Memendam rasa.

Pagi ini suasana tempat katering milik ibunya Riana tampak sibuk. Ada sebuah acara yang akan di adakan di kantor utama milik ayahnya Alina. Perayaan ulang tahun perusahaan yang selalu diadakan setiap tahunnya. Ini tahun ke empat mereka bekerja sama. Ervin mempercayakan urusan konsumsi kepada usaha katering yang dikelola ibunya. Seluruh staff beserta direksi begitu memuji masakan wanita yang hampir memasuki usia paruh baya itu.

Biasanya Riana juga ikut membantu ibunya pada acara-acara besar seperti ini. Setelah mempersiapkan segalanya, mereka lalu pergi ke tempat acara. Sesampainya di sana, mereka segera mempersiapkan hidangan di meja yang sudah di tentukan. Riana juga ikut membantu menata makanan di tempat prasmanan. Ada beberapa jenis hidangan yang di buat berdasarkan permintaan pihak perusahaan.

Hari itu Riana memakai kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Sama seperti yang dikenakan oleh semua pegawai katering hari itu. Ia juga mengepang rambut panjangnya agar terlihat rapi. Setelah lulus sekolah, ia memang sengaja memanjangkan rambutnya agar terlihat berbeda. Ia juga tampak semakin cantik dengan rambut panjangnya.

Setidaknya ada beberapa pria yang mengajaknya untuk berkenalan. Namun sayangnya ia belum tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria manapun. Karena hatinya sudah terisi penuh dengan seorang pria yang dikenalnya.

"Riana juga datang membantu ibu, ya?  Sudah lama sekali om tidak melihatmu." Ucap seorang pria padanya ketika melihatnya sedang sibuk menata hidangan.

"Om Ervin! Iya sudah lama kita tidak ketemu. Lagi banyak tugas kuliah, om. Jadi jarang ketemu juga sama Alina." Jelasnya.

"Ah iya! Alina juga lagi sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Makanya dia tidak bisa datang hari ini."

"Oh begitu ya, om! Pantas saja dia jarang aktif di grup chat."

"Begitu ya! Hmm... Apa om bisa minta tolong padamu? Ini tentang Alina."

"Minta tolong apa ya, om?"

"Akhir-akhir ini kami jarang bicara karena kesibukan masing-masing. Alina juga selalu mengurung diri di kamar sepulang kuliah. Ia seperti sedang menghindar dari om. Apa kamu bisa bicara dengannya untuk mencari tahu? Alina selalu mendengarkan mu. Jadi dia pasti mau berbicara denganmu. Apa kamu bisa membantu om?" Pria berkacamata itu terlihat putus asa.

Sebenarnya Riana tahu pasti apa yang membuat sahabatnya itu menghindari ayahnya. Itu karena masalah pertunangan Ervin yang akan diadakan dua pekan lagi. Hal itu benar-benar membuat Alina frustasi. Di satu sisi ia tidak menyukai kekasih ayahnya, namun disisi lain ia ingin sekali melihat ayahnya menikah kembali dan hidup bahagia.

Alina benar-benar dihadapkan pada keputusan yang sulit.

"Iya, om! Nanti saya akan coba bicara dengan Alina." Riana tampak menyanggupi.

"Baiklah! Terima kasih ya, Riana!"

"Iya, om!" Serunya.

"Sayang! Ternyata kamu ada di sini? Aku cari kamu dari tadi lho. Kamu sedang apa di sini?" Tanya seorang wanita ketika menghampiri Ervin.

Wanita itu juga langsung menggandeng tangannya. Ia menatap sinis ke arah Riana. Hanya saja sepertinya Ervin tidak menyadari hal itu.

"Aku sedang bicara dengan Riana. Kau ingat dia, kan? Dia teman dekat Alina. Kita pernah makan siang bersama waktu hari kelulusan mereka." Jelasnya.

"Hmm... Aku lupa. Itu kan sudah lama sekali. Oh iya! Mama dan papa udah datang. Mereka nanyain kamu lho. Ayo kita ke sana!" Ajaknya.

Ia tampak bergelayut manja di lengan pria itu. Tampaknya Ervin juga merasa nyaman dengan hal itu karena ia membiarkannya. Itu hal yang wajar karena mereka sudah berpacaran cukup lama. Riana juga mendengar dari Alina soal pertunangan mereka yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Hal itu juga yang membuat Alina pusing akhir-akhir ini.

"Baiklah! Om pergi dulu, ya! Jangan lupa apa yang kita bicarakan tadi!" Ucap Ervin sebelum pergi.

"Iya, om!" Ucap Riana.

Mereka berdua lalu pergi meninggalkan Riana. Riana kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Memangnya kamu ada urusan apa sama dia?" tanya wanita bernama Yasmin itu dengan nada sinis.

"Kamu tidak perlu tahu. Itu hanya bisnis kecil." Jelas Ervin.

"Bisnis kecil apa? Kamu jangan macam-macam ya? Kita akan bertunangan sebentar lagi."

"CK! Kamu yang jangan berpikiran macam-macam? Jangan terlalu berlebihan. Ini hanya urusan bisnis." Ervin tampak kesal jika Yasmin sudah bersikap berlebihan padanya. Terkadang Yasmin terlalu posesif padanya.

...****************...

Acara siang itu berlangsung dengan lancar. Riana tampak terpukau setiap kali melihat Ervin berpidato di depan podium. Ia punya sisi kharismatik dengan jiwa kepemimpinan yang kuat. Semua orang tampak serius memperhatikan dan mendengarkan setiap perkataannya.

Namun ketika melihatnya berdiri berdampingan dengan wanita yang akan menjadi tunangannya, ia mulai merasa sedih. Hatinya tampak sakit karena memendam perasaannya. Iya, Ervin lah satu-satunya pria yang sudah menempati semua ruang di hatinya saat ini. Entah sejak kapan ia sadar bahwa yang ia rasakan pada Ervin adalah perasaan cinta. Ketika masih duduk di bangku SMP, ia hanya kagum pada ketampanan Ervin. Saat beranjak dewasa, perlahan-lahan rasa kagum itu berubah menjadi rasa suka hingga saat ini ia menyadari bahwa ia mencintai pria itu.

Riana sama sekali tidak pernah memandang usianya. Baginya usia bukanlah penghalang seseorang untuk jatuh cinta. Karena ungkapan "cinta tak memandang usia" itu mungkin benar adanya. Namun ia selalu sadar diri dan tidak terlalu berharap pada pria itu. Ia tahu bahwa mustahil jika pria itu bisa membalas perasaannya. Mungkin baginya Riana sudah seperti anak kandungnya sendiri. Mengingat jika Riana seumuran dengan Alina.

Mungkin sudah saatnya untuk menyerah pada perasaannya. Mungkin sudah saatnya untuk mencoba menjalin hubungan dengan pria lain yang lebih pantas. Tetapi ia malah merasa semakin ragu jika hubungan kelak akan berhasil. Karena hatinya sudah terpaut begitu dalam pada pria matang itu.

...****************...

Riana tampak sibuk mondar-mandir mengantarkan minuman untuk para tamu. Beberapa pegawai tampak mengenalinya karena sudah biasa melihat wajahnya di setiap acara yang di adakan di kantor tersebut.

Beberapa pegawai bahkan ada yang terang-terangan menggodanya. Namun ia hanya menganggapnya sebatas candaan semata.

"Pelayan! Kemarilah!" Yasmin memanggil Riana ke mejanya.

Riana tampak mendatanginya.

"Iya, nona! Anda ingin minum?" Tanyanya dengan polos.

"Iya! Aku ingin segelas minuman." Ucapnya.

Riana memberikan segelas minuman padanya. Yasmin tampak meminumnya. Lalu ia meminta Riana untuk mengambilkan makanan untuknya. Riana mau tak mau pergi untuk mengambilkan makanan untuknya.

"Kenapa tingkat kematangan nya welldone? Tadi aku bilang kan kematangannya medium rare. Apa kamu tidak dengar? Ganti lagi steak nya! Aku tidak mau makan ini." Perintahnya pada Riana.

Riana masih bisa bersabar. " Baik, nona! Saya minta maaf. Saya akan segera menggantinya."

Riana lalu pergi untuk mengambilkan steak yang baru. Kali ini dengan tingkat kematangan yang sesuai.

"Iya. Ini sudah benar. Tapi kenapa salad nya sedikit sekali. Tambah lagi salad nya."

Riana tampaknya menyadari sesuatu. Yasmin sedang mengerjainya. Wanita itu menyuruhnya ini dan itu tanpa henti. Selalu saja ada yang salah dengan pesanannya. Riana sudah hampir di ambang batas kesabarannya kali ini. Jika saja seseorang tidak menghentikan amarahnya yang hampir meledak, mungkin akan terjadi pertengkaran hebat saat itu.

"Yasmin! Apa-apaan kamu ini?" Ervin tampak kesal.

...****************...

Jangan lupa untuk dukung karyaku ini ya. Tinggalkan like, komentar dan jangan lupa subscribe ya. Berikan vote juga ya.

Terima kasih.

♥️♥️♥️♥️

Terpopuler

Comments

Mar Briyith ER

Mar Briyith ER

Masukin ke list favorite aku deh, seru banget pokoknya.

2024-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!