2. Hutang

Keesokan harinya pagi- pagi Kinan memberanikan diri pergi ke warung bu Narti untuk hutang beras. Dari kemarin siang dia dan keluarganya tidak makan nasi karena uang belanja dan modal jualan diambil semua oleh bu Lulu. Untung saja di belakang rumah Kinan menanam singkong yang sudah siap panen.

Kinan pun hanya memetik singkong tersebut dan mengukusnya untuk mengganjal perutnya yang tidak terisi nasi.

"Assalamualaikum.." ucap Kinan.

"Waalaikumsalam.." jawab Bu Narti.

"Bu, maaf saya boleh hutang beras satu liter saja bu, dari kemarin saya dan anak saya belum makan nasi...."

"Enak saja, hutang kamu saja tiga ratus udah dua bulan belum dibayar, masa sekarang mau ngutang lagi. Nggak bisa, nanti dagangan saya habis nggak dapat untung karena dihutangi kamu terus..." jawab Bu Narti.

"Bayar dulu hutangnya yang kemarin baru nanti saya hutangi lagi..."

"Maaf bu, saya nggak ada uang, uang hasil jualan saya kemarin diambil oleh bu Lulu semua karena saya belum bayar uang sewa rumah selama tiga bulan...."

"Sukurin... Makanya kalau nggak punya uang nggak usah sok- sokkan sewa rumah. Untung kamu nggak diusir dari rumahnya bu Lulu. Kalau diusir, kalian mau tinggal di mana coba..? Di kolong jembatan...?" tanya Bu Narti.

"Sudahlah Kinan, sana pulang saja, kamu mau mohon- mohon pun saya nggak akan kasih hutang lagi. Saya sudah tidak percaya sama kamu... Kamu ini kebanyakan nggedabrus...." sambung Bu Narti.

"Bu, saya mohon. Kalau nggak boleh satu liter setengah liter juga nggak papa bu, asal anak saya bisa makan nasi. Kasihan dia sedang sakit..." Kinan sambil menangis.

"Kalau saya bilang nggak bisa ya nggak bisa..! Maksa banget sih...! Sudah sana pergi..! Pagi- pagi sudah mau hutang , saya aja belum dapat penglaris..!" bentak bu Narti.

Akhirnya Kinan pun pulang dengan tangan kosong dan perasaan sedih karena tidak bisa membawa beras untuk masak pagi ini. Di tengah perjalanan pulang Kinan bertemu dengan mak Surti janda anak dua yang bekerja sebagai art di apartement.

"Kinan kamu dari mana...?" tanya mak Surti wanita berusia lima puluh tahun itu.

"Dari warung mak, mak Surti mau berangkat kerja ya...?"

"Iya, mana belanjaannya...?" tanya mak surti.

"Nggak ada mak, tadi saya mau ngutang tapi karena hutang yang dulu belum dibayar makanya nggak dikasih..." jawab Kinan.

"Oya mak, Mak Surti kan kerja di apartement, kira- kira ada lowongan buat saya nggak ya mak, tolong dong tanyain ke tetangga majikan mak Surti ada yang lagi butuh art apa nggak, kalau ada Kinan mau dong mak..." ucap Kinan.

"Aduh, kalau soal itu sih mak nggak tahu, tapi nanti mak coba tanyain ke satpam deh, biasanya kalau ada penghuni apartement butuh art suka nyuruh satpam buat nyariin..." jawab mak Surti.

"Beneran ya mak, nanti tanyain, Kinan lagi butuh banget pekerjaan nih..."

"Iya, nanti kalau ada mak kabarin kamu ya..."

Iya mak terima kasih..." jawab Kinan.

Kinan lalu melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Sampai halaman rumah Kinan melihat suaminya baru pulang kerja. Iya, kemarin sore Rangga kembali dapat panggilan kerja dari tempat sortir paket. Semalaman Rangga pun kerja hingga pulang pagi.

"Mas, udah pulang..?" tanya Kinan sambil mencium punggung tangan sang suami.

"Iya dek, kamu dari mana..?"

"Dari warung mau ngutang beras tapi nggak dikasih..." jawab Kinan sedih.

Rangga pun mengusap kepala Kinan, dia merasa kasihan pada sang istri yang sudah dua tahun harus menderita karena dirinya yang tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

"Ayo kita masuk dek, mas punya sesuatu buat kamu..."

" Sesuatu apa mas..?"

"Ayo masuk dulu..." Kinan dan Rangga pun masuk ke dalam rumah.

Rangga lalu duduk di kursi ruang tamu. Kemudian Kinan mengambilkan minum untuk sang suami.

