Warung Makan

'Panji Rawit?!

Nama ini tidak pernah terdengar di dunia persilatan. Tapi kemampuan beladiri nya luar biasa. Aku Pramodawardhani, si Perawan Gunung Wilis, tak pernah kesulitan untuk menghadapi seorang pendekar pun bahkan jika dia adalah seorang pendekar ternama seperti Si Malaikat Buta ataupun Setan Pengemis Gunung Kumitir. Tapi menghadapi nya aku seperti anak kecil yang baru belajar silat. Bahkan ayam hutan panggang nya pun tak bisa aku rebut. Apakah dia adalah seorang pendekar yang baru turun gunung? '

Berbagai pikiran berkecamuk di dalam otak Pramodawardhani. Dia terdiam mendengar jawaban Panji Rawit dengan sejuta pertanyaan. Hal ini membuat Panji Rawit menatapnya lekat-lekat dengan sedikit keheranan.

"Nisanak nisanak Pramodawardhani.. ", panggil Panji Rawit segera. Namun perempuan cantik berkemben coklat itu tak juga menjawabnya karena masih sibuk dengan pikirannya sendiri hingga Panji Rawit langsung menggoyangkan telapak tangan nya di depan wajah Pramodawardhani.

" Hei, kenapa kau malah melamun?! ", ucapan sedikit Panji Rawit langsung menyadarkan Pramodawardhani dari pikiran nya.

" Oh eh iya, ada apa Kisanak Panji Rawit? ", gagap Pramodawardhani berbicara hingga Panji Rawit langsung menggelengkan kepalanya.

" Kau ini kenapa malah melamun begitu heh? Jangan kebanyakan melamun, tidak baik. Apalagi di tempat seperti ini. Bisa kemasukan setan.. ", Panji Rawit bergidik ngeri sembari tolah-toleh memperhatikan keadaan sekitar.

"T-tidak melamun kog. Cuma lagi memikirkan sesuatu saja. Oh iya Kisanak, kemana tujuan mu setelah ini?", tanya Pramodawardhani kemudian.

Panji Rawit terdiam sejenak mendengar pertanyaan ini. Sejujurnya, ia tidak ingin melibatkan siapapun dalam urusannya membalas dendam atas kematian keluarga ayah angkatnya akan tetapi dia juga tidak bisa mengajak orang lain dalam urusan ini.

'Lebih baik aku berhati-hati dan waspada terhadap semua kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Pramodawardhani orang yang baru ku kenal jadi lebih baik aku tidak mengatakan hal yang sebenarnya'

"Eh aku ingin ke utara, Pramodawardhani. Tepatnya ke wilayah Pakuwon Tanjungsari. Ada sesuatu yang perlu aku selesaikan disana", jawab Panji Rawit sambil tersenyum.

" Wah kita satu arah. Kalau kau tidak keberatan, bagaimana kalau kita jalan bersama? Setidaknya kita bisa saling menjaga selama perjalanan. Kau tahu, jalur ini tidak terlalu aman karena sering terjadi perampokan", senyum Pramodawardhani merekah selesai berbicara.

"T-tapi aku.. "

"Tapi apa? Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri dengan baik. Aku pasti tidak akan merepotkan mu selama perjalanan", keukeuh Pramodawardhani ingin jalan bersama.

" Bukan itu maksud ku. Aku hanya eh bagaimana ngomong nya ya eh begini bekal perjalanan sangat sedikit dan itu tidak cukup untuk kita berdua ", mendengar alasan Panji Rawit, Pramodawardhani tersenyum sembari merogoh buntalan kain di punggungnya. Dia mengeluarkan sekantung kepeng yang jumlahnya cukup banyak.

