BAB 20

“Kayra !”

Guru tersebut menatap tak percaya dengan dengan apa yang ia lihat. Awalnya ia tak yakin jika suara yang ia dengar adalah suara anak kecil, ternyata ia benar, memang ada anak kecil di dalam kelas tersebut.

“Bu guru !” lirih Kayra

Guru tersebut membawa Kayra ke ruang BP dan Kayra saat ini tengah diceramahi oleh gurunya.

“Maaf Pak, Bu ! Saya terpaksa membawa anak majikan Saya ke sekolah, karena dia tidak mau Saya tinggal dirumah !” kata Kayra dengan jujur, agar gurunya itu mau memberikannya toleransi.

“Tapi ini sekolah, Kayra ! Kamu tidak bisa bersikap semau hati mu ! Sekolah punya aturan !” kata guru BP itu.

“Lagi pula kalau Kamu membawa anak kecil ke sekolah, nanti akan menganggu proses belajar siswa dan siswi lainnya di kelas !” kata Ibu Guru ikut menimpali.

“Saya janji Pak, Bu ! hanya hari ini saja ! tolong beri saya toleransi !” kata Kayra dengan lembut.

Tak lama kepala sekolah datang ke ruang BP karena ada yang melaporkan padanya jika Kayra membawa seorang bayi ke sekolah.

“Matilah Aku !”

Tubuh Kayra tiba-tiba lemas ketika melihat kehadiran kepala sekolah.

“Ada apa ini ?” tanya Kepala sekolah.

“Ini Pak, Kayra membawa bayi ke sekolah !” kata guru BP tersebut apa adanya.

“APA ?” ucap kepala sekolah itu terkejut.

“Maaf Pak.” Lirih Kayra

Ia pun lalu menceritakan pada kepala sekolahnya agar kepala sekolah itu mengerti kondisi Kayra.

“Jadi itu anak majikan mu ?” tanya kepala sekolah tersebut.

“Iya Pak !”

“Bapak kira itu anak kamu !” kata kepala sekolah lagi yang membuat Kayra langsung melototkan matanya.

“Bukanlah Pak ! Bapak ada-ada saja ! Saya minta maaf ya Pak, sehari ini saja Saya minta toleransi. Besok-besok Saya janji tidak akan membawanya ke sekolah !” kata Kayra

Kepala sekolah tersebut menghela nafasnya, ia tahu Kayra salah satu siswinya yang tidak banyak ulah, dan juga berprestasi. Ia pun memaklumi apa yang dilakukan oleh Kayra hari ini.

“Ya sudah, karena Kamu murid yang berprestasi di sekolah ini, bapak kasih Kamu keringanan ! Kamu boleh membawa anak majikan Kamu kapan pun yang Kamu mau !” ucap sang kepala sekolah hingga membuat Kayra langsung menatap kepala sekolahnya.

“Hah ? yang bener Pak ?” tanya Kayra cepat

“Iya, masa Bapak bohong ! Ya sudah, masalah ini selesai. Silahkan Kamu kembali ke kelas Kamu untuk belajar, dan pastikan anak yang kamu bawa itu tidak mengganggu teman-teman di kelas mu saat jam pelajaran !” kata Kepala sekolah tersebut dengan tegas.

“Baik Pak, terimakasih banyak Pak ! Saya permisi !” kata Kayra ia bernafas lega ketika ia mendapatkan izin dari kepala sekolah kalau ia boleh membawa Kanaya ke sekolah.

Kayra langsung menuju kelasnya dimana saat ini Kanaya tengah bermain dengan Reno.

“Reno !” ucap Kayra

“Eh, gimana ? Kamu kena marah ya sama guru BP ?” tanya Reno cepat.

“Enggak kok ! Malah di kasih izin sama Kepala Sekolah.” Ucap Kayra tersenyum senang.

Reno bernafas lega, ia kemudian ikut senang mendengarnya.

Beberapa jam kemudian bel pulang berbunyi, Kayra bergegas mamasukkkan mainan Kayana ke dalam tasnya dan memberikan Kayana susu sembari menggendongnya.

“Ayo Kayana kita pulang !” kata Kayra

Reno kemudian menawarkan tumpangan pada Kayra karena rumahnya satu kompleks dengan rumah majikan Kayra.

“Bareng Aku aja !” kata Reno saat mereka tengah di parkiran khusus siswa di sekolah.

“Nanti Kamu repot ?” tanya Kayra ia tak enak hati karena Reno selalu membantunya.

“Tidak apa-apa ! Kan kita satu arah, satu komplek malahan !” kata Reno lagi.

Belum sempat Kayra menjawab, tiba-tiba Kaisar datang menghampiri Kayra dan Kanaya langsung memanggil Papanya.

“KAYRA !”

“Papa..Pa..Papa.”

Kayra terkejut melihat Kaisar ada disekolahnya, begitupun dengan Reno.

“Tuan Kaisar !” Kayra menelan air ludahnya ketika melihat Kaisar dengan tatapan tajam padanya.

“Ayo pulang !” titah Kaisar, ia sejak tadi menunggu Kayra keluar dari gerbang sekolah namun Kayra tak kunjung keluar. Ia sangat cemas dengan keadaan Kanaya yang diajak ke sekolah oleh Kayra tanpa izin darinya.

“Reno, maaf Aku pulang dengan majikan ku ! Terimakasih atas bantuan mu hari ini !” kata Kayra pamit dari hadapan Reno dan Reno memakluminya.

Reno hanya menatap punggung Kayra semakin menjauh dari pandangan matanya, tentu saja ia harus menelan rasa kecewa karena ia tak bisa lebih dekat dengan Kayra.