Become A Mother Of My BFF
Hari kelulusan SMA Dharmawangsa Jakarta angkatan tahun 2018-2021
Begitulah tulisan yang tertera dalam spanduk yang terpasang di gerbang sekolah hari ini. Hari kelulusan SMA yang dinantikan oleh setiap siswa ketika selesai menjalani ujian akhir sekolah.
Perayaan hari ini tampak meriah. Semua siswa tampak tertawa senang begitu mendapatkan ijazah kelulusan mereka.
Karena ini adalah acara bebas, maka setiap siswa bisa melakukan apapun pada saat ini. Beberapa siswa tampak berfoto bersama teman-temannya. Beberapa lagi sibuk menunjukkan ijazah mereka pada orangtuanya. Sebagian lagi sudah tampak pulang meninggalkan tempat acara.
Beberapa siswa perempuan tampak berkumpul di sudut lain. Mereka tampak bercanda dan bercerita tentang rencana kedepannya.
"Akhirnya aku bisa kuliah di kampus impian ku. Tapi sayangnya, waktu kita berkumpul akan semakin sedikit." Ucap Dita sedih.
"Iya juga ya! Tapi kita masih bisa bertemu sesekali, kan?" Timpal Fina.
"Tentu saja bisa . Kita masih tinggal di kota yang sama, 'kan? Tinggal atur jadwal lalu ketemuan. Lagipula kita juga bisa tetap berkomunikasi di grup chat, 'kan?" Ucap Riana.
"Kamu dan Alina sih enak bisa sering ketemu karena kampusnya berdekatan. Kami berdua yang susah karena kampus kita beda daerah." Ucap Fina.
"Tapi kampus kita juga beda, kan? Waktu belajarnya juga pasti berbeda." Ucap Alina.
"Iya ,sih. Tapi kalian bisa tetap ketemu karena masih satu arah." Dita tak mau kalah.
"Ish.. apaan ,sih? Kuliah saja belum di mulai, sudah memikirkan hal lain." Ucap Riana.
"Iya, nih! Bagaimana kalau kita ambil gambar saja dengan kamera ku? Mumpung lagi cantik." Usul Alina.
"Kamu biasanya juga cantik. Keturunan bibit unggul, sih." Canda Dita pada Alina.
"Iya. Pakai kaos dan celana pendek juga sudah cantik. Ayahnya saja begitu tampan . Tapi omong-omong ayahmu tidak keliatan dari tadi. Padahal aku sudah dandan dari subuh buat ketemu ayahmu lho. Mungkin saja ayahmu jadi tertarik padaku!" Ucap Fina sambil lihat kiri kanan dengan penuh percaya diri.
"Dih! Aku tidak sudi punya ibu tiri kayak kamu. Bisa-bisa aku jadi pembantu gratis. Semuanya aku yang kerjakan. Kayak ibu tiri di dalam drama." Canda Alina sambil tertawa.
Yang lainnya juga ikut tertawa. Mereka berempat memang sudah akrab sehingga bisa bebas bercanda antara satu dengan yang lainnya.
"Lagipula Alina sudah punya calon ideal untuk ibu sambungnya." timpal Dita.
"Siapa?" Tanya Fina pura-pura tidak tahu.
"Siapa lagi kalau bukan Riana Nina Zara." Canda Dita.
"Hahaha.... Lucu sekali." Riana tampak cemberut.
"Aduh! jangan cemberut dong. Wajahmu jadi jelek tahu. Ibu!" Timpal Alina menggodanya.
"Terserah kalian sajalah! Aku pulang nih ya!" Ia pura-pura merajuk.
"Jangan merajuk, dong! Oke-oke kita tidak akan menggoda mu lagi. Bagaimana jika kita ambil beberapa gambar sekarang?" Usul Fina.
Mereka akhirnya mengambil beberapa gambar bersama secara bergantian karena tidak ada yang bisa membantu untuk mengambilkannya. Semuanya tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Bahkan para orang tua tampak mengobrol dengan serius hingga melupakan keberadaan anak-anaknya.
"Berikan kameranya! Biar om saja yang memotret kalian!" Seru seorang pria mendatangi mereka.
Dia adalah ayahnya Alina yang sejak tadi di bicarakan. Ervin Dafa Wijaya. Usianya masih tergolong muda untuk ukuran bapak-bapak yang sudah memiliki anak SMA. Ia masih berusia 39 tahun. Karena saat itu ia dan mendiang ibunya Alina menikah di usia muda. Sekitar usia 20 tahunan. Namun sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan selama dua tahun saja. Ibunya Alina meninggal ketika Alina berusia satu tahun. Sejak saat itu ayahnya belum menikah lagi. Hanya saja sepertinya ia akan segera menikah karena saat ini ia tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita. Sayangnya Alina tidak menyukai wanita tersebut.
