"Tahan dulu amarah mu, jangan kau membuat masalah tanpa alasan.
Orang itu datang pasti untuk mengantarkan putra nya mengikuti sayembara ini. Sebaiknya kita tunggu apa yang terjadi dalam sayembara ini sambil mengawasi apa yang terjadi di panggung. Ingatlah, jangan gegabah bertindak.. ", ucap Pramodawardhani kemudian. Ia khawatir Panji Rawit tak bisa menahan amarah melihat kemunculan Mpu Layang.
" Tenang saja, Pramodawardhani. Aku juga tahu bahwa jika aku bertindak sembarangan menyerang Mpu Layang tanpa alasan, aku pasti akan dikeroyok oleh para pendekar yang ada disini", mendengar jawaban Panji Rawit ini, Pramodawardhani langsung menghela nafas lega.
Bersama dengan Pramodawardhani dan Pangkaja, Panji Rawit terus memperhatikan seluruh kejadian di panggung kehormatan ataupun sekitar tempat itu. Berada di tengah-tengah kerumunan penonton yang memadati halaman Perguruan Pedang Perak membuat keberadaan mereka sama sekali tidak diperhatikan oleh orang-orang.
Seorang lelaki paruh baya dengan menyandang sebilah pedang bersarung kayu hitam dengan hiasan perak berdiri dari kursi panggung kehormatan. Dia segera mengangkat tangan nya yang membuat keriuhan para penonton sayembara menghilang seketika.
"Saudara saudara semuanya. Aku Mpu Kartikabuana mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas kehadiran kalian semua di sini. Tujuan ku mengumpulkan kalian juga para pendekar adalah untuk mencari suami bagi putri ku Rara Kartikawati", tangan lelaki tua itu memberi isyarat dan seorang gadis cantik berbaju kuning pucat berjalan keluar dari tirai belakang. Langkah kakinya begitu anggun. Setelah itu dia duduk di kursi kosong di samping tempat Mpu Kartikabuana.
Semuanya orang yang hadir langsung memuji kecantikan gadis yang berusia sekitar 2 dasawarsa ini. Tak terkecuali bagi Sasongko, putra Mpu Layang sang pimpinan Padepokan Pandan Alas. Andai saja sekarang ini bukan tempat ramai, ia akan langsung menyeret gadis cantik itu dan memperkosa nya sampai ia puas.
"Ini adalah putri ku Rara Kartikawati. Putri tunggal ku yang kelak juga akan mewarisi Perguruan Pedang Perak ini.
Siapapun, tanpa terkecuali bisa mengalahkan murid ku Widura, akan ku nikahkan dengan putri ku Rara Kartikawati. Jika ada orang yang menantang Widura dan bisa mengalahkan nya, lalu ada orang lain yang menantang, maka pemenangnya yang berhak untuk mempersunting putri ku. Waktu sayembara akan berakhir setelah matahari bergeser ke arah barat dari atas kepala", setelah ucapan Mpu Kartikabuana terdengar, dari samping panggung kehormatan seorang pemuda bertubuh kekar dengan kumis tebal. Sebuah pedang serupa dengan pedang milik Mpu Kartikabuana juga tersandang di punggung pemuda berambut ikal itu. Setelah pemuda itu berada di tengah halaman Perguruan Pedang Perak, Mpu Kartikabuana menatap ke seluruh pengunjung yang datang.
"Sayembara pemilihan calon suami putri ku Rara Kartikawati dimulai..!!"
Diantara kerumunan penonton, seorang laki-laki berwajah sangar dengan jambang lebat dan kumis tebal melompat ke tengah halaman. Dia mendarat 3 tombak jaraknya di hadapan Widura. Tangannya menggenggam sebatang tombak dengan bilah hitam dengan pinggiran berwarna merah beraroma anyir darah.
"Aku Sengkang. Orang dunia persilatan menjuluki ku sebagai Si Pendekar Tombak Pencabut Nyawa, ingin menjajal keberuntungan dengan menantang murid Perguruan Pedang Perak. Mohon petunjuk nya.. ", usai berkata demikian, si pemuda yang mengaku bernama Sengkang ini langsung mundur selangkah dan melakukan kembangan ilmu silatnya.
Menghadapi tantangan itu, Widura segera mencabut pedang di punggung nya. Usai mempersiapkan kuda-kuda ilmu beladiri nya, Widura memberikan isyarat kepada penantangnya untuk maju. Dan pertarungan pertama sayembara itu pun segera terjadi.
Whhhuuuuuuuuuutttt shhreeeeeeeeettt..
Thhrrrraaaaaaannnggg thhrrraaaaanggg!!!
Masing-masing mengeluarkan kemampuan beladiri terbaiknya untuk secepatnya menjatuhkan lawan. Semua penonton sampai menahan nafas saking tegangnya melihat pertarungan mereka.
"Sepertinya Si Sengkang itu cukup tangguh juga ya AdhiKartikabuana. Widura sepertinya tidak mampu menjatuhkan nya", ujar seorang laki-laki tua yang duduk di sebelah kanan sang pimpinan Perguruan Pedang Perak.
Lelaki tua itu adalah Guninglaya, kakak seperguruan Mpu Kartikabuana sekaligus wakil pimpinan Perguruan Pedang Perak. Meskipun kemampuan beladiri lelaki tua ini tinggi akan tetapi dia tidak cukup cakap jika disandingkan dengan kemampuan beladiri Mpu Kartikabuana. Oleh karena itu, meskipun dia lebih tua dari Mpu Kartikabuana namun ia tidak di warisi jabatan sebagai pucuk pimpinan Perguruan Pedang Perak oleh pendahulunya mendiang Mpu Jetha.
"Coba kakang Guninglaya perhatikan, Widura murid ku tidak menggunakan seluruh kemampuan beladiri nya untuk menghadapi musuh. Dia masih menjajaki sejauh mana kemampuan sebenarnya Si Sengkang ini. Aku yakin tak lama lagi, Widura akan segera menjatuhkan orang itu ", kata Mpu Kartikabuana sambil terus menatap ke arah jalannya pertarungan.
Benar saja apa yang menjadi omongan Mpu Kartikabuana. Setelah 10 jurus berlalu, Widura mulai menunjukkan keunggulannya. Dia mulai mendominasi pertarungan dengan mendesak Sengkang Si Pendekar Tombak Pencabut Nyawa. Gerakan nya yang cepat menyulitkan pergerakan lawan.
Shhreeeeeeeeettt...!!!
Aaaauuuuuuuggggghhhhh!!!
Sengkang menjerit tertahan setelah punggungnya terkena tebasan pedang milik Widura. Darah segar mengucur dari luka yang ada. Lelaki berjambang lebat itu menggeram keras karena merasa dipermalukan, segera melesat cepat ke arah Widura sambil menusukkan tombaknya. Pertarungan antara mereka berlangsung kembali.
Akan tetapi, dalam 8 gebrakan saja Widura berhasil menjatuhkan lawannya. Dengan menahan malu, Sengkang mengakui keunggulan sang murid Mpu Kartikabuana ini.
"Aku mengaku kalah, Widura", setelah berucap demikian, dengan tertatih-tatih Sengkang meninggalkan halaman Perguruan Pedang Perak. Sorak sorai penonton membahana memuji penampilan Widura yang cemerlang.
Melihat itu, Sasongko yang bernafsu untuk mendapatkan Rara Kartikawati langsung menjejak lantai panggung kehormatan dan melesat ke arah tengah halaman dimana Widura berdiri.
"Aku Sasongko putra pimpinan Padepokan Pandan Alas menantang mu, Widura. Ayo kita tunjukkan siapa yang terbaik.. ", usai berkata demikian, Sasongko segera membentuk cakar rajawali pada tangannya. Tak tanggung-tanggung ia langsung menggunakan ilmu silat Cakar Rajawali Pandan Alas yang merupakan ilmu andalan Padepokan Pandan Alas.
Widura yang sudah lama tidak suka dengan sikap Sasongko yang adigang adigung adiguna langsung memutar gagang pedang nya untuk bersiap-siap menghadapi putra Mpu Layang ini. Dengan mengembor buas, Sasongko menerjang maju ke arah Widura. Pertarungan sengit antara mereka pun segera terjadi.
Gerakan cepat Sasongko langsung menyulitkan Widura. Cakar tangannya terus mengejar ke arah titik titik mematikan di tubuh murid Perguruan Pedang Perak itu.
Shhrrraaaaaaaakkk shhrrraaaaaaaakkk..
Dhhaaasshhh dhhaaasshhh...!!!
Sasongko mengayunkan cakar tangannya yang berkuku tajam ke arah leher. Widura tak mau kalah dengan menebaskan pedangnya ke arah tangan musuh.
Shhhrreeeeeeeeeeetttt...
Tak ingin tangannya putus terkena tebasan pedang, Sasongko urungkan serangan sembari merendahkan tubuhnya. Dia dengan licik memutar tubuhnya dan mengayunkan cakar tangan kiri nya ke arah rusuk kanan Widura.
Shhrrraaaaaaaakkk.. Aaaaaauuuuuuuggggghhhhh!
Raungan tertahan terdengar dari mulut Widura kala cakar tangan Sasongko merobek kulitnya. Darah segar mengucur dari luka itu. Sasongko tidak menghentikan serangan meskipun lawan bergerak mundur. Dia mengerahkan tenaga dalamnya pada cakar tangannya lalu segera melancarkan serangan pada wajah sang murid Perguruan Pedang Perak.
Shhrrraaaaaaaakkk..!!!!
Luka memanjang tercipta saat cakar tangan Sasongko mencabik wajah hingga dada Widura. Murid Perguruan Pedang Perak itu langsung roboh dengan luka yang mengerikan.
"Sasongko, cukup..!! ", teriakan keras Mpu Layang langsung menghentikan Sasongko yang ingin menghabisi nyawa Widura. Melihat luka parah Widura, Mpu Layang segera memerintahkan kepada empat murid nya untuk menggotong tubuh Widura ke tepi halaman.
Dengan penuh kesombongan, Sasongko mengedarkan pandangan nya ke arah penonton yang hadir di halaman Perguruan Pedang Perak.
"Ayo, siapa lagi yang ingin mencoba cakar ku?"
Saat itulah, Panji Rawit langsung melompat ke arah tengah halaman dan mendarat di depan Sasongko. Sambil tersenyum tipis dia berkata,
"Biar aku yang mencobanya.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
♣AviSa♣
duuuuh kek nonton pelem kaga deh.....ikut deg2an
2025-02-12
2
Okto Mulya D.
Sasongko sadis nian kau ini. kamu akan mendapatkan lawan sepadan..Panji Rawit
2025-01-15
0
arumazam
hajarrr bos
2024-11-27
1