Berebut Ayam Panggang

Resi Sampar Angin menghela nafas berat mendengar pernyataan keras dari murid nya. Sekalipun ia mengajarkan murid nya itu untuk selalu berbuat kebajikan dan menolong sesama manusia, akan tetapi kekejaman yang dialami oleh keluarga Panji Rawit benar-benar sudah di luar batas kemanusiaan. Bagaimanapun juga, orang-orang itulah yang memaksa Panji Rawit untuk berbuat sedemikian rupa.

Setelah Panji Rawit menyarungkan kembali keris pusaka di tangannya, Resi Sampar Angin bergegas mendekati muridnya itu. Gitarja anaknya yang juga merupakan adik seperguruan Panji Rawit di Padepokan Widarakandang pun ikut mendekati sang pemuda tampan.

"Rawit, keris pusaka di tangan mu ini adalah pusaka yang sedang diburu oleh para pendekar dunia persilatan. Namanya adalah Keris Pulanggeni. Kau harus hati-hati dalam menjaga nya dan jangan sampai kau biarkan orang jahat menguasainya.

Setelah ini kemana tujuan mu? ", mata Resi Sampar Angin tajam menatap ke arah sang murid.

" Sebelum kejadian ini, sebenarnya murid ingin melanglang buana dengan menebar kebajikan seperti yang guru ajarkan sebagai wujud dharma bhakti atas ajaran yang guru berikan. Akan tetapi, setelah pembantaian keluarga ku, murid ingin menuntut keadilan atas apa yang sudah menimpa sanak keluarga ku lebih dulu Guru..

Setelah itu, murid akan mencari siapa sebenarnya orang tua kandung murid yang telah tega membuang murid di tepi Sungai Wulayu. Murid ingin tahu apa sebenarnya tujuan dari hal itu..", ucap Panji Rawit sambil membenamkan keris pusaka ke balik sabuk yang ada pinggangnya.

"Haeeehhhhh.... Balas dendam memang tidak baik, Rawit. Tapi Guru juga tidak bisa menyalahkan mu untuk masalah ini karena perbuatan orang-orang Padepokan Pandan Alas memang sudah melampaui batas kewajaran untuk dunia kependekaran.

Untuk menyamarkan diri, sering-sering lah menggunakan Ajian Malih Rupa agar tidak seorang pun bisa mengenali mu dengan mudah. Itu adalah cara tercepat untuk bersembunyi jika kau sedang dalam bahaya.

Tetapi sekalipun kau sudah bertemu dengan dalang dari pembunuhan orang tua angkat mu ini, kau juga harus mengukur kemampuan mu sendiri, apakah mampu bersaing dengan nya atau tidak? Jangan mengedepankan emosi sesaat tapi berujung petaka pada diri sendiri. Ingatlah, seorang lelaki tidak akan pernah terlambat untuk membalas dendam meskipun sudah 10 tahun berlalu.. ", nasehat Resi Sampar Angin seraya mengelus jambang putihnya.

" Murid mengerti guru..

Dari sini kita berpisah. Mohon doa restu dari guru semoga apa yang murid harapkan bisa terwujud", ucap Panji Rawit sambil menghormat pada guru Padepokan Widarakandang itu.

"Berangkatlah, murid ku..

Aku berdoa kepada Hyang Akarya Jagad semoga kau selalu dalam lindungan Nya", Resi Sampar Angin mengangkat tangannya sebagai doa restu dari nya. Panji Rawit langsung melangkah ke arah utara, dimana Padepokan Pandan Alas berada.

Gitarja segera mendekati Resi Sampar Angin yang terus menatap Panji Rawit yang semakin menjauh dari pandangan.

"Apa Kakang Panji Rawit akan baik-baik saja, Romo? Dia sedang dalam bara api dendam sekarang ini. Jujur saja, aku mengkhawatirkan keselamatan nya", tutur Gitarja perlahan.

Hehehehe...

Resi Sampar Angin terkekeh kecil mendengar ucapan putri nya itu. Makna dari tawa ini hanya dia saja yang tahu.

*****

Mentari mulai menyingsing di ufuk timur, mengusir kegelapan malam yang sempat menguasai seisi bumi. Menggantikan dingin malam dengan cahaya terang yang hangat, membuatnya menjadi penanda hari yang baru.

Suara kokok ayam jantan yang semula begitu keras berangsur-angsur menghilang seiring dengan cahaya mentari pagi yang semakin terang. Berbarengan dengan itu, suara lesung yang ditumbuk dengan alu mulai terdengar dari perkampungan yang ada di utara Gunung Lawu. Cericit burung kutilang mulai bersahutan dengan suara burung-burung kecil di dahan pohon angsana.

Panji Rawit menggeliat dari tempat tidur nya, sebuah ranjang dari tatanan pohon bambu utuh yang digunakan sebagai gubuk oleh para peladang di kaki utara Gunung Lawu. Setelah meninggalkan Wanua Jonggring, Panji Rawit memang terus berjalan kaki ke arah utara, menyusuri hutan lebat yang ada di kaki timur gunung yang konon merupakan gunung dewa itu. Senja kemarin, dia yang baru keluar dari hutan terpaksa harus bermalam di gubuk milik peladang karena tidak juga melihat pemukiman penduduk di sekitar tempat itu.

Melihat sisa daging ayam hutan yang kemarin dia buru masih tersisa, Panji Rawit segera menghidupkan kembali api unggun yang sudah hampir mati karena kehabisan bahan. Api dengan cepat membesar hingga memanggang daging ayam hutan itu. Cukuplah untuk mengisi perutnya sebagai tenaga agar bisa meneruskan perjalanan.

Sembari menunggu ayam hutan panggang nya matang, Panji Rawit mencuci mukanya di sebuah mata air kecil dekat gubuk. Rasanya cukup menyegarkan wajah tampan nya.

Rupa-rupanya bau ayam hutan panggang itu menarik perhatian seorang gadis muda dengan pakaian pendekar yang kebetulan juga sedang melewati tempat itu. Dia segera bergerak ke arah sumber aroma lezat itu dan melihat sebuah gubuk tanpa penghuni akan tetapi ada seekor ayam hutan yang sedang di panggang pada api unggun di sampingnya. Air liur gadis muda itu hampir saja menetes saking terpesona dengan aroma enak yang menusuk hidung.

Melihat tidak ada orang yang terlihat di sekitar gubuk, gadis berkemben coklat dengan hiasan batik bermotif bunga bakung itu celingukan kesana kemari. Setelah dirasa aman, dia langsung melesat cepat ke arah ayam hutan panggang yang telah matang. Satu kali sambaran, ayam hutan panggang yang masih mengepulkan uap panas itu sudah ada di tangan. Akan tetapi, saat gadis cantik yang mengenakan tusuk konde dari perak berbentuk bunga cempaka itu hendak memakannya, tiba-tiba..

Shhhheeeeeeeeeeeeppppp!!

Lengan kanan gadis muda itu dicekal oleh seseorang. Saat gadis itu cukup terkejut dan segera menoleh ke empunya tangan.

"Mau mencuri ayam hutan panggang ku? Tak semudah itu... ", ucap si pemuda tampan berpakaian biru gelap tanpa lengan baju yang tak lain adalah Panji Rawit.

Secepat kilat tangan kiri Panji Rawit merebut tusuk ayam hutan panggang itu. Kecepatan nya benar-benar luar biasa karena si gadis muda itu baru menyadari bahwa ayam hutan panggang itu telah pindah tangan saat ia melihatnya.

Dan pertarungan sengit memperebutkan ayam hutan panggang itu pun segera terjadi. Dengan penuh nafsu, si gadis muda berwajah bulat telur itu memburu pergerakan Panji Rawit. Akan tetapi, sekeras apapun usahanya nyatanya itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Malahan dia berulang kali hampir saja terjungkal karena serangan serangan nya dengan mudah dihindari oleh Panji Rawit.

Whhhuuuuuuuggghh whhhuuuuuuuggghh!

Dhhhaaaaaaaaaassss..!!!

Si gadis berkemben coklat terhuyung-huyung mundur setelah pukulan nya di papak telapak tangan kanan Panji Rawit. Setelah berhasil memperoleh pijakan yang pas, dia cepat memutar tubuh nya sambil melemparkan dua buah senjata rahasia berbentuk tusuk konde berwarna perak ke arah sang lawan.

