rumah baru

Kedua anak itu, laki-laki dan perempuan, menoleh dan memberikan tatapan tajam kepada Dira. Perasaan gugup mulai merayapi Dira, dan ia merasa seperti sedang diawasi dengan penuh penilaian oleh mereka. Rasa canggung menyelimuti dirinya saat mereka terus menatap tanpa berkata sepatah kata pun. Tiba-tiba, seorang wanita yang tampak seumuran dengan ibunya keluar dari rumah. Ia mengenakan daster sederhana yang terlihat kontras dengan kemegahan rumah tersebut. “Eh, sudah datang! Kamu Dira, ya? Anak Maura?” sapanya dengan nada ramah.

“Hehe, iya tante,” jawab Dira dengan senyum, berusaha menjaga kesopanan. Wanita itu memandang Dira dengan seksama, seolah menilai setiap detail penampilannya. “Pantas saja Maura bilang susah mengurus anak ini,” ujar wanita tersebut, matanya melirik Dira dengan penilaian yang tak bisa disembunyikan. Dira merasa

jengah, dalam hati bertanya-tanya, "Ini sebenarnya siapa sih? Temannya ibu atau pembantu rumah ini?" Rasa heran menyelimuti dirinya saat ia melihat wanita tersebut yang hanya mengenakan daster di rumah sebesar ini, sebuah kontras mencolok dari kesan pertama yang ia dapatkan.

Dira dipersilakan duduk di ruang tamu yang elegan, sementara wanita yang menyambutnya tadi bergegas menuju dapur untuk membawakan minuman. “Kayaknya yang tadi benar-benar pembantu deh,” pikir Dira, semakin yakin setelah melihat wanita itu pergi ke dapur.Tak lama kemudian, dua anak yang tadi mencuci mobil dan motor di luar masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di kursi di seberang Dira, semakin menambah rasa bingung dan canggungnya. Dira mencoba menghindari tatapan mereka yang tajam dan sulit diartikan.

Wanita yang tadi menyambutnya kembali muncul, kali ini dengan minuman di tangan. “Dira, silakan diminum dulu,” katanya sambil tersenyum. “Oh iya, kenalin. Nama tante ini Maya. Anak-anak tante, yang satu Vanya, kelas satu SMA, dan yang bungsu Rico, kelas dua SMP.”Vanya dan Rico menatap Dira dengan tatapan yang sulit dibaca, menambah rasa tidak nyaman Dira di hadapan mereka. “Hai, kenalin, nama gue Nadira Namari, gue kelas dua SMA,” ujar Dira sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Vanya dan Rico. Vanya, anak perempuan yang duduk di seberangnya, meraih tangan Dira dengan sopan. Namun, Rico hanya duduk diam, tidak memperhatikan atau menyambut Dira sama sekali.

Dira merasa semakin bingung. “Oh, jadi dua anak ini anaknya tante Maya, ya?” pikirnya penasaran. “Tapi kenapa mereka tadi cuci motor dan mobil di luar?” Rasa ingin tahunya semakin mendalam saat ia mencoba memahami situasi aneh di sekelilingnya. “Oh iya, di rumah ini tidak ada pembantu, semua pekerjaan rumah dilakukan secara bergantian setiap harinya. Jadi, Dira, kamu harus mulai terbiasa dengan peraturan di sini, kamu harus bangun pagi-pagi sekali untuk merapikan rumah sebelum berangkat ke sekolah, sekolah dimulai sekitar jam tujuh pagi, dan setelah itu, kamu akan mengikuti les bahasa sesuai permintaan ibumu hingga sore hari. Karena kamu akan satu sekolah dengan Vanya dan anak pertama saya, kalian bisa berangkat bersama setiap hari."

“Iya, Tante,” jawab Dira pelan, mulai memahami kebiasaan-kebiasaan di rumah ini yang begitu berbeda dengan kehidupannya di rumah. Setiap kata yang diucapkan Tante seakan membuka lembaran baru yang harus ia pelajari, dengan ritme hidup yang jauh dari yang ia kenal. Dira melangkah pelan menuju kamar yang telah disediakan untuknya di rumah itu. Saat tangannya meraih gagang pintu dan membukanya perlahan, matanya langsung melebar. Ia terkejut melihat suasana kamar yang benar-benar tak sesuai dengan kepribadiannya. Segala sesuatu di dalam kamar itu serba pink, dinding berhiaskan wallpaper bunga-bunga, seprai kasur berwarna merah muda, bahkan bantalnya dihiasi renda-renda lembut.

