Kakak Seperguruan

'Kakang Layang..

Aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik,

Kakang tinggal bertindak setelah si bajingan Kartikabuana itu telah jatuh,

Sayembara ini akan menjadi akhir hidupnya,

Saat aku menguasai kursi pucuk pimpinan Perguruan Pedang Perak,

Aku akan patuh pada mu.. '

Demikian bunyi huruf huruf Jawa Kuno yang tertulis dalam surat di tangan Panji Rawit. Meskipun tanpa keterangan yang jelas tentang bagaimana cara pembunuhan itu dilakukan, tetapi jelas hal itu akan dilaksanakan pada saat sayembara.

"Apa kau tahu siapa itu Kartikabuana dan apa itu Perguruan Pedang Perak, Pramodawardhani?", Panji Rawit segera mengalihkan perhatiannya pada perempuan cantik di sampingnya setelah menggulung surat itu dan menyimpannya di balik bajunya.

" Setahuku, ada sebuah perguruan silat yang memiliki ratusan murid tak jauh dari sini, Kakang Rawit..

Namanya memang benar Perguruan Pedang Perak dan pimpinan nya adalah Mpu Kartikabuana. Tetapi untuk membunuh pendekar tua itu bukanlah sebuah hal yang mudah untuk dilakukan mengingat ia adalah seorang pendekar berilmu tinggi yang sudah kenyang malang melintang di dunia persilatan.

Tetapi nama Kakang Layang ini...", Pramodawardhani tak meneruskan omongan nya yang membuat Panji Rawit malah semakin penasaran.

"Teruskan omongan mu, Pramodawardhani. Apalagi yang kau ketahui?"

Pramodawardhani menghela nafas panjang sebelum kembali melanjutkan omongan nya.

"Sepengetahuan ku, Mpu Layang adalah nama asli pimpinan Padepokan Pandan Alas, Si Rajawali Beralis Putih. Tetapi seorang pendekar golongan putih seperti dia tidak mungkin juga terlibat dalam upaya pembunuhan ini karena Mpu Kartikabuana adalah kawan baiknya", mendengar uraian Pramodawardhani, Panji Rawit terhenyak. Wajahnya memerah dan tangan kanannya mengepal erat. Perubahan sikap Panji Rawit ini juga terbaca oleh Pramodawardhani.

"Kau kenapa Kakang Rawit? Apakah ada sesuatu antara kau dan Padepokan Pandan Alas? ", tanya Pramodawardhani segera.

" Ada sebuah kisah dalam hidup ku yang berkaitan erat dengan Padepokan Pandan Alas, Pramodawardhani... "

Panji Rawit yang tak ingin menutupi lagi masalahnya dengan Padepokan Pandan Alas lalu menceritakan semuanya. Mulai dari ia turun gunung, melihat kematian seluruh anggota keluarga orang tua angkatnya hingga ia bertemu dengan pendekar wanita asal Gunung Wilis itu. Hanya satu hal saja yang tidak ia ceritakan yakni perihal Keris Pulanggeni yang ada di pinggangnya saat ini.

"Itulah sebabnya kenapa aku begitu marah mendengar nama bajingan tua itu kau sebutkan", ujar Panji Rawit mengakhiri ceritanya.

" Kalau begitu, satu-satunya cara untuk membalaskan dendam mu pada Mpu Layang adalah saat ia keluar dari sarangnya adalah saat sayembara itu. Sebab ia pasti akan datang dengan sedikit orang.

Itu adalah satu-satunya kesempatan bagi mu untuk membalas kematian ayah angkat mu, Kakang Rawit. Kita harus ke Perguruan Pedang Perak untuk berpura-pura mengikuti sayembara ini ", kata-kata Pramodawardhani yang terakhir ini langsung membuat Panji Rawit begitu bersemangat.

"Eh kenapa kau sekarang memanggil ku Kakang?", tanya Panji Rawit sembari melangkah ke tempat peristirahatan nya.

" Kau lebih tua dari ku. Rasanya tidak sopan jika aku memanggil mu dengan nama saja", jawab Pramodawardhani mengikuti langkah sang pendekar muda.

Setelah keduanya cukup beristirahat, kedua pendekar muda ini pun segera melangkah ke arah Perguruan Pedang Perak yang ada di wilayah Pakuwon Sulang.

Karena menggunakan ilmu meringankan tubuh yang tinggi dan tak banyak beristirahat selama perjalanan, dalam waktu sehari semalam mereka berdua telah sampai di kawasan perbatasan barat Pakuwon Sulang yang menjadi markas Perguruan Pedang Perak.

Letih karena telah melakukan perjalanan jauh, Panji Rawit dan Pramodawardhani beristirahat di tepi sungai kecil berair jernih. Kebetulan saja perut mereka juga keroncongan karena hari telah menjelang siang. Matahari telah ada di atas kepala.

Pramodawardhani menyiapkan kayu kayu kering untuk membuat api sedangkan Panji Rawit mencari ikan ke sungai kecil itu. Api pembakaran mulai menyala saat Panji Rawit datang dengan membawa seekor ikan gabus sebesar lengan orang dewasa dan beberapa ekor belut yang cukup besar juga. Pramodawardhani langsung membakar kedua jenis ikan itu agar bisa secepatnya mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

Sembari menunggu ikan bakar matang, Panji Rawit segera melangkah ke bawah pohon kelapa yang tingginya kurang lebih 10 tombak menjulang ke langit. Dengan mengandalkan tenaga dalam nya, dia menciptakan bilah tipis pada telapak tangan kanannya dan mengibas ke arah tandan kelapa muda yang ada diatas.

Shhhuuuuuuuuutttt...

Gelombang tipis berwarna biru redup melesat ke arah tandan kelapa muda. 4 buah kelapa muda langsung berjatuhan. Dengan cekatan, Panji Rawit menangkap dua kelapa muda yang jatuh. Akan tetapi kemudian, sesosok bayangan berkelebat cepat menyambar dua kelapa muda yang tersisa. Panji Rawit langsung melirik ke arah sosok lelaki paruh baya dengan rambut penuh uban yang mendarat 4 tombak jauhnya.

"Hehehehehe.. Kebetulan aku lagi haus jadi pas banget kalau kelapa muda ini jadi penghilang dahaga ku", ujar lelaki paruh baya dengan pakaian kecoklatan panjang ini sambil terkekeh kecil. Lalu dia menoleh ke arah Panji Rawit.

" Terimakasih ya anak muda untuk buah kelapa muda nya hehehehe.. "

"Kakek tua, aku tidak mencari kelapa muda itu untuk dirimu", geram Panji Rawit dengan tegas.

" Masih muda jangan terlalu pelit. Banyak amal supaya cepat dapat jodoh hehehehe.. ", kata si lelaki paruh baya itu tetap dengan gaya nyeleneh.

Saat itulah dari belakang, Pramodawardhani datang sembari menenteng dua tusuk ikan bakar yang masih mengepulkan uap panas. Matanya melebar kala ia melihat lelaki tua yang ada di hadapan Panji Rawit.

"Kakang Pangkaja, apa yang kau lakukan di tempat ini heh? "

Lelaki paruh baya itu langsung menoleh ke arah Pramodawardhani. Dengan senyum malu-malu, lelaki paruh baya yang rambutnya penuh uban itu meletakkan kelapa muda di tanah.

"Ternyata dia teman mu ya Ragil Kuning...

Maaf maaf aku tidak tahu. Kelapa muda mu aku kembalikan anak muda.. ", ucap Pangkaja sembari mundur selangkah ke belakang.

"Kau kenal dia, Pramodawardhani? ", Panji Rawit menunjuk ke arah Pangkaja yang terlihat seperti ketakutan melihat kemunculan Pramodawardhani.

" Tentu saja, dia adalah murid pertama guru ku Begawan Ciptaning di Gunung Wilis. Namanya Pangkaja si perjaka tua.

Kakang Pangkaja, kenapa kau bisa sampai di tempat ini? Bukankah kau ditugaskan untuk menjaga pertapaan? ", mendengar pertanyaan Pramodawardhani, Pangkaja menggaruk kepalanya yang membuatnya terlihat seperti seorang anak kecil yang ketakutan karena di marahi kakaknya.

" Aku ditugaskan guru untuk mengawasi mu. Beliau bilang kalau dia tidak tega membiarkan mu berkelana sendirian di dunia persilatan", ucap Pangkaja kemudian.

"Dasar guru..

Oh iya aku mau mengikuti sayembara di Perguruan Pedang Perak. Selepas ini kau tak perlu lagi mengikuti ku. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Sebaiknya kakang segera pulang ke pertapaan untuk menemani guru..", tukas Pramodawardhani segera.

"Lah baru merasakan sahdu nya dunia luar sudah disuruh pulang lagi. Eh Pramodawardhani dengar ya, aku juga ingin melihat keramaian di Perguruan Pedang Perak. Jadi aku ikut dengan mu ya? Aku janji setelah sayembara berakhir, aku akan pulang ke pertapaan. Boleh kan? ", pinta Pangkaja dengan penuh harap.

" Bagaimana Kakang Rawit?"

"Terserah kau saja. Asal dia tidak mengacau, aku tidak keberatan", wajah Pangkaja langsung cerah mendengar jawaban Panji Rawit.

Setelah makan siang bersama dengan menyantap ikan dan belut bakar serta kelapa muda, kelompok Panji Rawit segera melangkah ke arah Perguruan Pedang Perak yang ada timur. Sepanjang perjalanan, mereka banyak bertemu dengan para pendekar yang ingin mengikuti sayembara tersebut.

Dua orang murid penjaga gerbang hanya melirik sekilas ke arah Panji Rawit, Pramodawardhani dan Pangkaja yang datang berbarengan dengan beberapa pendekar lainnya.

Di depan halaman Perguruan Pedang Perak, sebuah panggung kehormatan setinggi satu tombak berdiri kokoh. Beberapa orang lelaki dan wanita nampak duduk di kursi kayu jati yang ada. Sepertinya mereka adalah orang-orang terhormat yang diundang untuk menyaksikan acara ini.

Di tengah kerumunan penonton, Pramodawardhani mendekatkan dirinya ke arah Panji Rawit sambil menunjuk ke arah kursi yang berada di samping lelaki tua berpakaian serba putih. Dengan perlahan ia berbisik di telinga Panji Rawit,

"Yang beralis putih itu adalah Mpu Layang.. "

Terpopuler

Comments

♣AviSa♣

♣AviSa♣

kayanya saking terobsesi pengin jadi sakti mpe jadi bujang lapuk

2025-02-12

2

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Wahhh ada pendekar bujang lapuk hehehe

2025-01-14

0

arumazam

arumazam

masuuukk

2024-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!