Pindah

Malam harinya, Ibu Maura sibuk di kamar Dira, menyiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk kepindahan ke Jakarta. Dira hanya berbaring di tempat tidur, memeluk gulingnya erat-erat, menatap kosong ke arah langit-langit. Diam, tak mau berbicara pada ibunya, masih marah dan kecewa dengan keputusan yang dipaksakan padanya. "Dira, bantuin ibu dong beresin baju kamu yang banyak ini," Ibu Maura berkata sambil menepuk kaki Dira, mencoba menarik perhatian putrinya yang tampak tenggelam dalam pikiran sendiri. Dira tetap diam, tak memberikan respon apapun. Tanpa melihat ibunya, ia memejamkan mata, pura-pura tidur. Ibu Maura menghela napas panjang, matanya memandang putrinya dengan campuran rasa lelah dan sayang. "Aduh, punya anak gadis begini amat. Pusing ibu," gumamnya, tak mampu menahan keluhan dari bibirnya.

“Dira, bangun. Ra, bangun!” Suara yang tak asing bagi Dira menggema di telinganya, membangunkannya dari tidur. Dengan mata yang masih berat, Dira membuka kelopak matanya. “Nadin? Kok lo di sini?” tanyanya, bingung melihat sahabatnya berdiri di samping tempat tidur.

“Lo mau pindah ke Jakarta, kan? Tadi malam nyokap lo ngehubungin gue buat datang ke sini,” jawab Nadin sambil tersenyum tipis. “Apa? Nyokap gue hubungin lo? Buat apa?” tanya Dira, terkejut dengan informasi itu.

“Ya buat perpisahan lah, masa lo mau pergi tanpa pamitan sama gue? Gue sedih tau lo mau pindah.” Nadin memeluk Dira erat, mencoba menyembunyikan kesedihannya di balik tawa. Dira terdiam sejenak, memandang kosong. “Beneran gue pindah? Ini bukan mimpi?” suaranya parau, masih berusaha menerima kenyataan.

“Tok Tok Tok...” Suara ketukan pintu terdengar, mengalihkan perhatian mereka. “Dira, cepat siap-siap. Ibu tunggu di bawah,” suara tegas Ibu Maura terdengar dari luar kamar. “Din, gue beneran pindah, nih. Nyebelin banget sih, harus pindah ke Jakarta. Lo kan tahu sendiri, kehidupan gue itu di sini,” keluh Dira, matanya mulai berkaca-kaca.

Nadin memandangnya dengan penuh kecurigaan. “Gue curiga, lo nggak mau pindah ke Jakarta karena sesuatu. Bener, kan? “Apaan sih lo, nggak jelas,” jawab Dira cepat, mengelak.“Ngaku aja deh, lo nggak mau pindah karena ada mantan lo di sana, kan?” Nadin tersenyum licik, mencoba memancing. “Enggak lah, Njir! Masih banyak cowok ganteng di Jakarta. Ngapain gue takut cuma gara-gara ketemu mantan,” Dira berusaha menyangkal, meski terselip sedikit kegelisahan di suaranya.

Nadin tertawa kecil. “Ya udah, lo itu cuma pindah sekolah. Lagian, Bandung-Jakarta deket, kita masih bisa ketemu di akhir pekan. Kenapa lo lebay banget sih? “Ini nggak sesimpel itu, Din...” sebelum Dira sempat menjelaskan lebih jauh, suara ibunya kembali memanggil. “Dira, kamu udah siap belum? ”Sial, gue siap-siap dulu ya,” kata Dira sambil melompat dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Setelah mandi dan sarapan, mereka bertiga—Dira, Ibu Maura, dan Nadin—masuk ke mobil untuk menuju stasiun. Di perjalanan, Dira menyadari sesuatu yang membuatnya bingung. “Din, lo ikut nganterin gue ke Jakarta? ”Nadin, yang sedang asyik dengan ponselnya, tersenyum tipis. “Ya enggak lah, ngapain gue ikut sampai Jakarta?” “Dia cuma anterin kamu sampai stasiun,” Ibu Maura menimpali dari depan. “Stasiun?” Dira melotot. “Ibu nggak nganterin Dira sampai rumah teman ibu itu?” Nada suaranya penuh kebingungan. “Enggak. Kamu pergi sendiri naik kereta. Nanti di Stasiun Pasar Senen ada yang jemput kamu,” jawab Ibu Maura singkat.

Dira terdiam, memproses informasi itu. “Tuh kan, ibu emang mau buang Dira, ya?” suaranya bergetar, marah dan kecewa bercampur menjadi satu.“Udah diem, jangan berisik. Bentar lagi sampai stasiun,” balas Ibu Maura tegas. “Ibu udah kirim tiket kereta kamu lewat email, nanti tinggal scan aja di sana.” Dira hanya bisa menghela napas panjang, merasa semakin jauh dari kehidupan yang ia kenal.

Setelah sampai di Stasiun Bandung, Dira turun dari mobil dengan berat hati, menarik koper yang terasa lebih berat dari biasanya. Ia berdiri di luar, menunggu ibunya turun. Namun, waktu berlalu, dan pintu mobil tetap tertutup. "Bu, kok nggak keluar?" seru Dira, memanggil ibunya yang masih berada di dalam mobil. Ibu Maura menurunkan kaca jendela, menatap Dira dengan dingin. "Ibu harus pergi sekarang. Kamu sendiri saja ya," jawabnya singkat, tanpa memberikan kesempatan bagi Dira untuk membalas. Dalam sekejap, mobil melaju meninggalkannya, meninggalkan perasaan hampa di dada Dira.

Dira menghela napas panjang, rasa kesal dan kecewa bercampur di hatinya. Ia merasa benar-benar ditinggalkan. Kini, ia harus menghadapi perjalanan panjang ke Jakarta sendirian. Setelah berada di dalam kereta, Dira duduk di dekat jendela, wajahnya murung dan berat. Pandangannya menerawang, menyaksikan pemandangan yang berlalu di luar jendela, namun pikirannya tak benar-benar di sana. Saat tengah terhanyut dalam lamunannya, ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan muncul, dari ibunya. Dengan enggan, Dira membuka pesan itu.

"Dira, ingat, kamu akan tinggal di rumah orang lain. Kamu harus jaga sikap, jangan seenaknya. Dan satu lagi, ibu pindahin kamu ke sekolah internasional. Jadi, kamu harus belajar yang rajin. Kalau sampai ibu dipanggil lagi ke sekolah karena kelakuan kamu, kamu bakal ibu kirim ke rumah ayahmu!" Isi pesan itu membuat Dira terdiam, matanya terpaku pada layar. Rasa sesak semakin menekan dadanya. Ancaman itu mengingatkannya bahwa meskipun ia jauh dari rumah, kontrol ibunya masih mengikutinya ke mana pun ia pergi.

"Duh, apaan sih? Lebay banget," umpat Dira kesal sambil memandang ponselnya. "Pasti ancamannya gini terus." Ia merasa frustrasi dengan ancaman ibunya yang selalu menyebutkan akan mengirimnya tinggal bersama ayahnya. Dira benar-benar tidak ingin tinggal di rumah ayahnya, apalagi karena ayahnya sudah memiliki keluarga baru di Bali. Pikiran itu membuatnya semakin merasa tidak nyaman.

Sesampainya di Jakarta pada siang hari, Dira merasa lega akhirnya tiba di tempat tujuan. Perjalanan dari Bandung ke Jakarta memakan waktu sekitar tiga jam dengan kereta. Begitu turun dari kereta, seorang pria paruh baya dalam seragam supir menjemputnya. Pria itu tersenyum ramah dan membantu Dira memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil.

Dalam perjalanan menuju rumah teman ibunya, Dira duduk di kursi belakang mobil. Saat mengamati sekeliling, matanya tertuju pada sebuah kalung yang tergeletak di kursi sebelahnya. Dengan rasa ingin tahu, Dira mengambil kalung itu dan memeriksanya. “Ini kalung siapa? Norak amat,” gumam Dira sambil menatap kalung yang tampaknya cukup mencolok. Rasa jengkel dan penasaran bercampur aduk di hatinya, menambah beban emosinya di hari yang penuh perubahan ini.

Dira melangkah memasuki gerbang rumah teman ibunya, dan tak bisa menahan kekaguman yang meluap."Wow, ini mah istana, bukan rumah!" gumamnya tak percaya, matanya memandang ke arah rumah yang megah dan luas itu. Setelah turun dari mobil, Dira melihat seorang anak perempuan dan laki-laki yang sedang sibuk mencuci motor dan mobil di halaman. Dira memperhatikan keduanya dengan cermat. "Kalau dilihat-lihat, umur mereka nggak jauh beda dari gue. Tapi kenapa mereka jadi pembantu di sini? Apa keluarga ini mempekerjakan anak di bawah umur?" pikirnya, rasa ingin tahunya terbangun.

Episodes
1 Permulaan
2 Kemarahan Orang tua
3 Di keluarkan
4 Pindah
5 rumah baru
6 Pangeran
7 Sekolah Baru
8 Mengagumi
9 Pdkt
10 Sangat Sulit
11 Perhatian
12 War
13 Liontin?
14 Bertemu Nadin
15 Di panggil kepala sekolah
16 Terluka
17 Menjenguk
18 Salah Sendiri
19 Kenapa Bisa?
20 Balas dendam
21 Makan Malam
22 Masalah Gerry
23 Kembali Tertipu
24 Kejujuran yang pahit
25 Kepanikan
26 Gerry Keluar?
27 Siapa Dia?
28 Penghapusan
29 Memohon
30 Bunuh Diri
31 Penyesalan
32 Masakan Dira
33 Mencoba masakan Dira
34 Alif Datang
35 Dira Pusing
36 bagas kembali
37 Kunjungan
38 Ancaman Kembali
39 Kecerobohan
40 Kesalahan
41 Keegoisan
42 Kebohongan Terungkap
43 Bunuh Diri
44 Penyesalan ?
45 Di salahkan
46 Kelicikan
47 Pandangan Orang
48 Kekecewaan Orangtua
49 Melapor
50 Perhatian Alif
51 Kebencian Dinda
52 Kekecewaan Dinda
53 Tidak pernah akur
54 Ujian
55 Liburan
56 Tiba di bandung
57 Bertemu Nadin
58 Apakah Dira menyukainya
59 Olahraga bersama
60 Musuh Kembali
61 Penasaran
62 Masalalu Dira
63 Musuh mengikuti
64 Kekacauan tiada akhir
65 Diam Diam Gengsi
66 Kebingungan
67 Perhatian tidak di duga
68 Masa Lalu yang mengancam
69 Semua salah Dira?
70 Kebenaran yang terungkap
71 Kesepian
72 Belum Berakhir
73 Jalan keluar
74 truth or dare.
75 Senyuman samar
76 Dari Siapa?
77 Kenapa kau kembali?
78 Tidak Peduli
79 Ujian
80 Rencana busuk
81 Penjelasan Farah
82 Kebimbangan
83 tidak terduga
84 Kegelisahan
85 Rumor
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Permulaan
2
Kemarahan Orang tua
3
Di keluarkan
4
Pindah
5
rumah baru
6
Pangeran
7
Sekolah Baru
8
Mengagumi
9
Pdkt
10
Sangat Sulit
11
Perhatian
12
War
13
Liontin?
14
Bertemu Nadin
15
Di panggil kepala sekolah
16
Terluka
17
Menjenguk
18
Salah Sendiri
19
Kenapa Bisa?
20
Balas dendam
21
Makan Malam
22
Masalah Gerry
23
Kembali Tertipu
24
Kejujuran yang pahit
25
Kepanikan
26
Gerry Keluar?
27
Siapa Dia?
28
Penghapusan
29
Memohon
30
Bunuh Diri
31
Penyesalan
32
Masakan Dira
33
Mencoba masakan Dira
34
Alif Datang
35
Dira Pusing
36
bagas kembali
37
Kunjungan
38
Ancaman Kembali
39
Kecerobohan
40
Kesalahan
41
Keegoisan
42
Kebohongan Terungkap
43
Bunuh Diri
44
Penyesalan ?
45
Di salahkan
46
Kelicikan
47
Pandangan Orang
48
Kekecewaan Orangtua
49
Melapor
50
Perhatian Alif
51
Kebencian Dinda
52
Kekecewaan Dinda
53
Tidak pernah akur
54
Ujian
55
Liburan
56
Tiba di bandung
57
Bertemu Nadin
58
Apakah Dira menyukainya
59
Olahraga bersama
60
Musuh Kembali
61
Penasaran
62
Masalalu Dira
63
Musuh mengikuti
64
Kekacauan tiada akhir
65
Diam Diam Gengsi
66
Kebingungan
67
Perhatian tidak di duga
68
Masa Lalu yang mengancam
69
Semua salah Dira?
70
Kebenaran yang terungkap
71
Kesepian
72
Belum Berakhir
73
Jalan keluar
74
truth or dare.
75
Senyuman samar
76
Dari Siapa?
77
Kenapa kau kembali?
78
Tidak Peduli
79
Ujian
80
Rencana busuk
81
Penjelasan Farah
82
Kebimbangan
83
tidak terduga
84
Kegelisahan
85
Rumor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!