"Siapa namamu, Cantik?" tanya Nicola, diiringi seringai nakal.
"Untuk apa menanyakan namaku?"
"Agar kami tak memanggilmu dengan sebutan 'ja•lang'. Kau tidak akan menyukainya," sahut Nicola, seraya menyentuh dagu wanita muda berambut cokelat terang itu.
Bukannya memberitahukan nama, si wanita malah meludahi wajah Nicola.
Sontak, Nicola mengangkat tangan hendak membalas dengan tamparan. Namun, geraknya ditahan oleh Damien.
"Dia terluka. Sebaiknya kau bawa ke markas dan obati terebih dulu," ucap Damien datar.
"Wanita kurang ajar!" maki Nicola kesal, sambil mengelap wajah. "Kupastikan kau akan menerima akibat dari tindakanmu ini!" ancamnya tegas.
Nicola memerintahkan anak buahnya membawa adik tiri Patrizio ke markas, sedangkan dia tetap di sana.
"Patrizio masih berutang padaku. Kematiannya saja tidak cukup untuk melunasi sisa pembayaran senjata yang menunggak," ucap Damien dingin, seraya memperhatikan noda darah di telapak tangannya.
"Anak buahku sedang menggeledah seluruh tempat ini. Akan kuberikan padamu jika menemukan barang berharga" ujar Nicola menanggapi.
Namun, Damien tak menanggapi. Tanpa banyak bicara, dia langsung berlalu dari sana. Dengan tangan masih berlumur darah, pria itu melajukan kendaraan meninggalkan markas milik Patrizio.
Sementara itu, anak buah Nicola membawa adik tiri Patrizio ke markas. Wanita muda tersebut diobati terlebih dulu, sebelum ditempatkan di ruangan khusus untuk tawanan.
......................
Wanita muda itu membuka mata, saat merasakan ada sesuatu yang menggigit ujung jari kakinya. Dia memekik pelan, lalu beringsut.
Wanita yang baru sadar setelah mendapat pengobatan, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia berada di sebuah ruangan lembap berbau apek, dengan pencahayaan yang hanya berasal dari ventilasi kecil di dinding paling atas. Suara cicitan hewan pengerat, menambah tak nyaman perasaannya.
Sesaat kemudian, terdengar derap langkah mendekat. Seroang pria masuk dan langsung menyeret si wanita keluar dari ruangan gelap tadi.
"Lepaskan!" pekik wanita muda itu.
Namun, si pria tak peduli. Dia mengempaskan kasar tubuh wanita muda itu, saat tiba di sebuah ruangan dengan meja kayu cukup besar.
"Apakah kita akan berpesta hari ini?" tanya salah seorang pria, seraya mendekat.
"Brizio yang akan mengawali," ucap pria yang tadi menyeret si wanita ke sana.
"Brizio," gumam wanita itu teramat pelan, bersamaan dengan kemunculan pria tinggi besar yang langsung menghampirinya.
"Apa kabar, Cantik? Tuan Nicola memberikanmu sebagai hadiah untuk kami," seringai Brizio. "Bangunkan dia." Pria itu bersikap llayakny seorang bos.
Wanita muda itu ditarik hingga bangkit, lalu segera dibawa ke dekat meja. Tanpa memedulikan tangan kiri yang dibebat perban, tubuh indanya dipaksa setengah membungkuk hingga dada menekan ke permukaan meja.
"Menjauh dariku!" sentak wanita muda itu lantang. Dia dapat menebak apa yang akan mereka lakukan, Wanita muda itu berusaha berdiri, tapi punggungnya ditahan agar tetap dalam posisi membungkuk.
"Tidak! Kumohon jangan!" rintih wanita muda yang tak kuasa melawan, saat Brizio merobek dress jadi dua bagian, sehingga punggung dan pinggulnya terekspos sempurna.
Para pria di ruangan itu tertawa lebar, menyaksikan santapan menggoda di hadapan mereka.
"Cepatlah, Brizio! Kami sudah tak sabar menunggu giliran."
Brizio menyeringai sambil membelai perlahan pinggul si wanita muda.
"Jangan sentuh aku, Brengsek!"
Namun, hardikan tadi tak berarti apa-apa. Brizio justru menarik pakaian dalam wanita muda itu, bermaksud menyobeknya.
Akan tetapi, Brizio tidak sempat melanjutkan aksi bejatnya, saat mendengar suara seseorang yang teramat dikenal. Dia langsung mundur. Begitu juga dengan pria lain yang seketika menuduk.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Suasana hening. Para pria yang mengerubungi meja langsung menyingkir, memberi jalan pada seseorang yang tak lain adalah Damien.
"Tuan." Brizio mengangguk hormat.
Damien membuang rokok ke lantai, kemudian mematikan dengan kaki. Dia menatap tajam Brizio, lalu beralih pada wanita muda yang sudah setengah telanjang, dengan posisi membungkuk di meja. Melihat keadaan wanita muda itu, Damien dapat memperkirakan apa yang akan anak buah Nicola lakukan.
"Siapa yang memberimu perintah melakukan ini?" tanya Damien dingin dan penuh penekanan.
"Tuan Nicola memberikan wanita ini sebagai hadiah untuk kami," jawab Brizio agak gugup. "Maafkan kami, Tuan. Kami pikir ___"
"Aku sudah bicara dengan Nicola. Kuputuskan akan membawa wanita itu," sela Damien, dengan nada bicara seperti tadi.
Brizio menoleh pada beberapa rekannya. Mereka yang hendak bersenang-senang, terpaksa harus gigit jari karena kedatangan Damien yang tiba-tiba. Raut kecewa tampak jelas. Meskipun begitu, tak ada yang berani membantah.
Brizio membantu wanita muda itu berdiri., lalu menghadapkannya pada Damien yang terpaku sejenak, sebelum berbalik tanpa mengatakan apa pun.
"Nasibmu tak akan jauh lebih baik, Ja•lang," bisik Brizio sambil mencekal lengan, kemudian setengah menyeret wanita muda itu hingga tiba di dekat mobil jeep milik Damien.
"Masukkan ke jok belakang," titah Damien, yang sudah siap di belakang kemudi. Dia langsung melajukan kendaraan, setelah wanita muda itu berada di mobilnya.
Wanita muda itu menatap lurus pada pria tampan berambut gelap, yang tengah mengemudikan kendaraan. Dia tak banyak bicara. Terlebih karena seluruh tubuhnya terasa sakit dan membuat tidak nyaman.
Beberapa saat kemudian, Damien menghentikan kendaraan di depan sebuah gerbang bertuliskan Palazzo De Santis. Setelah pintu gerbang terbuka lebar, jeep itu kembali melaju memasuki halaman.
"Tempat apa ini?" tanya wanita muda itu pelan.
"Penjara untukmu," jawab Damien dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
asal gk dijadikan santapan buaya masih aman
2024-09-01
2