Istri Kontrak Pak AL
Cahaya hangat masuk melalui celah-celah, membuat nuansa Cafe Glossy terkesan menenangkan, pengunjung memadati kafe, namun tidak berisik karena luasnya ruangan dan jarak antara setiap meja berjauhan.
Cika duduk pada salah satu bangku yang tersedia di sana. Di belakangnya terdapat tembok, di samping kiri terdapat jendela besar menghadap keluar, dan di depan meja Cika, terdapat dua orang laki-laki sedang berdiskusi.
Tempat yang Cika pilih sangat strategis untuk memantau keseluruhan ruangan.
Cika sesekali menatap seorang laki-laki yang duduk di meja depannya, karena salah satu laki-laki itu terlihat sangat familiar. Cika membahas hal ini dengan Syifa, temannya, melalui obrolan chat. Berdasarkan percakapan dan gerak-gerik pria itu, Cika menggambarkan sosoknya untuk Syifa. Syifa kemudian ikut membantu Cika untuk menebak siapa laki-laki tersebut.
Percakapan mereka terdengar sayup-sayup oleh Cika. Walaupun tidak ingin menguping, namun lelaki yang sering disebut Pak Al ini sangat menarik perhatiannya. Untung saja, keduanya menghadap jendela besar dan tidak memperhatikan Cika sama sekali.
Cika terus membaca dan melihat foto-foto orang-orang kaya muda yang Syifa kirim kepadanya. Foto Pak Al muncul di sana, dengan informasi yang membuat Cika tercengang. Alfa Zelian adalah pendiri sekaligus CEO dari marketplace YukBelanja. Al memulai perjalanan menjadi pengusaha muda dari nol berawal dari kecintaannya terhadap teknologi sejak usia SD. Meskipun sempat tinggal di daerah pelosok tanpa listrik, semangat Al dalam mempelajari pemrograman tidak pernah surut. Ia pun berhasil masuk menjadi mahasiswa ITB jurusan Teknik Informatika pada tahun 2004.
Cika mulai menelusuri biodata Al dan menemukan banyak rumor tentangnya. Salah satunya adalah dugaan bahwa Al menyukai sesama jenis, karena di usianya yang ke tiga puluh, ia belum pernah ditemani oleh lawan jenis.
Cika mulai tertarik pada kekayaan dan ketampanan Al. Ia melirik Al dan kaget saat pandangan mereka bertemu. Cika merasa gugup, segera mengambil kopi, dan berpaling ke arah lain untuk mengatasinya.
Cika kembali mengintip dan melihat seorang gadis seksi, yang ia kenal karena sering muncul di feed TikTok-nya, menghampiri meja Al dan teman yang dikatakan oleh Syifa sebagai asisten pribadi Al. Cika kembali terkejut saat mendengar pengakuan Al tentang perasaannya terhadap asistennya di depan gadis itu. Percakapan mereka mulai memanas, namun saat ini perut Cika tidak mendukung keinginannya untuk menonton drama yang terjadi di depan dirinya. Ia bergegas menuju kamar mandi.
Setelah kembali dari kamar mandi, Cika melihat Ghea Hanif pergi sambil menangis. Cika menyesal tidak bisa mendengarkan percakapan mereka sebelumnya. Kembali duduk di tempatnya, Cika menguping lagi pembicaraan Al dan asistennya, Marvin Setiawan.
Cika menjadi tertarik saat mendengar Marvin menyarankan Al mencari istri agar dia tidak diganggu oleh cewek lain dan menyelesaikan permintaan orangtuanya. Cika merasa gugup dan ingin sekali menyela percakapan mereka dan mengajukan dirinya.
Gerakan Cika terhenti, sebuah ide gila muncul di benaknya. Cika menatap pekerjaannya lalu melirik Al, dan membuat sebuah keputusan gila dalam hidupnya.
Cika bangkit dan menghampiri meja Al dan Marvin, "Permisi, bolehkah saya duduk di sini? Maaf telah menyela."
