Om kesayangan ku

"Yasmin! Apa-apaan kamu ini? Kenapa menyulitkannya seperti itu? Apa kamu tidak bisa mengambilnya sendiri?" Tegur Ervin yang duduk disebelahnya kesal karena melihat Yasmin terus menerus membuat Riana kesulitan.

"Aku sudah mengatakan pesananku dengan jelas. Dia saja yang tidak paham dengan penjelasan ku. Lagipula itu sudah menjadi tugasnya sebagai pelayan." Sahutnya tak kalah ketus.

"Dia bukan pelayan! Dia hanya membantu ibunya di sini. Jika kamu merasa tidak puas dengan pesanan mu, kenapa kamu tidak pergi sendiri untuk mengambilnya? Tegur Ervin.

Riana seketika merasa tidak nyaman melihat perdebatan pasangan itu. Walaupun dalam hati ia sedikit merasa senang karena Ervin lebih membelanya daripada kekasihnya itu.

"Hmm... Tidak apa-apa, om! Ini memang sudah menjadi tugas saya. Maafkan saya, nona! Saya akan mengambilkan makanan yang baru." Riana mengambil kembali piring tersebut dari atas meja.

Ia lalu pergi meninggalkan mereka. Yasmin tampak kesal karena Ervin justru malah membela gadis itu daripada dirinya. Apa lagi di depan orang tua dan calon ibu mertuanya.

"Kenapa kamu malah membela gadis itu? Ini memang kesalahannya. Aku hanya menegurnya." keluhnya pada kekasihnya itu.

"Aku tidak membelanya. Sikapmu memang sangat keterlaluan. Kamu sudah menyulitkannya seperti itu." ucap Ervin tetap pada pendiriannya.

"Sudah! Sudah! Jangan bertengkar terus seperti itu. Apa kalian tidak merasa malu!" Tegur Kamila, ibunya Ervin yang sedari tadi sibuk berbicara dengan orang tua Yasmin.

"Iya. Ini hanya salah paham. Jadi tidak perlu di perpanjang. Yasmin! Minta maaflah pada Ervin." Perintah Gunawan pada putrinya itu.

"Bukan pada ku, om! Tapi pada gadis itu!" Ralat pria berkacamata itu.

"Tidak. Aku tidak mau minta maaf padanya." Bantah Yasmin.

"Sudah! Tidak perlu diperpanjang lagi. Ervin sudah cukup. Kenapa malah meributkan hal yang tidak penting." Ucap Kamila lagi.

"Maafkan Yasmin, Tante." Pintanya.

...****************...

Walaupun ada sedikit perdebatan yang terjadi di antara Ervin dan Yasmin, tetapi mereka terlihat kembali berbaikan. Mereka tampak mengobrol dengan para orang tua.

Acara hari itu berjalan dengan lancar hingga akhir. Ervin mengantar Yasmin ke apartemennya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari apartemen milik Ervin.

Sesampainya di gedung apartemen, Ervin memarkirkan mobilnya di area parkir apartemen.

"Apa kamu tidak mau mampir?" Tanya Yasmin penuh harap.

"Aku tidak bisa. Alina seorang diri di apartemen. Jadi aku tidak bisa mampir. Hmm... Mungkin lain kali." Ucap pria berkacamata itu.

"Kenapa kamu selalu saja menolak ku? Kamu tidak pernah mau jika ku ajak? Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kita? Untuk dua orang yang sudah berhubungan lama, kamu terlalu kaku." Keluhnya.

"Aku hanya ingin menjaga nama baikmu. Tidak baik jika pria berkunjung ke apartemen seorang wanita di larut malam seperti ini. Orang-orang akan mulai bergosip tentang mu." Ervin tampak mencari-cari alasan.

"Itu hanya alasan mu saja. Kita sedang berada di apartemen bukan komplek perumahan dimana orang-orang bisa bergosip semau mereka. "keluhnya.

"Mau itu di apartemen atau perumahan, bukankah seharusnya kamu menjaga martabat mu sebagai seorang wanita. Jangan terlalu mudah mengajak seorang pria ke rumahmu. Apa kau tidak tahu jika itu berbahaya?" Ervin tetap pada pendiriannya.

"Hah! Terserahlah! Aku sama sekali tidak mengerti dengan dirimu. Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kita? Karena aku merasa jika hanya aku yang tertarik pada hubungan ini." Yasmin tampak ragu.

"kenapa kamu malah berpikiran seperti itu? Kita akan bertunangan dalam dua pekan. Kenapa kau masih meragukan ku? Apa hal itu tidak cukup untuk meyakinkan mu?"

Yasmin terdiam sejenak sambil menatapnya.

"Entahlah! Aku hanya masih ragu." jawabnya kemudian.

"Kau selalu meragukan ku." Ia lalu membuka laci dasbor mobilnya. Mengeluarkan sebuah kotak dengan bungkus kado berwarna pink.

Ia memberikannya pada Yasmin.

"Apa ini?" tanyanya terlihat kaget.

"Bukalah!" Perintah Ervin.

Yasmin terlihat antusias ketika membuka pemberian kekasihnya itu.

Sebuah liontin perak dengan bandul berlian di tengahnya. Yasmin tampak tersenyum lebar ketika menerima hadiah tersebut. Wanita itu tampak selalu luluh jika diberikan barang-barang mewah.

Walaupun Ervin terlihat kaku dan terkesan tidak perduli, namun adakalanya pria itu bersikap romantis dengan memberikan hadiah-hadiah yang tidak terduga.

Yasmin sangat menyukai hadiah-hadiah mewah seperti perhiasan dan lainnya. Hal itu akan membuat amarahnya mereda seketika.

Ervin sudah sangat mengerti akan sikapnya itu.

"Kamu suka?"

"Tentu saja, sayang! Terima kasih ya!" Ucap Yasmin tampak bahagia sambil mencium pipinya.

"Berikan padaku! Aku akan memakainya!"

Wanita itu menyerahkan liontin tersebut pada Ervin. Ia lalu mengenakannya di lehernya.

"Ini benar-benar indah!"

Akhirnya Yasmin turun dari mobil. Ia membiarkan Ervin pergi. Ia melambaikan tangannya hingga mobil itu lenyap dari pandangannya.

Raut wajahnya berubah seketika saat melihat mobil lainnya berhenti di depannya.

Seorang pria turun dari mobil dan mendekatinya.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana jika Ervin melihatmu?" Tanyanya pada pria itu.

"Dia tidak akan tahu. Aku memang sengaja menunggunya pergi." Ucap pria itu.

"Kamu memang nakal!" serunya dengan gemas.

Erik tampak melirik liontin yang menghiasi leher wanitanya itu.

"Kau benar-benar akan menikah dengannya?" tanyanya kemudian.

"Bukankah kita sudah membahas hal ini sebelumnya?"

"Iya! Hanya saja......" Pria itu tampak ragu.

"Kamu tidak percaya padaku? Ini demi masa depan kita berdua."

"Hah! Baiklah! Tapi jangan lupa janjimu saat sudah menikah nanti." Erik tampak serius.

"Kamu tidak perlu cemas. Aku cuma mencintai mu, sayang!" Rayunya.

Pria itu lalu memeluknya dan mengecup bibirnya dengan lembut. Membuat wanita itu terlena dengan buaiannya.

"Erik! Bagaimana jika ada yang melihat?" tanyanya.

"Kalau begitu sebaiknya kita mencari tempat yang aman untuk bermesraan. Aku sangat merindukanmu." godanya.

"Hmm .. bagaimana jika di kamarku?" Ia mengalungkan tangannya di lehernya dengan manja.

"Itu usul yang menarik!" Pria itu tampak menyeringai.

"Kalau begitu jangan menundanya." Yasmin tampak tak sabaran.

Mereka berdua masuk kedalam lift menuju ke apartemen miliknya.

...****************...

Malam tampak semakin larut. Riana baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah selesai membantu ibunya membereskan peralatan. Jam di mejanya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Matanya mulai terasa berat karena menahan kantuk.

Di saat ia mencoba untuk terlelap, ingatan tentang kejadian di pesta tadi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya.

Bagaimana cara Ervin menegur kekasihnya untuk membelanya. Ia merasa sedikit terharu dengan hal tersebut. Walaupun pada akhirnya mereka tetap berbaikan setelahnya.

Jujur saja ia merasa sedikit kesal dengan hal itu. Tetapi seharusnya ia sadar bahwa Ervin tidak akan pernah melihatnya sebagai seorang wanita dewasa pada umumnya. Sampai kapanpun ia hanya akan dianggap sebagai sahabat dari anak perempuannya saja.

Drttt..... Drttt.... Drttt.....

Ponsel di mejanya tiba-tiba bergetar. Ada seseorang yang menghubunginya malam itu.

Riana tampak bangkit setelah membaca nama yang tertera sebagai si penelepon. "Om kesayanganku".

Riana menyimpan nomor kontak Ervin dengan nama "om kesayangan". Sungguh memalukan memang. Hanya saja Ervin tidak pernah menghubunginya selama ini.

Tetapi ia benar-benar tidak menyangka bahwa setelah sekian tahun akhirnya nama itu muncul di layar ponselnya.

...****************...

Jangan lupa dukung ya!!!

Tinggalkan like, komentar, vote dan jangan lupa tombol ♥️ untuk subscribe untuk update terbarunya.

Terima kasih ya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!