"Minum dulu mas, kamu kelihatan lelah sekali, pasti semalaman nggak tidur ya matanya sampai merah gini..." ucap Kinan merasa kasihan pada sang suami.

"Tidur kok dek pas istrirahat, lumayan tiga puluh menit. Oya dek alhamdulillah hari ini mas gajian. Tadi pulang dari kerja mas langsung ambil uang di ATM..'' ucap Rangga sambil mengambil uang di dompetnya.

"Ini ada tujuh ratus lima puluh ribu, bulan kemarin mas kerja empat kali..." sambung Rangga.

"Alhamdulillah mas..." Kinan bersyukur dan terharu melihat sang suami pulang kerja membawa uang di saat dia sendiri sedang tidak memegang uang sepeserpun.

"Iya dek, sudah sana ke warung beli beras. Sekalian cicil bayar hutang ke bu Narti biar nggak marah- marah terus..." ujar Rangga.

"Iya mas, aku ke warung dulu ya..." sahut Kinan. Tapi sebelumnya dia masuk ke kamar untuk menaruh sedikit uang untuk simpanan.

"Dek, Raka gimana keadaannya udah nggak sakit perut lagi kan..?" tanya Rangga.

"Nggak mas, udah baikan itu anaknya lagi nonton tv. Rangga lalu menghampiri Raka di depan tivi. Kemudian Kinan pergi ke warung.

"Dek tunggu..."

"Apa mas..?" Kinan yang sudah berada di teras rumah pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.

"Mas mau tidur, nanti jam sepuluh bangunkan mas ya, tadi mas ketemu Wandi, dia ajak mas kerja sama dia..."

"Wandi siapa..?"

"Itu lho suaminya Ririn yang rumahnya di rt sebelah...."

"Oh iya deh mas, nanti Kinan bangunin mas...''

"Tapi mas kerjanya jauh dek, di Bandung..."

"Memangnya mas kerja apa..?"

"Pasang panggung buat konser artis dek, kata Wandi, gajinya lumayan. Nanti jam sebelas mas sudah harus nemuin wandi di rumahnya, makanya kamu jangan lupa bangunin mas jam sepuluh biar mas bisa siap- siap. Lumayan masih ada waktu dua jam buat tidur..."

"Iya mas, ya udah Kinan ke warung ya..."

Sampai di warung Kinan disambut tidak ramah oleh bu Narti.

"Mau ngapain lagi kamu ke sini Kinan..? Kan tadi saya sudah ngomong sama kamu kalau saya nggak mau ngutangi kamu lagi sebelum utang kamu dibayar.." ucap bu Narti.

"Saya nggak mau utang kok bu, saya mau beli beras dua liter, telor setengah kilo sama ini, ini juga dan ini..." ucap Kinan sambil memilih belanjaan yang dia butuhkan.

"Eh Kinan, kamu mau bayar pakai apa semua belanjaan ini..?" tanya bu Narti.

"Saya punya uang kok bu, tadi suami saya baru gajian..." jawab Kinan sambil memperlihatkan dompetnya.

"Kalau kamu punya uang bayar dong hutangnya...!"

"Iya, ini buat nyicil bayar hutang ya bu, dua ratus ribu dulu sisanya nanti kalau suami saya gajian lagi, nanti sore dia mau berangkat kerja lagi sama temannya..."

"Gimana sih..? Kok cuma dua ratus ribu..?"

"Maaf bu , ini sisanya buat pegangan saya, takutnya kayak kemarin saya nggak ada uang sama sekali..."

"Ya sudah, nih belanjaannya semua jadi delapan puluh ribu..."

Kinan lalu membayar dengan uang seratus ribu dan bu Narti pun mengembalikan dua puluh ribu.

"Inget ya Kinan, utang kamu masih masih ada seratus ribu. Nanti kalau suami kamu gajihan lagi langsung dilunasi ya..."

"Iya bu... "

"Eh bu, Narti , Kinan abis bayar hutang ya..?" tanya bu Warni yang tiba- tiba nongol.

"Iya nih , tapi cuma dua ratus ribu masih ada sisa seratus lagi..." jawab Bu Narti.

"Lho kok hutang di saya nggak dibayar, sini bayar hutangnya, hutang kamu enam ratus ribu.." ucap Bu Warni.

"Iya bu, ini dua ratus ribu dulu ya sisanya nanti.." jawab Kinan sambil mengambil uang di dalam dompet..

"Ini bu..." Kinan mengulurkan tangannya memberikan dua lembar uang seratus ribu.

"Udah semuanya aja sini..'' sahut bu Warni mengambil semua uang yang ada di dompet Kinan.

"Jangan semua bu, ini buat pegangan Kinan..." sahut Kinan.

"Halah.. Pake pegangan segala. Nih kamu pegangan dua puluh ribu aja ya. Berarti utang kamu tinggal tiga ratus ribu..." ucap Bu Warti mengembalikan uang dua puluh ribu yang dari kembalian bu Narti.

"Ya Alloh bu Warni..." Kinan menangis.

"Udah nggak usah nangis, nggak usah merasa teraniaya, saya cuma ambil hak saya kok, memangnya salah. Lagian kamu juga sudah belanja itu kan..." ucap bu Warni sambil menunjuk kantong belanjaan Kinan.

Kinan pun pergi dari warung dengan perasaan sedih dan sakit hati atas perlakuan bu Warni. Dia segera pulang ke rumah untuk masak nasi dan dadar telor dan masak sayur bening bayam dan jagung. Dia juga memberikan jajanan buat Raka yang dia beli di warung bu Narti.

Pukul setengah sepuluh masakan pun sudah siap tersedia. Kinan segera menyuapi Raka karena kasihan dari kemarin hanya makan singkong rebus saja.Raka pun makan dengan lahap.

Tepat pukul sepuluh Kinan membangunkan Rangga. Rangga pun lalu mandi kemudian makan sebelum dia berangkat ke rumah Wandi.

"Dek, mas berangkat ya, kamu baik- baik di rumah, jagain Raka, nanti kalau Raka sakit perut lagi bawa ke puskesmas saja biar ketahuan penyakitnya apa. Uangnya masih ada kan..?" ucap Rangga.

"Masih mas, tapi tinggal seratus lima puluh ribu. Sisanya tadi diambil semua oleh bu Narti dan bu Warni untungnya tadi Kinan nyisain uang di rumah kalau nggak mungkin Kinan udah nggak pegang uang lagi karena semua diambil sama mereka. ..." jawab Kinan sedih.

"Ya sudah nggak papa, yang penting masih ada pegangan..." Rangga mengusap kepala sang istri. Rasanya kali ini dia begitu berat meninggalkan sang istri dan anak di rumah.

Kinan lalu mengambil sisa uang di kamar.

"Mas, ini uang buat pegangan mas di Bandung, untuk beli makan.." ucap Kinan memberikan satu lembar uang lima puluh ribu.

"Nggak usah dek, kamu pegang saja. Kata Wandi di tempat kerja mas dapat makan kok...."

"Tapi mas..."

"Nggak papa dek, kamu pegang saja, takutnya nanti Raka minta jajan..."

"Iya mas, hati - hati ya... oya mas pulangnya kapan..?"

"Besok sore kata Wandi sudah pulang kok dek. Kan nanti malam mas langsung kerja pasang panggung, kira - kira selesai sampai besok siang. Sorenya balik ke sini deh..." jawab Rangga.

"Ya udah hati- hati ya mas..." ucap Kinan lalu memeluk sang suami. Entah kenapa Kinan merasa berat melepas kepergian Rangga kali ini.

Rangga pun tersenyum melihat tingkah sang istri yang tumben sekali terlihat manja.

"Kenapa dek...?"

"Nggak, ade ingin mas cepat pulang..." Kinan menangis.

"Eh, kenapa nangis..? Mas cuma pergi sebentar kok nggak lama...." Rangga mengusap kepala sang istri.

"Tapi mas bakalan pulang ke rumah ini lagi kan..?" Kinan sambil mendongakkan kepalanya menatap sang suami.

"Tentu saja dek, kalau mas nggak kembali ke sini memangnya mas mau ke mana..?" sahut Rangga lalu mengecup bibir Kinan. Kinan pun tersenyum.

"Mas, tapi lusa kita harus bayar sewa rumah lho,..."

"Iya, nanti mas usahakan ya..."

Rangga pun lalu berpamitan pergi ke rumah Wandi dengan jalan kaki. Karena dari rumah wandi mereka akan naik mobil menuju Bandung. Kinan melihat kepergian sang suami dengan hati tidak tenang. Begitu juga dengan Raka yang tumben sekali nangis melihat sang ayah pergi, biasanya juga tidak.

Kinan hanya bisa berdoa dalam hati supaya sang suami selalu dilindungi dan pulang membawa rejeki.

Bersambung...