" Kau tak perlu mengkhawatirkan hal itu. Bekal ku cukup banyak untuk beberapa purnama ke depan "

Mendengar jawaban dari Pramodawardhani, Panji Rawit tak punya alasan lagi untuk menolak keinginan perempuan cantik berwajah bulat telur ini. Maka setelah selesai membereskan barang bawaannya, Panji Rawit melenggang ke arah utara bersama dengan Pramodawardhani.

Melewati jalan setapak yang membelah kawasan hutan dan ladang penduduk, mereka terus bergerak ke arah utara. Sepanjang perjalanan, dua muda-mudi ini saling berbincang-bincang tentang banyak hal.

Dari perbincangan ini, Panji Rawit menjadi tahu bahwa Pramodawardhani bukanlah seorang pendekar wanita biasa. Pramodawardhani adalah putri dari pejabat menengah dalam tata pemerintahan kerajaan Medang yang bernama Demung Wiratama. Ayahnya mengurusi pergudangan Istana Medang yang disebut dengan Keraton Medang Sawit.

Sekedar tahu saja, saat itu Kerajaan Medang baru berpindah dari wilayah tengah Pulau Jawa ke wilayah timur. Perpindahan ini terjadi karena ibukota Medang di Pohpitu hancur karena meletusnya Gunung Mandrageni yang mengubur seluruh wilayah Kotaraja Pohpitu dengan lahar panasnya.

Raja Medang terakhir di Pohpitu, Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Rakai Pangkaja yang bergelar abhiseka Sri Vijayalokanamotunggadewa, tewas di istananya karena tidak mau mengungsi meskipun keadaan Pohpitu sedemikian gawatnya. Putra kakaknya yang tewas dalam perebutan tahta di awal masa pemerintahan Dyah Wawa yakni Sri Maharaja Mpu Wagiswara, Rakai Hino Mpu Sindok membawa serta beberapa pejabat penting, pendeta dan beberapa benda penting seperti panji kerajaan serta pusaka yang dianggap menjadi bukti kekuasaan raja ke wilayah timur.

Sebenarnya, carut marut pemerintahan Kerajaan Medang berawal dari meninggalnya Prabu Dyah Balitung yang belum sempat menunjuk putra mahkota sebelum kematiannya. Karena ketiga putra raja masih kecil, maka Mapatih Dyah Daksa yang masih saudara Dyah Balitung naik tahta. Selepas ketiga putra Prabu Dyah Balitung dewasa, Prabu Dyah Daksa enggan untuk segera menyerahkan tahta kepada salah satu putra mendiang Prabu Dyah Balitung yang mengakibatkan pemberontakan besar-besaran.

Dyah Daksa tewas dalam pemberontakan para pangeran yang akhirnya memunculkan Dyah Tulodong sang putra ketiga yang juga merupakan putra kesayangan Prabu Dyah Balitung naik tahta menggantikannya. Sementara itu kedua kakaknya hanya bisa memendam kekecewaan dan dendam.

Di bawah hasutan Dyah Wawa sang putra kedua, Mpu Wagiswara yang merupakan putra tertua memberontak yang berhasil menggulingkan tahta Dyah Tulodong pada tahun 924 Masehi atau 846 Saka. Namun perebutan kekuasaan di Pohpitu masih belum selesai.

Dyah Wawa yang ingin menduduki tahta kerajaan Medang menyuruh seorang dayang istana untuk mencampurkan racun ke dalam minuman Mpu Wagiswara kakaknya sendiri. Mpu Wagiswara tewas setelah gagal mendapatkan pengobatan sepekan setelah peristiwa itu. Dyah Wawa akhirnya naik tahta juga namun untuk mengamankan tahta ia mengangkat anak Mpu Wagiswara di jabatan penting kerajaan Medang.

Itulah kenapa sebabnya, para punggawa kerajaan Medang dan para pemuka agama bersedia mengikuti Mpu Sindok mengungsi ke daerah Pulau Jawa bagian timur. Mpu Sindok pun yang tak ingin keturunan nya terlibat lagi dalam masalah lama di Dinasti Syailendra, memilih untuk menggunakan gelar abhiseka berbeda dengan para pendahulunya yakni Sri Maharaja Isyanawikrama Dharmotunggadewavijaya.

Kembali ke perjalanan Panji Rawit dan Pramodawardhani, dua orang pendekar muda ini akhirnya mencapai tepian Sungai Wulayu tepatnya di wilayah Wanua Mantingan. Pramodawardhani yang kelaparan langsung menggelandang tangan Panji Rawit ke arah warung makan yang ada di pertigaan jalan.

"Ki, kami pesan makanan nya ya.. Apa saja yang penting bisa untuk mengganjal perut", ucap Pramodawardhani setelah mereka masuk ke dalam warung makan ini.

" Menu masakan kami yang menjadi andalan kami adalah ikan bakar disiram kuah santan. Jika nisanak berkenan, kami segera menyiapkannya ", ucap lelaki paruh baya bertubuh gemuk yang merupakan pemilik warung makan ini dengan ramah.

" Aku tidak keberatan. Siapkan saja dua hidangan dan antar ke meja kami. Perkara bayar, kau tak perlu khawatir Ki, uang ku cukup untuk membeli banyak makanan mu", Pramodawardhani menepuk pinggangnya hingga gemerincing kepeng beradu terdengar. Sang pemilik warung langsung tersenyum lebar dan mempersilahkan Panji Rawit dan Pramodawardhani untuk memilih tempat. Keduanya pun segera berjalan ke arah sudut ruangan warung yang dekat dengan jalan raya.

Sejak awal kedatangannya, pasangan Panji Rawit - Pramodawardhani memang menarik perhatian para pengunjung yang sedang makan atau menunggu pesanan mereka selesai. Tak terkecuali dua orang bertampang sangar yang duduk di pojokan.

"Sepertinya perempuan itu banyak duit Kang. Kita harus memberitahu Lurah e hal ini", bisik si lelaki berkumis tebal lirih pada seorang laki-laki berbadan gempal di sebelahnya.

" Iya Ndung.. Ayo, jangan buang waktu ", balas si lelaki berbadan gempal itu setuju. Keduanya bergegas keluar dari warung, meninggalkan makanan mereka yang masih separuh. Gerak gerik mencurigakan dari kedua orang ini tak lepas dari lirikan mata Panji Rawit.

Begitu makanan pesanan Panji Rawit dan Pramodawardhani datang, keduanya langsung menyantapnya dengan lahap. Maklum saja, seharian penuh di perjalanan mereka berdua hanya mengisi perutnya dengan ayam hutan panggang tadi pagi dan beberapa buah yang mereka dapat di perjalanan.

Tak berapa lama kemudian, beberapa orang bertubuh kekar dengan tampang seram datang ke warung makan. Mata mereka celingukan kesana kemari. Saat itu dua orang yang keluar dari warung makan tadi langsung menunjuk ke arah tempat Panji Rawit dan Pramodawardhani.

Melihat itu, Panji Rawit menghela nafas panjang dan bergumam dalam hati,

'Sepertinya mereka memang ingin mencari masalah.. '

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀 𝒃𝒍𝒖𝑬𝒘𝒉𝒂𝒍𝒆

𝐀⃝🥀 𝒃𝒍𝒖𝑬𝒘𝒉𝒂𝒍𝒆

duh duh ngeriiii...silau dunia ternyata bisa membunuh hati nurani yaa.....sampe2 rela menyingkirkan saudara sendiri demi tahta dan kedudukan....

2025-01-24

2

Zainal Patta

Zainal Patta

saking ruwetnya itu sebutan mataku ikut mendongak, ini kalau acara nikah puyeng nyebutnya

2025-02-18

1

♣AviSa♣

♣AviSa♣

ini nih rasa sayang yg salah...akibat ulah orang tua anak yg meaggung akibatnya

2025-02-12

2

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!