawardhani terkejut.

" Apa maksud mu berkata seperti itu, Kakang Pangkaja?! Jangan bicara macam-macam ya".

"Duh gadis ini..

Dengar Pramodawardhani, putri pimpinan Perguruan Pedang Perak itu jelas-jelas tertarik pada Panji Rawit. Dia sengaja menahan kita untuk bisa mendekati Panji Rawit. Soal wajah dan penampilan nya, ia tidak kalah dari mu. Apa kau yakin bisa menang bersaing untuk mendapatkan cinta pendekar muda itu?", ucapan Pangkaja ini langsung membuat Pramodawardhani terdiam seketika.

"Aku bisa melihat bahwa kau menyukai Panji Rawit sejak kita bersama. Aku juga tidak keberatan jika nantinya Panji Rawit lah yang akan menjadi suami mu.

Tapi jika kamu harus menghadapi Rara Kartikawati itu, kau tak boleh hanya bersikap santai saja. Bisa-bisa Panji Rawit jatuh ke pelukan perempuan itu ", imbuh Pangkaja yang membuat dada Pramodawardhani bergemuruh seperti suara gunung yang sedang meletus. Tangan Pramodawardhani langsung mengepal erat.

"Lantas apa yang mesti aku lakukan, Kakang? ", mendengar pertanyaan adik seperguruannya, Pangkaja segera mendekatkan diri ke Pramodawardhani dan membisikkan sesuatu di telinga gadis cantik itu. Wajah Pramodawardhani langsung memerah mendengar nya sembari memekik keras,

" Haaaahhhhhh??!!! Pakai cara itu? "

Terpopuler

Comments

♣AviSa♣

♣AviSa♣

wah kakak seperguruan yg minta diberi jurus maut.....jan ngajarin yg enggak2 woy

2025-02-13

1

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Pangkaja, ngomong apa kamu jangan meracuni adik seperguruan mu.. dengan hal² konyol yaa

2025-01-15

0

Zahra Latifatul

Zahra Latifatul

wah,,masak dibsuruh merkosa panji,,,🤣

2025-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!