“Ada seorang pria yang menemui Patrizio, beberapa hari sebelum kau menghabisinya,” terang Crystal.
“Siapa?” tanya Damien datar, diiringi tatapan dingin dan serius.
Crystal menggeleng pelan. “Aku tidak tahu. Aku baru melihatnya datang ke sana. Namun, dia terlihat cukup akrab dengan Patrizio. Kurasa, mereka sudah saling mengenal lama,” jawab gadis cantik bermata biru tersebut.
“Apa menurutmu pria itu berkecimpung di dunia hitam?”
Kali ini, Crystal tersenyum kecil. “Patrizio tidak memiliki kenalan yang bukan dari dunia hitam. Dia adalah penjahat.”
Damien menggumam pelan, tapi tak mengatakan apa pun.
“Patrizio memperkenalkan, bahkan memberitahu pria itu tentang jati diriku. Entah apa maksudnya. Namun, aku jadi waswas.”
“Kau yakin tidak mengenal pria itu?” tanya Damien penuh selidik.
Crystal menggeleng yakin, seakan ingin membuat Damien percaya.
“Baiklah.” Damien berbalik, bermaksud pergi dari sana.
“Lindungi aku, Damien,” pinta Crystal tiba-tiba.
Damien yang sudah tiba di dekat pintu keluar, langsung tertegun. Namun, dia tidak menoleh, bahkan saat Crystal berjalan mendekat dan berdiri sedikit di belakangnya.
“Lindungi aku,” ucap Crystal lagi.
“Kenapa kau meminta perlindungan padaku?”
“Karena kau bisa memberikan perlindungan lebih baik dibanding Patrizio. Aku melihatnya tadi.”
“Kau pikir, aku melakukan itu untuk melindungimu?” tanya Damien sinis.
Embusan napas pelan meluncur dari bibir Crystal. “Aku tidak tahu apakah kau melakukan itu demi melindungiku, atau hanya karena mempertahankan diri. Namun, kupikir kau sangat luar biasa.”
Damien tak menanggapi. Dia terpaku sejenak, sebelum berbalik menghadap Crystal.
“Aku yakin, kau tidak semenyebalkan ini,” ucap Crystal pelan, seraya makin mendekat. Tanpa diduga, dia mengecup sekilas bibir Damien, lalu segera berbalik membelakangi. Crystal kembali ke hadapan anjing-anjing, yang telah jadi sahabatnya.
Sementara itu, Damien masih terpaku memperhatikan. Tak berselang lama, pria dengan jaket kulit warna hitam tersebut ikut berbalik, kemudian melanjutkan niat keluar ruangan.
Sepeninggal Damien, Crystal tersenyum pada keempat anjing yang menatapnya. “Bagaimana menurut kalian? Apa yang kulakukan tadi luar biasa, kan?”
Seekor anjing mendekat, lalu duduk di hadapan Crystal yang langsung membelainya lembut.
“Jangan khawatir. Aku pasti akan membawa kalian keluar dari sini. Kalian berempat adalah teman-temanku,” ucap Crystal, seraya kembali tersenyum.
......................
“Bagaimana, Tuan?” tanya Santiago sopan, saat menemui Damien yang tengah minum sendiri di dekat bukaan menghadap halaman samping.
“Aku tidak menemukan apa pun di markas Cerberus,” jawab Damien datar, dengan tatapan menerawang pada pekat malam.
“Lalu? Apakah itu berarti pelakunya mungkin saja dari Palazzo De Santis?” tebak Santiago.
Damien menggeleng pelan, lalu meneguk minumannya. “Bukan hanya itu yang jadi masalah sekarang.” Pria tampan dengan T-shirt navy tersebut mengembuskan napas berat. “Aku tidak tahu siapa yang memburu Crystal sekarang,” ucapnya pelan.
“Bisa kita selidiki, Tuan.” Santiago menanggapi tenang. “Aku pernah membicarakan ini dengan Guillermo Mazza. Dia mengenal dekat Alessio Zegarelli. Itulah kenapa Alessio menitipkan Crystal padanya.”
“Apa kaitannya dengan orang-orang yang memburu Crystal saat ini?” tanya Damien tak mengerti.
Santiago tersenyum, diiringi gumaman pelan. “Alessio merupakan sahabat terdekat Fausto Allegra. Dia mengetahui siapa saja yang menjadi teman dan dianggap musuh oleh Fausto. Sementara, Guillermo pernah menceritakan hal itu padaku.”
“Tidak bisa dipercaya. Bagaimana mereka dengan mudahnya saling menceritakan hal itu pada orang lain?” Damien menatap tak mengerti.
“Kurasa karena itu bukan sesuatu yang jadi rahasia besar. Sekadar meningkatkan kewaspadaan. Itu hanya dari segi pengamatanku, Tuan.”
Damien menggumam pelan, lalu kembali mengarahkan perhatian ke depan. “Apa mungkin jika Guillermo Mazza juga menginginkan buku milik Fausto Allegra?” pikirnya.
“Maksud Anda?”
Damien menghabiskan sisa minumannya, lalu mengarahkan perhatian penuh pada Santiago. “Crystal mengatakan bahwa Patrizio pernah memperkenalkan bahkan membeberkan identitasnya pada seorang pria asing. Entah kenapa, tiba-tiba pikiranku tertuju pada putra Guillermo Mazza.”
“Hm.” Santiago menggumam pelan. “Putra Guillermo Mazza yang pernah kuceritakan itu?”
Damien mengangguk. “Bisa saja Guillermo menjadikan Patrizio yang bodoh sebagai tameng di luar, agar tak ada siapa pun yang membaca rencana utama dalam organisasi mereka,” pikirnya.
“Aku memang tidak mengenal kakak tiri Patrizio. Namun, entahlah. Instingku mengatakan dia jauh lebih berbahaya dari adiknya. Bisa saja selama ini dialah yang mengendalikan segala hal dari belakang layar.”
Santiago manggut-manggut. “Masuk akal, Tuan,” ucapnya. “Tapi, kenapa mereka tak mengambil kesempatan selagi Crystal ada di sana?”
“Itulah yang harus kutanyakan pada gadis bodoh itu.”
Santiago tertawa renyah, mendengar Damien menyebut Crystal sebagai gadis bodoh. “Kalau begitu, lakukan pendekatan lebih. Wanita menyukai sesuatu yang lebih lembut, dibanding kekerasan. Mereka pasti akan lebih memilih mati tanpa mengatakan apa pun.”
“Saran macam apa itu,” cibir Damien.
“Tak ada salahnya, Tuan. Crystal adalah gadis cerdas. Buktinya, dia hampir mengelabui kita. Selain itu, dia juga bisa mengimbangi serta berani membangkang di hadapan Anda. Bukan tak mungkin, dirinya melakukan hal yang sama terhadap Patrizio.”
“Lalu, apa yang harus kulakukan untuk … astaga. Kenapa aku harus pusing memikirkan ini? Tidak menguntungkan sama sekali.” Damien menggeleng tak mengerti, disertai decakan pelan.
“Akan sangat menguntungkan Anda, Tuan. Aku yakin Crystal menyerap semua ilmu tentang pembuatan senjata yang dimiliki ayahnya.”
Damien menatap dengan sorot tak dapat diartikan.
“Jika Anda mengandalkan insting, aku pun demikian. Ambil gadis itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ruk Mini
nah itu baru betul like father like dougther
2024-12-16
0