🌸🌺 Jangan lupa kasih dukungannya 🌺🌸

Episodes
1 1. Ditagih uang sewa rumah
2 2. Hutang
3 3. Menjadi Art
4 4. Belum ada kabar
5 5. Sengaja menghilang..?
6 6. Usus buntu...?
7 7. Membayar hutang
8 8. Kekecewaan Andrew
9 9. Kesedihan Kinan
10 10. Membayar angsuran
11 11. Kecelakaan
12 12. Terbayang- bayang terus
13 13. Hilang Ingatan
14 14. Merasa Kotor
15 15. Lunas
16 16. Obsesi Vivi
17 17. Anggap Sebagai Adik
18 18. Rindu Berat
19 19. Bertemu kembali
20 20. Bertemu sahabat lama
21 21. Selingkuhan suami Angel
22 22. Tidak percaya
23 23. Di labrak
24 24. Meminta maaf
25 25. Raka dibawa pergi
26 26. Bertemu nenek
27 27. Menangis
28 28. Hamil..?
29 29. Kegilaan Wandi
30 30. Mengenaskan
31 31. Koma
32 32. Dijenguk Raka
33 33. Kemarahan Rangga
34 34. Bangun dari Koma
35 35. Pasrah
36 36. Kekesalan Vivi
37 37. Hinaan para tetangga
38 38. Dilabrak Ririn
39 39. Jangan dekati anakku
40 40. Rindu
41 41. Pergi ke rumah bu Ratih
42 42. Syok
43 43. Tidak bisa mengingatnya
44 44. Munafik
45 45. Anak Manja
46 46. Tipu daya Vivi
47 47. Kekesalan Rangga
48 48. Hari Pernikahan
49 49. Gagal
50 50. Raka sakit
51 51. Antara Raka dan Vivi
52 52. Karma
53 52. Bertemu Kinan
54 54. Buku Nikah
55 55. Kemarahan Vivi
56 56. Pingsan
57 57. Tentang Vivi
58 58. Jijik
59 59. Masih jadi bahan gosip
60 60. Ke rumah sakit
61 61. Visum
62 62. Mengetahui kebenaran
63 63. Mencari tahu
64 64. Ditangkap polisi
65 65. Derita Raka
66 66. Meninggal
67 67. Obat Perangsang
68 68. Dipijit
69 69. Dia hamil...?
70 70. Kedatangan bu Tari
71 71. Mencabut laporan
72 72. Barang Milik Vivi
73 73. Mengantar Raka ngaji
74 74. Demi calon bayi
75 75. Mengubur Cinta
76 76. Raka tidak mau punya adik
77 77. Melahirkan Normal vs Caesar
78 78. Prematur
79 79. Putri mungilku
80 80. Kecewa berkali- kali
81 81. Maafkan aku tidak bisa kembali padamu
82 82. Keputusan Rangga
83 83. Maafkan ayah
84 84. Pergi jalan- jalan
85 85. Antara cinta dan kecewa
86 86. Rujuk...?
87 87. Ditegur pak Rt
88 88. Kesal
89 89. Jangan datang ke rumah ini lagi
90 Karya Baruku
91 91. Reuni
92 92. Godaan terberat Rangga
93 93. Kau menginginkannya kan Rangga
94 94. Kangen ayah
95 95. Cantikan aku atau Kinan...?
96 96. Fitnah
97 97. Fitnah 2
98 98. Ingin percaya tapi .....
99 99. Kebenaran yang terungkap
100 100. Rindu bapak ibu
101 101. Ingin menjenguk Kinan.
102 102. Di rumah sakit
103 103. Pulang dari rumah sakit
104 104. Pulang Kampung
105 105. Keinginan untuk rujuk
106 106. Mbak Laras
107 107. Pekerjaan mbak Laras
108 108. Bertemu Rangga
109 109. Cemburu
110 110. Terpesona
111 111. Ingin balik ke kota
112 112. Pulang ke kota
113 113. Mau ya dek...?
114 114. Persiapan menikah
115 115. Lingerie
116 116. Cemburu
117 117. Salah paham
118 118. Sah
119 119. Sabar ya mas....
120 120. Sudah tidak tahan
121 121. Kedatangan Gita
122 122. Penjelasan Rangga
123 123. Ingatan masa lalu
124 124. Masih Trauma
125 125. Raka sakit
126 126. Kembali Ceria
127 127. Melahirkan
128 128. Tidak sadarkan diri
129 129. Bangun dari pingsan
130 130. Kekhawatiran Kinan
131 131. Acara Aqiqah adik Raisa
132 132. Pertengkaran Kinan dan bu Warni
133 133. Baby Blues Syndrom
134 134. Butuh perhatian lebih
135 135. Mesum
136 136. Rumah Baru
137 137. Suasana Baru
138 catatan Author
Episodes