Al dan Marvin menoleh ke arah Cika. Marvin tersenyum, dan dengan persetujuan Al, pergi meninggalkan mereka berdua saat Cika mengungkapkan keinginannya untuk berbicara dengan Al berdua saja.
Cika menyerahkan sebuah proposal yang sudah disusun seminggu ini kepada Al. Di dalamnya terdapat sebuah perjanjian yang telah dipikirkannya selama sebulan ini.
Al mengangkat alisnya dan menerima proposal itu. Cika berdehem, dan setelah Al selesai membacanya, dia bertanya, "Bagaimana? Kamu butuh istri dan saya butuh uang serta tempat tinggal. Saya berjanji tidak akan menganggu hidupmu dan kita bisa bernegosiasi lainnya."
Cika menatap Al dengan pandangan mantap, yakin dengan pilihannya. Pekerjaannya saat ini berantakan karena salah seorang karyawan yang berselingkuh dengan bos iri padanya, juga tempat tinggalnya kini tidak bisa diperpanjang karena ibu kos tidak suka padanya. Padahal, suaminya yang menyukai Cika dan mengganggunya. Nasibnya kini kacau, dia yatim piatu dan merantau di kota orang serta sangat kekurangan uang.
Melihat banyak drama serta novel, dan pengalaman teman-temannya, dia mempertimbangkan untuk menjadi istri kontrak.
Selama sebulan terakhir, dia memikirkan ide ini dengan matang dan merasa itu adalah solusi menguntungkan yang sangat mudah, terutama karena Al sesuai dengan kriteria yang diinginkannya.
"Kontrak bisa ditambah, kita bisa berdiskusi. Jika bisa, segera!" Cika menegaskan saat tidak mendapat jawaban dari Al. Hampir menyerah, Cika segera beranjak bangkit, namun tidak lupa menyerahkan kartu namanya pada Al sebelum meninggalkannya.
"Kuharap kamu mau memikirkannya."
Cika kembali ke mejanya dan membereskan peralatannya, sambil melirik ke arah Al yang tidak memperhatikannya.
Cika pergi dengan lesu, dia melihat bahwa Marvin telah kembali.
"Apa dia akan menganggap ku gila? Kenapa dia tidak merespon?"
Cika berbicara dengan Syifa di jalan menuju angkutan umum.
"Menyerah saja, kamu cari yang lain. Besok kembali ke restoran tadi, di sana banyak orang-orang seperti Al. Jangan berpatokan di situ saja."
Cika mendengar bujukan Syifa, dia melirik mobile banking nya yang semakin menipis lalu pada jalanan.
Cika termenung, besok mungkin surat pengunduran dirinya disetujui, dan lusa dia resmi menjadi pengangguran. Hidup di Jakarta sangat membebani, tidak seperti di kampungnya. "Di sini, makan pun susah," keluhnya.
Cika mengakhiri percakapannya. Tepat jam sembilan malam, dia tiba di kosannya. Kotak-kotak kardus sudah tersusun di sudut ruangan yang berisi barang-barangnya. Hanya seminggu lagi sebelum sewa berakhir, dan dia bahkan belum menemukan tempat tinggal yang baru, sangat sulit untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih baik dari kosnya yang sekarang.
Cika ingin menangis. Mau pulang kampung pun, uangnya tidak cukup untuk membeli tiket pesawat. Jika dia tahu akan seperti ini, dia tidak ingin mendengar bujukan bibinya. Cika merasa tertipu, bibinya berjanji akan mengurus segalanya, tetapi hingga hari ini dia tidak juga menerima uang sewa rumah yang ada di kampungnya. Selain itu, ladangnya juga tak diketahui siapa yang mengurusi.
"Argh! Sangat membuat frustasi, hidup kok ngenes amat, sih? Amat tidak beruntung banget."
Cika merebahkan diri di atas ranjang, "Bagaimana kedepannya? Sudah enam bulan di sini, katanya gaji di Jakarta tinggi, tetapi hidup kok susah, bayar ini dan itu. Ya Tuhan, apakah hamba-Mu akan menjadi pengemis di sini?"
