Sepasang Pendekar Muda

Seorang lelaki bertubuh gempal dengan mengenakan sumping telinga bergambar sulur pakis dari emas, bergerak mendekati meja dimana Panji Rawit dan Pramodawardhani sedang asyik menikmati makanan. Ini menunjukkan bahwa ia bukan orang biasa karena sumping sulur pakis dari emas hanya digunakan oleh para bangsawan. Ada tahi lalat besar di sebelah hidungnya yang membuat wajahnya terlihat lucu. Semua orang yang tahu siapa orang ini bergegas berhamburan keluar dari dalam warung makan itu untuk menyelamatkan diri.

Namanya adalah Dyah Tagwas, putra Akuwu Gembol Mpu Sangguh yang merupakan penguasa wilayah sekitar daerah itu termasuk Wanua Mantingan. Perangai anak bangsawan ini sangat buruk, dia sering adigang adigung adiguna memanfaatkan nama ayahnya untuk bertindak sesuka hati. Sebagai kepala keamanan ( jabatan tertinggi setelah akuwu), Dyah Tagwas malah lebih terlihat seperti seorang perampok berseragam karena dia sering memeras para pedagang yang lewat wilayah Pakuwon Gembol. Para pedagang umumnya memilih diam karena melaporkan hal itu pun percuma juga.

Sebagai kepala keamanan Pakuwon Gembol, Dyah Tagwas memiliki kewajiban untuk berpatroli di kampung-kampung yang menjadi ranah kekuasaan ayahnya. Dan kebetulan saja hari ini ia sedang melintas di wilayah Wanua Mantingan. Dia tidak mengajak prajurit Pakuwon Gembol hari itu karena tidak ingin kegiatan nya menggoda anak Lurah Mantingan yang bernama Rara Gendis diketahui oleh pihak istana pakuwon.

Dengan sikap penuh keangkuhan, Dyah Tagwas menunjuk ke arah Pramodawardhani yang sedang asyik mengunyah daging ikan bakar.

"Hei kau Nisanak..! Sepertinya kau bukan orang daerah sini ya? "

Mendengar pertanyaan itu, Pramodawardhani mengangkat kepala nya dan segera wajah cantiknya terlihat oleh Dyah Tagwas. 'Gadis ini jauh lebih cantik dari Rara Gendis', batin Dyah Tagwas.

"Memang aku bukan orang sini, lalu kenapa? Apa ada larangan untuk orang asing membeli makanan di daerah ini? ", balas Pramodawardhani sengak. Panji Rawit pura-pura cuek saja dengan gangguan Dyah Tagwas akan tetapi ekor matanya terus memperhatikan gerak-gerik anak buah dari putra bangsawan itu.

" Hahahaha kucing liar yang galak, aku suka aku suka hahahahahaha..

Heh perempuan cantik, siapa nama mu hah? Aku Dyah Tagwas, putra Akuwu Mpu Sangguh penguasa wilayah sini. Sebutkan nama mu, aku ingin berteman dengan mu.. ", ucapan Dyah Tagwas ini langsung disambut dengan gelak tawa oleh para pengikutnya.

" Tidak tertarik aku berteman dengan mu. Sudah minggir saja sana, jangan ganggu aku makan", tolak Pramodawardhani mentah-mentah. Dia kembali mengorek sisa daging ikan pada tulang di piring nya. Hal ini tentu saja membuat Dyah Tagwas langsung murka.

"Dasar perempuan tidak tahu diuntung..!!

Aku sudah merendahkan diri untuk mengenal mu tapi kau justru berani kurang ajar kepada ku. Baik, kalau kau tak mau berteman, maka bayar pajak jalan 20 kepeng perak sekarang juga! ", Dyah Tagwas mengulurkan tangannya ke arah Pramodawardhani.

"Seumur hidup ku berkelana di wilayah Kerajaan Medang, baru kali ini aku mendengar ada pajak jalan. Bahkan dalam tata undang-undang yang dikeluarkan oleh Yang Mulia Sinuwun Prabu Sri Isyana, tidak pernah disebutkan tentang pajak jalan.

Kau sedang mencoba untuk memeras ku ya, tahi lalat besar?", hardik Pramodawardhani sembari berdiri dan menunjuk wajah Dyah Tagwas. Putra dari Akuwu Mpu Sangguh yang paling tidak suka jika ada orang yang mengejek karena tahi lalat besar di wajahnya, langsung marah besar.

"Kurang ajar!! Sedari tadi aku sudah bermulut manis pada mu tapi kau malah menghina ku.

Pengawal ku, tangkap dua perusuh keamanan ini!!", teriak Dyah Tagwas memberi perintah. Delapan orang pengikutnya langsung mengepung tempat Panji Rawit dan Pramodawardhani berada. Tanpa ragu lagi, seorang pengawal Dyah Tagwas yang tadi melapor langsung mencabut golok dan mengayunkan nya ke leher Panji Rawit.

Shhhrrreeeeeeeeeeeettttt!!!

Panji Rawit yang sedari tadi selalu waspada terhadap mereka, dengan cepat merunduk ke arah meja hingga tebasan golok milik pengawal Dyah Tagwas hanya menyambar angin sejengkal di atas kepala. Segera Panji Rawit meraih kepala ikan bakar sisa makan nya dan melemparkan nya ke arah pengawal yang tadi mencoba untuk membunuh nya.

Plllaaaaaaaakkkkkk!!!

Aaaaaaauuuuuuuugggghh..!!!

Kerasnya lemparan kepala ikan berbalut tenaga dalam tingkat tinggi milik Panji Rawit langsung membuat si pengawal terjungkal sembari meraung kesakitan dan terjungkal ke lantai warung makan. Melihat kawan mereka dijatuhkan dengan mudah oleh Panji Rawit, ketujuh pengawal Dyah Tagwas langsung menerjang ke arah Panji Rawit dan Pramodawardhani.

Pertarungan sengit antara mereka pun segera dimulai.

Dua orang pengawal Dyah Tagwas berusaha untuk menangkap Pramodawardhani sedangkan lima sisanya mengepung Panji Rawit. Akan tetapi, mereka bertujuh bukanlah lawan yang sebanding dengan dua pendekar muda ini. Dalam 5 jurus saja, empat pengawal Dyah Tagwas telah jatuh terjungkal dengan memar dan lebam.

Dengan penuh nafsu membunuh, dua pengawal membabatkan golok mereka ke arah kaki Panji Rawit. Segera Panji Rawit menjejak tanah dengan keras lalu melompat sambil melayangkan tendangan keras ke punggung salah seorang diantaranya.

Dhhhaaaaasssssssshh..

Brrruuuuuuaaaaaaakkkkk!!!

Tubuh si pengawal yang terkena tendangan Panji Rawit menyusruk meja makan di hadapan nya. Meja itu langsung hancur berantakan tertimpa tubuh gempal orang ini. Satu kawan nya mencoba memanfaatkan Panji Rawit yang baru mendarat dengan mengayunkan golok nya, membabat bahu sang murid Padepokan Widarakandang sekuat tenaga. Panji Rawit berkelit ke kiri dan menghantam rusuk musuh dengan keras.

Bhhuuuuuggghh Aaaaaaauuuuuuuugggghh!!

Bersamaan dengan jatuhnya lawan yang dihadapi Panji Rawit, musuh Pramodawardhani pun juga nasib serupa. Setelah menjatuhkan semua pengawal, keduanya langsung menatap tajam ke arah Dyah Tagwas yang geram karena semua pengawal nya berhasil dikalahkan.

"Sampah..!! Kalian semua benar-benar sampah! Mengurus dua orang dusun saja tidak becus!! Benar-benar memalukan..!! ", umpat Dyah Tagwas sambil mencabut keris yang ada di pinggangnya.

Tanpa perlu menunggu lagi, Dyah Tagwas langsung melompat ke arah Panji Rawit sambil menusukkan keris nya ke arah perut sang pendekar muda.

Whhhuuuuuuuuuuuttttttt...

Panji Rawit menahan nafasnya dan dengan cepat kedua jari tangan kanannya menahan tusukan keris Dyah Tagwas. Mata Dyah Tagwas terbelalak kala melihat serangan nya bisa ditahan dengan mudah oleh Panji Rawit. Dia berusaha keras untuk terus menghujamkan senjata nya tetapi tak sedikitpun senjata nya mampu maju.

Lalu dengan senyuman tipis yang entah apa artinya, Panji Rawit langsung melayangkan tendangan keras ke perut putra Akuwu Mpu Sangguh dari Pakuwon Gembol itu.

"Rasakan ini...!!!!"

Dhhiiiiieeeeeeeesssshhhhhh...

Aaaaaaaarrrrrrrgggggggghhhh!!

Dyah Tagwas menjerit tertahan kala tendangan keras Panji Rawit telak menghajar perutnya. Tubuhnya terpental ke belakang dan menabrak dinding warung makan hingga jebol. Darah segar langsung muncrat keluar dari mulut Dyah Tagwas.

Dengan sempoyongan Dyah Tagwas bangkit dari tempat jatuhnya. Melihat itu, Pramodawardhani langsung menendang sebuah bangku yang menjadi tempat duduknya. Bangku melayang cepat ke arah Dyah Tagwas dan menghantam nya dengan keras.

Brrruuuuuuaaaaaaakkkkk!!

Tubuh Dyah Tagwas limbung dan roboh ke tanah. Darah segar muncrat lagi dari mulutnya. Entah pingsan atau mati, putra Akuwu Mpu Sangguh itu diam mencium tanah.

Pemilik warung makan yang bersembunyi di belakang warung makan, bergegas menemui Panji Rawit dan Pramodawardhani.

"Sepasang pendekar muda, terimakasih atas bantuan nya. Aku tidak bisa melanjutkan berdagang lagi karena masalah ini.

Lantas bagaimana nasib ku berikutnya? ", si pemilik warung gemetaran saat berbicara. Mendengar omongan itu, Pramodawardhani segera merogoh balik bajunya dan mengeluarkan kantong hitam yang berisi ratusan kepeng perak. Dia mengeluarkan 25 kepeng perak dan mengulurkan nya pada pemilik warung makan. Si pemilik warung makan segera menerima.

"Ini bisa kau gunakan untuk membangun warung makan baru di tempat lain. Kami permisi"

Setelah berkata demikian, Pramodawardhani pun segera melangkah meninggalkan tempat itu bersama dengan Panji Rawit. Pemilik warung makan terus menatap mereka hingga menghilang di tikungan jalan.

"Sungguh sepasang pendekar muda yang bijak. Semoga Dewata Yang Agung melindungi mereka semua. Aku harus segera berkemas jika masih ingin hidup.

Akuwu Mpu Sangguh pasti tidak akan tinggal diam"

Terpopuler

Comments

♣AviSa♣

♣AviSa♣

mk nya jangan sok jagoan lho tompel.....digibeng dikit aja dah ngejoprak😂😂😂

2025-02-12

2

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Si tompel sok²an ngajak ribut akhirnya terkapar sendiri...

2025-01-14

0

Kenzie Ganendra

Kenzie Ganendra

lumayan

2024-12-18

1

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!