“What? Kamar apaan ini? Udah kayak kamar anak bayi,” gumamnya, tak mampu menyembunyikan keterkejutan. Dira hanya bisa berdiri terpaku di ambang pintu, kehilangan kata-kata menghadapi pemandangan yang baginya aneh dan tidak cocok dengan dirinya.Tiba-tiba, suara dering telepon memecah keheningan. Dengan cepat Dira mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan melihat nama yang tertera di layar.

"Nadin, lo harus tahu. Ini rumah aneh banget, sumpah! Kayak istana," kata Dira, mengomel tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya di seberang. "Bagus dong!" jawab Nadin singkat. "Iya, tapi Din, di sini nggak ada pembantu sama sekali! Semua orang di rumah ini ngerjain tugas rumah sendiri, otomatis gue juga harus bantu-bantu di sini. Lo tahu kan, Din, gue tuh nggak bisa ngapa-ngapain!" keluh Dira, suaranya penuh frustrasi.

Nadin tertawa kecil di seberang sana, "ya, bagus dong, Dir! Biar lo jadi mandiri, kayaknya emang sengaja tuh, nyokap lo naruh lo di sana biar lo bisa belajar urus diri sendiri,"tapi, ada satu lagi, Din..." Dira menghela napas panjang. "Kamar yang gue dapat super cringe, nggak banget. Bentar, gue fotoin biar lo lihat sendiri."

Dira segera mengambil gambar kamar itu dan mengirimkannya pada Nadin. Beberapa detik kemudian, telepon di tangannya kembali bergetar. "Ya ampun, Dir! Kamarnya bagus banget kok, cuma... ya nggak cocok aja sih sama lo yang edgy abis, tiba-tiba dikasih kamar pinky kayak gini. Tapi lo harusnya bersyukur, masih dapet kamar, kan? Gue kira lo bakal kayak di sinetron-sinetron tuh, yang ditaruh di kamar gudang terus dijadiin pembantu!" jawab Nadin sambil tertawa

“Tok, tok, tok...” Suara ketukan terdengar dari pintu kamar Dira.“Din, nanti gue telpon lagi ya. Ada yang ngetok pintu,” Dira buru-buru mematikan telepon, lalu berjalan menuju pintu. Saat membukanya, terlihat Vanya, gadis kecil yang tinggal di rumah itu, berdiri dengan senyum lebar. “Kak, ini seragam sekolah buat besok. Baru saja seragamnya datang,” kata Vanya sambil menyodorkan seragam kepada Dira.

“Oh, iya, makasih ya,” jawab Dira sambil menerima seragam tersebut. Setelah sejenak hening, Vanya kembali bicara dengan semangat. “Kak, gimana kamarnya? Suka nggak? Aku yang dekor loh.” Wajahnya tampak penuh harap. Dira tersenyum tipis, berusaha terdengar ramah. “Ah, bagus kok, makasih ya. Kamarnya jadi cantik banget.” Meski hatinya terasa canggung, ia mencoba menunjukkan rasa terima kasihnya dengan kata-kata manis.

Vanya, yang sepertinya tidak menyadari kecanggungan Dira, memiringkan kepalanya penasaran. “Oh iya, kak. Boleh tanya nggak? Kakak kenapa pucet banget? Itu makeup-nya model apa sih?” tanya Vanya sambil mengamati wajah Dira dengan ekspresi bingung. “Ini anak nggak ngerti apa, ini kan gaya makeup Avril Lavigne, idola gue...” Dira menggerutu dalam hati, tapi tetap menjaga senyumnya. “Oh, ini namanya smoky eye,” kata Dira sambil menunjuk matanya. “Biar mata gue kelihatan lebih tajam. ”Vanya tiba-tiba tertawa kecil, lalu berkata tanpa pikir panjang, “Oh, biar nggak keliatan kayak orang Cina ya?”

Dira tersentak mendengar pertanyaan itu. “Pertanyaan rasis macam apa ini?” pikirnya, merasa kesal. “Mentang-mentang mata gue sipit, dia nggak tahu aja kalau gue asli kota kembang, mojang Priangan nih!” Dira mengumpat dalam hati, tapi memilih menahan diri, hanya tersenyum kaku. “Enggak, aku emang suka aja makeup kayak gini,” jawab Dira dengan senyum ramah, meskipun dalam hatinya sedikit kesal.Vanya tersenyum puas dan mengangguk,“yaudah deh, Kak. Selamat istirahat, ya, besok kan hari senin, jangan sampai telat upacara,” ujarnya sebelum berbalik pergi ke kamarnya.

Episodes
1 Permulaan
2 Kemarahan Orang tua
3 Di keluarkan
4 Pindah
5 rumah baru
6 Pangeran
7 Sekolah Baru
8 Mengagumi
9 Pdkt
10 Sangat Sulit
11 Perhatian
12 War
13 Liontin?
14 Bertemu Nadin
15 Di panggil kepala sekolah
16 Terluka
17 Menjenguk
18 Salah Sendiri
19 Kenapa Bisa?
20 Balas dendam
21 Makan Malam
22 Masalah Gerry
23 Kembali Tertipu
24 Kejujuran yang pahit
25 Kepanikan
26 Gerry Keluar?
27 Siapa Dia?
28 Penghapusan
29 Memohon
30 Bunuh Diri
31 Penyesalan
32 Masakan Dira
33 Mencoba masakan Dira
34 Alif Datang
35 Dira Pusing
36 bagas kembali
37 Kunjungan
38 Ancaman Kembali
39 Kecerobohan
40 Kesalahan
41 Keegoisan
42 Kebohongan Terungkap
43 Bunuh Diri
44 Penyesalan ?
45 Di salahkan
46 Kelicikan
47 Pandangan Orang
48 Kekecewaan Orangtua
49 Melapor
50 Perhatian Alif
51 Kebencian Dinda
52 Kekecewaan Dinda
53 Tidak pernah akur
54 Ujian
55 Liburan
56 Tiba di bandung
57 Bertemu Nadin
58 Apakah Dira menyukainya
59 Olahraga bersama
60 Musuh Kembali
61 Penasaran
62 Masalalu Dira
63 Musuh mengikuti
64 Kekacauan tiada akhir
65 Diam Diam Gengsi
66 Kebingungan
67 Perhatian tidak di duga
68 Masa Lalu yang mengancam
69 Semua salah Dira?
70 Kebenaran yang terungkap
71 Kesepian
72 Belum Berakhir
73 Jalan keluar
74 truth or dare.
75 Senyuman samar
76 Dari Siapa?
77 Kenapa kau kembali?
78 Tidak Peduli
79 Ujian
80 Rencana busuk
81 Penjelasan Farah
82 Kebimbangan
83 tidak terduga
84 Kegelisahan
85 Rumor
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Permulaan
2
Kemarahan Orang tua
3
Di keluarkan
4
Pindah
5
rumah baru
6
Pangeran
7
Sekolah Baru
8
Mengagumi
9
Pdkt
10
Sangat Sulit
11
Perhatian
12
War
13
Liontin?
14
Bertemu Nadin
15
Di panggil kepala sekolah
16
Terluka
17
Menjenguk
18
Salah Sendiri
19
Kenapa Bisa?
20
Balas dendam
21
Makan Malam
22
Masalah Gerry
23
Kembali Tertipu
24
Kejujuran yang pahit
25
Kepanikan
26
Gerry Keluar?
27
Siapa Dia?
28
Penghapusan
29
Memohon
30
Bunuh Diri
31
Penyesalan
32
Masakan Dira
33
Mencoba masakan Dira
34
Alif Datang
35
Dira Pusing
36
bagas kembali
37
Kunjungan
38
Ancaman Kembali
39
Kecerobohan
40
Kesalahan
41
Keegoisan
42
Kebohongan Terungkap
43
Bunuh Diri
44
Penyesalan ?
45
Di salahkan
46
Kelicikan
47
Pandangan Orang
48
Kekecewaan Orangtua
49
Melapor
50
Perhatian Alif
51
Kebencian Dinda
52
Kekecewaan Dinda
53
Tidak pernah akur
54
Ujian
55
Liburan
56
Tiba di bandung
57
Bertemu Nadin
58
Apakah Dira menyukainya
59
Olahraga bersama
60
Musuh Kembali
61
Penasaran
62
Masalalu Dira
63
Musuh mengikuti
64
Kekacauan tiada akhir
65
Diam Diam Gengsi
66
Kebingungan
67
Perhatian tidak di duga
68
Masa Lalu yang mengancam
69
Semua salah Dira?
70
Kebenaran yang terungkap
71
Kesepian
72
Belum Berakhir
73
Jalan keluar
74
truth or dare.
75
Senyuman samar
76
Dari Siapa?
77
Kenapa kau kembali?
78
Tidak Peduli
79
Ujian
80
Rencana busuk
81
Penjelasan Farah
82
Kebimbangan
83
tidak terduga
84
Kegelisahan
85
Rumor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!