"Terima kasih om! Dari tadi tidak ada yang bisa dimintai tolong. Untung saja om datang tepat pada waktunya." Ucap Dita antusias.
"Kebetulan sekali ,ya! Oke! Senyum yang cantik semuanya." Ucapnya mulai mengambil foto.
Mereka berempat tampak tersenyum. Karena merasa punya fotografer dadakan, mereka tanpa sadar mengambil banyak foto. Ada yang foto berempat, ada juga yang berfoto berdua bahkan sendirian. Para orang tua yang tiba-tiba muncul juga mendadak ikut berfoto. Mereka akhirnya berfoto bersama dengan pengaturan timer di kameranya.
Acara berfoto akhirnya selesai. Dita, Fina dan keluarga mereka sudah kembali lebih dulu. Sementara Riana dan orangtuanya di undang makan siang bersama oleh ayahnya Alina.
Kedua keluarga tersebut sudah akrab karena Riana dan Alina sudah bertemu sejak SMP. Alina juga sering menginap di rumah Riana jika ayahnya punya urusan di luar kota. Ayahnya adalah seorang kontraktor yang sukses. Sehingga ia sering mendapatkan proyek kerjasama di luar kota. Mereka berdua tinggal di apartemen mewah di tengah kota.
Ervin mengajak mereka untuk makan siang di sebuah restoran mewah. Mereka lalu memesan makanan. Sambil menunggu makanan datang, mereka sesekali tampak berbincang.
"Om dengar dari Alina, katanya Riana mau kuliah di jurusan teknik sipil, ya?" Tanya Ervin pada Rania.
"Iya, om." Jawab Riana.
"Riana suka sekali menggambar sejak dulu. Dia pernah bilang jika dia mau menjadi seorang arsitek. Saya pikir itu hanya khayalannya saja. Ternyata dia memang serius ingin menjadi seorang arsitek ." Ucap Rima membanggakan putrinya itu.
"Itu sangat bagus sekali. Nanti kamu bisa magang di kantor om. " Ucap Ervin pada Riana.
Wanita itu tampak tersipu malu. Wajahnya terlihat bersemu merah. Membayangkan dirinya berada di atas gedung yang sama dengan pria di hadapannya itu membuatnya bahagia. Hanya saja ia terlalu malu untuk menunjukkan perasaannya pada semua orang.
"Iya, om! Kalau om tidak keberatan, itu akan benar-benar membantu." Ucap Riana canggung.
"Tentu saja tidak keberatan. Kan om sendiri yang menawarkannya padamu."
"Iya juga ya!" Kekeh Riana.
"Iya, Ri! Ayah juga bisa bantu kamu. Ayah kan juga lulusan teknik sipil. Makanya sekarang ayah jadi kontraktor sukses." Puji Alina merasa bangga dengan prestasi ayahnya.
"Alina terlalu melebih-lebihkan." Ucap Ervin.
Mereka lalu melanjutkan obrolan mereka dengan pembicaraan yang lebih santai sambil makan. Hanya saja sepertinya kebahagiaan itu tiba-tiba saja berubah menjadi hening ketika seorang wanita menghampiri meja mereka.
"Maaf! Aku terlambat datang, sayang! Ada pekerjaan yang tidak bisa di tunda." Ucap wanita itu sambil mencium pipi Ervin dengan lembut.
Pria itu juga berdiri untuk menyambutnya. "Tidak apa-apa, sayang! Kami baru saja makan. Aku juga sudah memesankan makanan untukmu." Ucap Ervin.
"Terima kasih." Ucapnya pada Ervin. Ia lalu beralih melihat Alina.
"Selamat atas kelulusan mu, Alina." Ucapnya ramah sambil memberikan sebuah buket bunga untuknya.
Namun sepertinya hanya mereka berdua yang terlihat senang. Karena Alina justru tampak kesal saat ini. Ia sungguh tidak menyukainya.
...****************...
Nb: hai! Salam kenal. Ini adalah karya pertamaku. Semoga kalian suka dengan jalan ceritanya.
Mohon dukungannya ya! Biar makin semangat nulisnya. Kasih kritik dan saran juga ya.
Terima kasih.
♥️♥️♥️
Thiea
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments