Netra ini silau dengan matahari yang bersinar terang. Malam telah berganti siang. Sandra bener-bener lelah dan masih terlihat mengantuk.Tak butuh waktu lama kedua netra ini terbuka dengan sempurna.
Masih terngiang di telinga Sandra sesaat sebelum ibu dan Rima pergi untuk selamanya. Pagi itu saat matahari mulai mengintip malu-malu,Sandra tengah sibuk dengan aktivasi yang biasa dia lakukan.
Sementara ibu dan Rima pergi berbelanja ke pasar.
"San...Sandra ,ibu sama Rima mau ke pasar dulu. Kalau ibu pulangnya telat kamu taro saja kunci ditempat biasa." Ujar ibu sambil berkemas.
"Baik bu,ibu hati-hati ya." Ujar Sandra tersenyum manis.
"Kakak aku ikut sama ibu juga. Nanti kakak mau titip apa." Oceh Rima bahagia.
"Ga ada dek,jagain ibu ya. Bantu ibu bawa belanjaannya. Ga boleh nakal,ok!" Ujar Sandra gemes mendengar perkataan Rima.
"Siap kakak." Kekeh Rima dengan ekspresi lucu.
Tak lama ibu dan Rima berangkat aku melanjutkan aktivas yang sempat terhenti. Kulihat jam sudah mendekati waktunya berangkat bekerja. Aku bergegas bersiap,supaya tidak terlambat.
Baru setengah perjalanan menuju toko tempat aku bekerja ,ada yang memanggilku sambil berlari tergopoh-gopoh.
"Sandra....Sandra...tunggu sebentar." Teriak pak ujang tetangga depan rumah.
Aku langsung berbalik badan,menunggu pak ujang yang setengah berlari ke arahku.
"Ada apa pak?" Tanyaku heran.
"Kamu ikut bapak sekarang." Ajak pak ujang.
"Maaf pak saya mau berangkat kerja,nanti saya telat. Emangnya ada apaan ya pak." Menolak halus ajakan pak Ujang.
"Pokoknya kamu harus ikut bapak sebentar,ini sangat penting." Ujar pak Ujang dengan memaksa.
"Tapi pak...." Belum kelar Sandra berucap pak Ujang menarik tangan sandra menaiki motor yang sudah menunggu dari tadi.Dengan perasaan penuh tanya mau ga mau sandra terpaksa mengikuti pak Ujang.
Beberpa menit berlalu,kami akhirnya sampai disebuah Rumah sakit. Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku. Kenapa aku di bawa kemari, bathin Sandra.
"Ayo san,turun. Ikut bapak." Ajak pak Ujang.
"Emang kita mau ngapain kesini pak?" Tanyaku heran.
"Ikut aja dulu,nanti kami juga tau. Ayo buruan san." Hardik pak Ujang ga sabaran.
Aku pun mengikuti langkah kaki pak Ujang yang berjalan setengah berlari. Keringat bercucuran membahasi tubuhku. Sampailah kami di suatu ruangan yang disana ada beberapa orang tetanggaku sudah menunggu. Raut muka mereka menyiratkan kesedihan. Dengan rasa heran aku bertanya pada bu Romlah yang kulihat duduk disamping sebuah brangkar.
"Bu Romlah ini sebenarnya ada apa ya? Kok saya dibawa kesini." Tanyaku heran.
"Kamu yang sabar ya nak,ikhlaskan semuanya." Ujar bu Romlah berusah menguatkan tapi sudut matanya mengembun.
Aku semakin penasaran,bergegas menuju bangkar yang nampak sosok tubuh yang sudah ditutupi hingga kepala.
Darah berdesir, tangan gemetar.
Tangis Sandra pecah seketika saat penutup di buka bu Romlah.
"Ibu....bangun bu,jangan kaya gini bu."Teriak Sandra mengoyang tubuh ibunya yang terbujur kaku. Tangis Sandra terdengar pilu.
"Kamu mesti mengiklaskanya nak."Bujuk bu Romlah.
"Sebenarnya apa yang terjadi bu.? Ujar Sandra terbata - bata menatap bu Romlah memohon penjelasan.
"Ibu juga ga tau awal mula kejadiannya.Tadi waktu di pasar ibu melihat kerumunan,karna rasa penasaran ibu melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ibu dengar bisik-bisik orang yang berkerumun mengatakan korban tabrak lari. Ibu terkejut saat melihat korban itu ternyata adalah ibu dan adik mu Rima. Ibu berteriak minta tolong,menyuruh mereka membawa kerumah sakit terdekat. Sesampai di rumah sakit nyawa ibu dan adikmu sudah tak bisa tertolong." Urai bu Romlah menjelaskan kronologi kejadian kecelakaan ibunya Sandra.
Sandra berusaha tegar."Lalu dimana Rima bu Romlah?" Tanya Sandra melihat sekeliling.
"Adik mu lagi dibersihkan. Apakah kamu mau mengabari saudara mungkin?" Tanya bu Romlah.
Sandra lalu merogoh sakunya,mengeluarkan hapenya untuk mengabari sanak saudara.
"Assalamualaikum bi,ini Sandra."
"Waalaikumsalam san.Tumben kamu telpon bibi?"
"Bi,ibu sama Rima kecelakaan bik."Sandra sudah tak bisa meneruskan ucapannya. Lidahnya kaku,air mata kembali membanjiri pipinya. Telpon terlepas dari genggamannya. Dengan sigap bu Romlah mengambil telpon yang masih terhubung.
"Hallo...." Ujar bu Romlah mengetes apakah disana masih ada orang.
"Ya bu,Sandranya mana bu? Kok hapenya ada sama ibu?"
"Saya adalah tetangga Sandra,saya mau mengabarkan bahwa ibu Ana dan Rima kecelakan dan nyawa mereka tak tertolong." Ujar bu Romlah kikuk.
"Apa? Jangan bercanda dong bu!Ini semua bohongkan?" Ujar Diana menepis kabar duka tersebut.
"Bener mba,saya ga bohong. " ujar bu Romlah meyakinkan bibik Diana.
Diana histeris mendengarnya,bak disambar petir disiang bolong. Rasanya takdir mempermainkan mereka. Diana menguatkan hati,melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti.
"Kalau begitu tolong diurus semuanya ya bu,saya secepatnya berangkat kesana.Tolong jaga Sandra juga.Terimakasih banyak ya bu?"Ucap Diana sesenggukan.
Sambungan telpon terputus Diana bergegas mengabari suami dan sanak saudara lainya. Mereka bergegas berangkat menuju kediaman Ana dengan mobil Paman Diana.
Sepanjang perjalanan Diana tak henti-hentinya menangis. Suaminya berusaha menenangkan istrinya. Saking capeknya menangis Diana tertidur selama dalam perjalanan. Jarak antara rumah Ana dan Diana memakan waktu tiga jam.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Fano Jawakonora
waduh sedih ya koq ibu dan adiknya pergi duluan kasian sandranya kan, hrsnya mereka sukses bersama dong author,,,teganya author nih, ya udah jadikn mati suri ya author biar ibu dan adiknya sandra balik lagi ya,,,
2025-02-01
1
Simba Berry
ya allah thor k3napa kau bikn ibu dqn adiknya m3ninggal.padahal aku berharap mereka sukses bersama sama.😪😪😪😪
2025-01-03
1
Rina Istikowati
iya ne...knapa hrs pergi thor
2025-02-11
1