Jauh di utara, tepatnya di lereng Pegunungan Kapur Utara, berdiri sebuah perguruan silat yang cukup tersohor di kalangan dunia persilatan Tanah Jawadwipa. Letaknya yang terpencil di kaki gunung kapur dan diapit oleh hutan jati Banyukuning yang luas membuat perguruan silat ini sulit untuk di jangkau. Benar-benar butuh perjuangan untuk bisa sampai di tempat itu.
Padepokan Pandan Alas, nama perguruan silat besar itu, memiliki sekitar seratus orang murid. Jumlahnya tetap setiap tahunnya karena yang lulus dan keluar dari menimba ilmu, akan langsung membaur dengan masyarakat seperti menjadi beberapa orang pejabat di pemerintah Kadipaten Lasem ataupun menjadi pendekar yang malang melintang di dunia persilatan. Beberapa lulusan dari padepokan ini yang kemudian menjadi pendekar kondang adalah Si Pendekar Berambut Emas atau penjahat besar seperti Maling Walet Abang yang menjadi buruan banyak pemerintah wilayah.
Ada sebuah rahasia besar yang hanya diketahui oleh para murid juga lulusan dari Padepokan Pandan Alas yakni meskipun sudah di keluar dari perguruan, mereka diwajibkan untuk tetap menjalin hubungan baik dengan perguruan. Itu artinya jika perguruan dalam masalah, maka seluruh lulusan tanpa terkecuali wajib untuk saling membantu. Yang menolak akan diam-diam di bunuh oleh sesama murid yang memiliki tingkat pemahaman ilmu silat yang lebih tinggi.
Pucuk pimpinan Padepokan Pandan Alas adalah Mpu Layang atau dunia persilatan Tanah Jawa mengenalnya sebagai Si Rajawali Alis Putih. Disebut demikian karena pada ujung alisnya, tumbuh rambut putih seperti uban yang aneh. Selain itu, lelaki paruh baya itu memiliki kuku panjang yang tajam untuk melengkapi ilmu silat andalan nya, Cakar Rajawali Melebur Gunung.
Di bawah Mpu Layang, ada Sasongko yang merupakan putra sekaligus calon pengganti pucuk pimpinan Padepokan Pandan Alas selanjutnya. Berbeda dengan sifat bapaknya yang selalu menjaga citra dirinya untuk terlihat tenang dan berwibawa, Sasongko malah lebih terlihat seperti seorang bromocorah. Semenjak kematian ibunya di tangan salah satu musuh bebuyutan Padepokan Pandan Alas, perangai Sasongko berubah total menjadi liar dan mudah sekali marah. Dia sering bersikap kasar dan kerap menganiaya orang tanpa alasan yang jelas. Dia pun kini dijuluki sebagai Si Rajawali Cilik Yang Jahat.
Selain mereka berdua, masih ada beberapa pilar penyokong Padepokan Pandan Alas. Yang paling penting adalah Empat Rajawali Penjaga Penjuru. Mereka masing-masing menjaga perguruan di keempat sisi nya. Selain mereka ada juga sepasang penasihat yang dikenal sebagai Sepasang Burung Tua, sepasang pendekar tua misterius yang jarang sekali turun gunung dan lebih banyak menghabiskan masa hidupnya dengan bertapa di Gunung Kapur Utara.
Padepokan Pandan Alas sendiri di kelilingi oleh pagar yang terbuat dari kayu gelondongan sebesar paha orang dewasa yang ujung atasnya di lancipi untuk pertahanan di ketiga sisi nya. Sisi utara di batasi dengan tebing batu setinggi hampir 6 tombak tingginya yang membuatnya tak mungkin dilewati oleh manusia biasa.
Siang itu, Ki Gandra sang Rajawali Penjaga Timur sedang mengawasi jalannya penggantian beberapa pagar padepokan yang lapuk dimakan oleh rayap tiba-tiba didatangi oleh salah satu murid Padepokan Pandan Alas yang biasanya bertugas sebagai pengawal Mpu Layang.
"Mohon ampun Ki Gandra. Saya ditugaskan oleh Guru Besar untuk memanggil Ki Gandra ke kediaman utama padepokan", ucap si murid penjaga itu dengan penuh hormat.
" Memangnya ada apa? ", tanya Ki Gandra segera.
" Kurang tahu Ki. Saya hanya diminta untuk menyampaikan pesan dari Guru Besar pada Ki Gandra. Itu saja yang saya ketahui ", si murid Padepokan Pandan Alas itu berkata dengan sopan.
Heeeemmmmmmmmm...
'Aneh sekali pimpinan ini. Bukankah tadi pagi tidak ada masalah apa-apa kenapa sekarang tiba-tiba memanggil ku? Ada apa ini? ', batin Ki Gandra sembari melangkah meninggalkan pekerjaan nya menuju ke arah kediaman utama Padepokan Pandan Alas.
Setibanya di kediaman utama Padepokan Pandan Alas, Ki Gandra langsung disambut oleh Mpu Layang dan juga Tiga Rajawali Penjaga Penjuru lainnya. Segera ia menempati tempat duduknya seperti biasa.
"Ada apa Kakang Mpu Layang memanggil kami berempat kemari? Apa ada sesuatu yang penting yang hendak dibicarakan? ", tanya Ki Gandra segera.
"Begini Adi Gandra, aku berencana untuk mendatangi acara sayembara di Perguruan Pedang Perak, mengantar keponakan mu Sasongko untuk ikut serta memperebutkan Kartikawati putri Mpu Jartikabuana pimpinan Perguruan Pedang Perak. Kau tahu sendiri jarak antara Padepokan Pandan Alas dan Perguruan Pedang Perak lumayan jauh jadi tidak mungkin aku akan cepat kembali ke padepokan.
Karena itu, urusan murid padepokan ataupun hal penting lainnya kepada mu selama aku berada di luar perguruan. Tiga Rajawali Penjaga Penjuru lainnya akan membantu mu mengurus perguruan ini ", ucap Mpu Layang sambil mengelus jenggot nya yang mulai memutih.
" Jadi begitu rupanya. Baiklah Kakang Mpu Layang, aku pasti akan sekuat tenaga berusaha untuk menjaga Padepokan Pandan Alas selama kepergian mu.
Apa kau tak ingin mengajak salah satu dari kami untuk membantu berjaga-jaga? ", mendengar pertanyaan Ki Gandra, Mpu Layang terkekeh kecil.
" Hehehehe Adhi Gandra Adhi Gandra...
Memangnya siapa yang berani macam-macam dengan aku dan Padepokan Pandan Alas heh? Bukankah itu hanya seperti sedang mengantar nyawa? Kau ini benar-benar lucu Adhi Gandra hehehehe... "
Tawa Mpu Layang pun di sambut dengan tawa dari Empat Rajawali Penjaga Penjuru yang hadir di tempat itu. Memang Padepokan Pandan Alas saat itu sedang dalam masa kejayaan nya karena menjadi satu dari 10 perguruan silat besar aliran putih yang ada di wilayah kerajaan Medang. Ini yang membuat mereka begitu jumawa dengan nama besar yang mereka miliki.
Maka pada keesokan harinya, rombongan kecil dari Padepokan Pandan Alas yang terdiri dari Mpu Layang, Sasongko dan sepuluh murid pilihan bergerak meninggalkan tempat itu ke arah Perguruan Pedang Perak yang ada di tenggara. Rombongan ini menggunakan kuda sebagai sarana agar bisa sampai di Perguruan Pedang Perak tepat waktu saat pelaksanaan sayembara pemilihan calon suami untuk putri pimpinan Perguruan Pedang Perak. Ada tujuan lain yang ingin dicapai oleh Mpu Layang dari sayembara ini.
*****
Cuaca siang itu cukup panas. Meskipun masih ada awan berarak melintas di angkasa, namun ia tak mampu sepenuhnya memberikan perlindungan kepada semua makhluk di bawahnya.
Di bawah pohon keluwih yang berdaun rimbun di tepi jalan raya, Panji Rawit menenggak air minum yang ia dapat di perjalanan tadi. Rasa nya sungguh menyegarkan tenggorokannya yang keris kerontang akibat panas matahari yang tepat berada di atas kepala. Usai dahaga nya menghilang, Panji Rawit segera mengulurkan bumbung bambu pada Pramodawardhani yang duduk di sebelah nya. Perempuan cantik putri pejabat Kerajaan Medang ini dengan senang hati segera menerima.
"Jadi kau ini malang melintang di dunia persilatan setelah kabur dari rumah karena mau dijodohkan ya, Pramodawardhani? ", tanya Panji Rawit begitu melihat gadis cantik itu selesai minum.
" Tentu saja.. Aku tidak mau menikah dengan lelaki yang tidak aku kenal. Aku ingin suami ku nanti adalah orang yang bisa mengerti aku dan menerima aku bukan karena aku anak pejabat ataupun anak orang berada.
Siapapun dia, tidak peduli kaya atau miskin asal aku suka, aku akan bahagia hidup bersama dengan nya", ucap Pramodawardhani dengan penuh keyakinan. Perempuan cantik itu lalu melirik ke arah Panji Rawit yang duduk di sebelah kanan nya.
"Kalau kau bagaimana, Rawit..??"
Panji Rawit terdiam sejenak mendengar pertanyaan Pramodawardhani. Dia bersiap untuk menjawab pertanyaan itu namun tiba-tiba ekor matanya melihat seekor burung merpati terbang rendah diatas nya. Di kaki nya terikat sebuah kain putih. Bisa dipastikan bahwa itu adalah merpati surat.
Karena penasaran, Panji Rawit celingukan mencari sesuatu. Begitu ketemu, Panji Rawit langsung melemparkan ranting kering itu ke arah merpati surat dengan sekuat tenaga.
Whhhuuuuuuuuuuuttttttt..
Chrrreeeeeeeepppphhh!!!
Begitu terkena lemparan ranting kering, merpati surat langsung oleng terbang nya hendak jatuh. Tak ingin apa yang ia kehendaki hilang begitu saja, Panji Rawit segera menjejak tanah dengan keras hingga tubuhnya melenting tinggi ke udara. Dengan cekatan, ia menyambar merpati surat itu dan kembali mendarat di tempat semula ia berada.
"Apa itu Rawit? ", tanya Pramodawardhani yang langsung mendekati sang pendekar muda.
" Tidak tahu. Sepertinya ini adalah surat", jawab Panji Rawit sambil melepaskan kain putih yang terikat pada kaki sang burung merpati surat. Lalu dengan cepat ia membuka kain putih yang didalamnya terdapat beberapa larik huruf Jawa Kuno. Isi surat itu sungguh membuat mereka berdua tercengang melihatnya,
Sebuah rencana pembunuhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
♣AviSa♣
merpati surat.....hmmmmz yg nulis surat gak takut salah alamat ya😂
2025-02-12
2
Okto Mulya D.
Lho merpati bawa surat untuk siapa? koq Rawit ambil tak boleh ituuu
2025-01-14
0
arumazam
josssd
2024-11-25
1