Updated 138 Episodes

1
1. Ditagih uang sewa rumah
2
2. Hutang
3
3. Menjadi Art
4
4. Belum ada kabar
5
5. Sengaja menghilang..?
6
6. Usus buntu...?
7
7. Membayar hutang
8
8. Kekecewaan Andrew
9
9. Kesedihan Kinan
10
10. Membayar angsuran
11
11. Kecelakaan
12
12. Terbayang- bayang terus
13
13. Hilang Ingatan
14
14. Merasa Kotor
15
15. Lunas
16
16. Obsesi Vivi
17
17. Anggap Sebagai Adik
18
18. Rindu Berat
19
19. Bertemu kembali
20
20. Bertemu sahabat lama
21
21. Selingkuhan suami Angel
22
22. Tidak percaya
23
23. Di labrak
24
24. Meminta maaf
25
25. Raka dibawa pergi
26
26. Bertemu nenek
27
27. Menangis
28
28. Hamil..?
29
29. Kegilaan Wandi
30
30. Mengenaskan
31
31. Koma
32
32. Dijenguk Raka
33
33. Kemarahan Rangga
34
34. Bangun dari Koma
35
35. Pasrah
36
36. Kekesalan Vivi
37
37. Hinaan para tetangga
38
38. Dilabrak Ririn
39
39. Jangan dekati anakku
40
40. Rindu
41
41. Pergi ke rumah bu Ratih
42
42. Syok
43
43. Tidak bisa mengingatnya
44
44. Munafik
45
45. Anak Manja
46
46. Tipu daya Vivi
47
47. Kekesalan Rangga
48
48. Hari Pernikahan
49
49. Gagal
50
50. Raka sakit
51
51. Antara Raka dan Vivi
52
52. Karma
53
52. Bertemu Kinan
54
54. Buku Nikah
55
55. Kemarahan Vivi
56
56. Pingsan
57
57. Tentang Vivi
58
58. Jijik
59
59. Masih jadi bahan gosip
60
60. Ke rumah sakit
61
61. Visum
62
62. Mengetahui kebenaran
63
63. Mencari tahu
64
64. Ditangkap polisi
65
65. Derita Raka
66
66. Meninggal
67
67. Obat Perangsang
68
68. Dipijit
69
69. Dia hamil...?
70
70. Kedatangan bu Tari
71
71. Mencabut laporan
72
72. Barang Milik Vivi
73
73. Mengantar Raka ngaji
74
74. Demi calon bayi
75
75. Mengubur Cinta
76
76. Raka tidak mau punya adik
77
77. Melahirkan Normal vs Caesar
78
78. Prematur
79
79. Putri mungilku
80
80. Kecewa berkali- kali
81
81. Maafkan aku tidak bisa kembali padamu
82
82. Keputusan Rangga
83
83. Maafkan ayah
84
84. Pergi jalan- jalan
85
85. Antara cinta dan kecewa
86
86. Rujuk...?
87
87. Ditegur pak Rt
88
88. Kesal
89
89. Jangan datang ke rumah ini lagi
90
Karya Baruku
91
91. Reuni
92
92. Godaan terberat Rangga
93
93. Kau menginginkannya kan Rangga
94
94. Kangen ayah
95
95. Cantikan aku atau Kinan...?
96
96. Fitnah
97
97. Fitnah 2
98
98. Ingin percaya tapi .....
99
99. Kebenaran yang terungkap
100
100. Rindu bapak ibu
101
101. Ingin menjenguk Kinan.
102
102. Di rumah sakit
103
103. Pulang dari rumah sakit
104
104. Pulang Kampung
105
105. Keinginan untuk rujuk
106
106. Mbak Laras
107
107. Pekerjaan mbak Laras
108
108. Bertemu Rangga
109
109. Cemburu
110
110. Terpesona
111
111. Ingin balik ke kota
112
112. Pulang ke kota
113
113. Mau ya dek...?
114
114. Persiapan menikah
115
115. Lingerie
116
116. Cemburu
117
117. Salah paham
118
118. Sah
119
119. Sabar ya mas....
120
120. Sudah tidak tahan
121
121. Kedatangan Gita
122
122. Penjelasan Rangga
123
123. Ingatan masa lalu
124
124. Masih Trauma
125
125. Raka sakit
126
126. Kembali Ceria
127
127. Melahirkan
128
128. Tidak sadarkan diri
129
129. Bangun dari pingsan
130
130. Kekhawatiran Kinan
131
131. Acara Aqiqah adik Raisa
132
132. Pertengkaran Kinan dan bu Warni
133
133. Baby Blues Syndrom
134
134. Butuh perhatian lebih
135
135. Mesum
136
136. Rumah Baru
137
137. Suasana Baru
138
catatan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!