Shhhrrrrriiiiiinnnnggg shhhrrrrriiiiiinnnnggg!!!

Dengan cekatan, Panji Rawit menangkap lemparan dua senjata rahasia itu dengan menjepit nya pada jari jemari tangan kanan nya. Dengan senyum penuh kemenangan, dia menjatuhkan senjata rahasia itu ke sampingnya. Hal ini membuat gadis muda itu meradang murka.

"Rupa-rupanya kau berilmu tinggi juga! Aku tidak akan main-main lagi.. ", teriak gadis itu sambil mencabut pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu, dia menerjang maju ke arah Panji Rawit sembari mengayunkan pedang.

Shhhrrreeeeeeeettttt!!

Dengan gesit Panji Rawit berkelit menghindari sembari memutar tubuh. Lalu dengan cepat ia menyarangkan siku kanan nya ke rusuk kanan gadis muda itu.

Dhhhaaaaaaaaaassss..

Aaaaaaaaaaaaaaaaarrrrgghhhhh!!

Gadis muda itu meraung keras. Saking sakitnya sikutan Panji Rawit, pedang di tangannya lepas. Saat itulah Panji Rawit membetot paha ayam hutan panggang nya dan menjejali mulut si gadis muda yang terbuka. Gadis itu terhuyung-huyung mundur namun ia murka karena merasa terhina dan hendak bergerak kembali menyerang. Akan tetapi Panji Rawit segera menggerakkan tangannya ke depan sebagai isyarat untuk berhenti.

"Sudah cukup!! Aku tidak mau main-main lagi!..

Ayam hutan panggang ini milik ku. Kau sudah ku bagi. Jangan macam-macam lagi jika tidak ingin aku bertindak tegas", ucap Panji Rawit segera.

Sang gadis muda mendengus kesal. Akan tetapi dalam hatinya ia mengakui bahwa Panji Rawit memang lebih unggul dalam kepandaian ilmu beladiri. Andaikan pemuda tampan itu mau serius bertarung, sudah dari tadi ia dikalahkan.

"Baik, aku setuju. Tapi satu potong paha ayam hutan panggang ini terlalu kecil, belum cukup mengisi perut ku. Tambah lagi sedikit.. ", pinta gadis muda itu sedikit memaksa.

" Dasar perut gentong. Ini..!! "

Panji Rawit merobek separuh ayam hutan panggang nya dan melemparkan nya ke arah gadis muda itu. Dengan cekatan, gadis muda itu segera menangkapnya dan memakan dengan lahap.

'Gadis ini benar-benar rakus. Sepertinya ia sudah kelaparan', batin Panji Rawit sembari mengunyah daging ayam hutan panggang bagiannya.

"Wah puasnya... ", ungkap gadis muda itu setelah selesai menyantap daging ayam hutan panggang nya seraya melemparkan tulang ke tanah. Dia segera mendekati Panji Rawit yang masih menikmati bagiannya dengan perlahan.

" Terimakasih atas makanannya, Kisanak. Aku Pramodawardhani. Siapa nama mu?", ucap gadis cantik itu sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Panji Rawit yang sedikit heran melihat perubahan sikap Pramodawardhani, tak segera menjawab tapi malah memperhatikan gadis itu lekat-lekat seolah sedang menyelidiki apa maunya. Dengan enggan dia menjawab tanpa mengulurkan tangannya,

"Nama ku Rawit. Panji Rawit... "

Terpopuler

Comments

Elmo noor

Elmo noor

bareng dong Aku juga datang kang Ebez...😁

2024-11-18

1

𝐀⃝🥀 𝒃𝒍𝒖𝑬𝒘𝒉𝒂𝒍𝒆

𝐀⃝🥀 𝒃𝒍𝒖𝑬𝒘𝒉𝒂𝒍𝒆

ini niih yg sukanya yg instans2... KLO lapar mending berburu trus masak

2025-01-21

2

𝐀⃝🥀 𝒃𝒍𝒖𝑬𝒘𝒉𝒂𝒍𝒆

𝐀⃝🥀 𝒃𝒍𝒖𝑬𝒘𝒉𝒂𝒍𝒆

kenapa gak pakai ilmu meringankan tubuh nya seh....biar bisa cepet sampai....kan cape KLO jalan kaki mah🤭

2025-01-21

2

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!