Cika melirik WhatsApp, tetapi pesan dari bibinya tidak datang-datang. "Tuhan... Gimana ini? Sudah enam bulan uang sewa tidak juga dikirim, padahal perjanjiannya tidak seperti ini."
Cika kesal karena pesan dari bibinya tidak kunjung datang sejak dia minta dibelikan tiket pulang ke Sumatra, ke kampung halamannya.
Cika ingin menangis rasanya.
Esok harinya, Cika kembali mendatangi Cafe Glossy, tempat yang ia kunjungi kemarin dan tempat yang selama seminggu ini dia datangi dengan harapan mendapat suami kontrak.
Cika melirik ke dalam tas yang berisi dua proposal perjanjian. "Tidak bisa menyerah, Tuhan bantu saya!"
Cika duduk di tempat kemarin, seperti biasa, dia memesan segelas jus dan cake yang paling murah di sana. Hari ini, dia sudah mendapat persetujuan pengunduran diri dari kantor tempat dia bekerja, gajinya cukup untuk hidup sebulan di Jakarta. Jam baru menunjukkan pukul 12.00 siang.
Perutnya sudah keroncongan. Cika melirik ke sekeliling kafe namun tidak menemukan calon yang diinginkannya. Dia berusaha fokus menulis serta mengirim surat lamaran kerja ke beberapa perusahaan lain.
Dua hari berlalu, Cika belum mendapat pekerjaan baru atau calon yang lebih cocok seperti Al.
Dalam dua hari ini, dia terus mencari, namun Al sudah menarik perhatiannya. Dia tidak bisa memilih yang lain, tetapi Al tidak menghubunginya hingga kini. Cika mulai ragu dan sangat bingung.
Cika menunggu dengan gusar. Dia memasuki gedung perusahaan "YukBelanja" yang mengirimkan email agar dia datang untuk wawancara.
Cika keluar dari ruang wawancara setelah mengucapkan terima kasih pada Sofyan, karyawan yang membimbingnya.
"Semangat, Cika."
Cika mengucapkan terima kasih dan berjalan ke arah lift setelah berpamitan dengan Sofyan.
Terdapat dua lift, satu untuk eksekutif perusahaan dan yang lain untuk karyawan. Cika menekan tombol lift karyawan, sambil menunggu lift, lift di sebelah terbuka. Cika refleks melirik ke arah lift dan melihat Al keluar dari sana bersama Marvin. Cika sangat malu, dia menunduk dan menutupi wajahnya dengan rambut.
Al dan Marvin melewati Cika. Al melirik Cika tanpa menghentikan langkahnya.
Cika merasa bersalah dan malu mengingat kelakuannya.
Cika tidak sabar menunggu lift lagi, dia melangkah ke tangga darurat seolah melarikan diri.
Cika terpeleset di anak tangga terakhir karena hak tinggi yang ia kenakan. Cika menangis kalau saja tidak takut menarik perhatian dia ingin menangis lebih keras.
Cika melepas hak tinggi dan melihat kakinya tergores dan lebam akibat benturan.
"Sial sekali hidupku! Tuhan, kenapa tidak kau ambil saja aku!"
Cika memeluk lututnya, dia terisak karena rasa sakit di kaki serta frustasi karena masalah dalam hidupnya tidak kunjung usai.
"Tinggal tiga hari lagi... belum juga ketemu kos, pekerjaan apalagi. Uang sewa rumah dan ladang juga sampai sekarang tidak kunjung datang. Huhu... kenapa hidupku sangat menyedihkan! Sudah sebatang kara, sebatang asa pula."
Suara pintu terbuka menginterupsi pikiran dan keluhan Cika. Cika dengan cepat menyapu wajahnya dengan lengan kemeja.
"Sedang apa?"
Cika mendongak saat mendengar pertanyaan itu. Dia melihat Al berdiri di pintu sambil bersandar dengan tatapan tertuju ke arahnya.
Gerakan Cika terhenti, dia menatap Al dengan tatapan tidak percaya dan bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments