Bos Yang Baik

Di perjalanan Kinan begitu asik mendengarkan cerita Sinta tentang pekerjaannya sebagai baby sitter. Mengurus dua anak perempuan.

"Sebenarnya si kakak udah gede, jadi ga terlalu riweuh urus dia mah. Sekarang aku fokus urus si ade Tamara,"

Bos Sinta mempunyai dua anak, semua perempuan. Yang satu kelas 2 SD namanya Dea, yang satunya lagi baru mau masuk TK namanya Tamara.

"Riweuh atuh kamu Sin?" tanya Kinan di sela pembicaraan.

Sinta mengangguk. "Riweuh sih, tapi kalau terbiasa mah ya engga,"

Sinta sudah merantau cukup lama terhitung tiga tahun lamanya. Beberapa kali pindah majikan karena beragam karakter majikan sudah Sinta temui. Terakhir ini dia betah di satu majikan tidak berpindah-pindah lagi.

Kinan ingat betul dari Sinta yang ga punya apa-apa sekarang dia mapan untuk keluarga dan dirinya sendiri. Ponsel bagus dia punya. rumah orang tuanya sekarang berdinding kokoh tidak bambu lagi, punya ternak dan memberi modal untuk keperluan bertani bapaknya di kampung.

Kinan ingin seperti itu. Iri itu jelas karena teman sebayanya itu sudah sukses. Orang-orang di kampung memuji Sinta akan keberhasilannya.

"Nanti aku di sana kerja apa Sin?" Tanya Kinan lagi memastikan.

"Biasa seperti kamu membatu mama mu."

Kinan mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum lega. "Kalau pekerjaan kaya gitu mah aku bisa."

"Tapi rumah majikan kita ini besar loh. Cuma ya itu, yang beres-beres hanya tiga orang termasuk kamu." Sinta menjelaskan tentang pekerjaan yang harus Kinan lakukan dari mulai pagi sampai malam hari. Kinan hanya mengangguk saja tanpa menyela. sampai mereka terlelap karena jalanan kota macet.

Pukul tiga sore mobil yang membawa Kinan tiba, berhenti tepat di depan gerbang bercat hitam.

Pak supir melirik kearah belakang di mana dua anak gadis tertidur pulas.

""Sinta, Kinan, Bangun."

Sinta duluan membuka mata di susul Kinan.

"Alhamdulillah." Sinta merentangkan kedua tangannya yang pegal.

"Kita udah sampe?" Kinan celingukan melihat luar jendela mobil. Nampak rumah dua lantai yang tinggi lagi moderen. Bangunan yang tidak di temuinya di kampung.

Sinta mengangguk. "Yuk, turun."

Ajakan Sinta di sambut anggukan gugup dari Kinan. Perlahan membuka pintu mobil dan berjalan di samping Sinta yang nampak sumringah karena melihat anak yang di asuhnya berlari menghampiri.

"Ade" Sinta menyapa anak perempuan berkulit putih dan berambut panjang itu sembari merentangkan kedua tangan.

"Mbak Sinta, dede kangen." katanya manja. tubuhnya memanjat tubuh Sinta yang ia tunggu-tunggu.

Kinan tersenyum manis melihat bagaimana Sinta begitu di rindukan si gadis cantik.

"Ini siapa mbak?" mata gadis itu kini tertuju kearah Kinan, memperhatikan Kinan yang diam Berdiri kaku.

"Oh ini," Sinta menurunkan anak majikannya itu agar dirinya bisa memperkenalkan Kinan. "Ini namanya Mbak Kinan, mulai hari ini mbak Kinan kerja di sini." sambung Sinta.

Gadis itu mengangguk paham. "Buat gantiin Bik Tuti ya?"

Sinta mengangguk." Bunda ada?"

"Ada mbak. Yuk, masuk, mbak Kinan juga."

Mereka masuk kedalam rumah. Kinan yang malu-malu melangkah sembari memperhatikan sekitar.

Besar juga rumahnya, beres-beresnya dari mana dulu. Kalau di rumah aku mah atuh jauh luasnya juga. Ini mah luas banget.

Kinan membatin tanpa menyadari sang majikan sudah terlihat.

"Aduh! yang liburan sampe ga ingat pulang ya," Majikan Sinta bersuara lantang mana kala melihat Sinta datang.

Memang seperti itulah majikan Sinta baik dan ramah. Suka sekali memberi candaan kepada semua karyawan yang bekerja padanya.

"Bunda sehat?" Sinta menyalami si ibu majikan yang masih tampak muda usianya mungkin baru 30 tahun. perawatan kecantikan dan baju yang di kenakan jelas membuat dirinya muda, uang memang mampu merubah tampilan luar manusia.

"Sehat Alhamdulillah."

"Ini Kinan Bun, yang nanti gantiin Bik Tuti." Sinta meminta Kinan untuk maju..

Kinan melangkah maju menyalami majikan barunya.

"Wah masih muda." katanya.

Sinta menyahut. "Iya Bun, seumur aku. Baru 17 tahun."

"Ga sekolah?" tanya Bu bos lagi.

"Lagi cari pengalaman katanya Bun," Sinta memberi jawaban karena ia tau Kinan pasti akan diam.

Bu bos mengangguk saja. Karena sebelumnya dirinya sudah tau dari Sinta. "Ya udah sekarang kamu ajak Kinan ke kamar istirahat besok baru mulai kerja."

"Baik Bu, terimakasih."

"Panggil saya bunda, biar anak-anak ga ikut-ikutan panggil ibu." katanya.

"Baik Bunda." sahut kinan begitu kaku.

Akhirnya Kinan naik ke lantas atas bersama Sinta. Di sana ada dua mbak-mbak yang sedang istirahat. Kinan menyalami keduanya begitu kaku. Karena tidak kenal sebelumnya.

Sampai malam tiba Kinan masih betah di kamar bersama Sinta. Sedangkan kedua mbak-mbak yang lain pulang. mereka tidak menginap karena mereka sudah berkeluarga lagi pun tidak akan cukup kamar untuk mereka, ada kamar lain tapi sudah di jadikan gudang.

Kinan mengakhiri hari dengan menangis. Merindukan kedua orang tua dan kedua adiknya. Apalagi tadi sudah mendengar suara mereka. Sinta memberikan ponselnya kepada Kinan untuk mengobrol dengan keluarga memberitahu kalau dirinya sudah tiba di kota. Untuk lebih percaya mereka melakukan video call. Pak Danu dan Bu Anis lega karena memang benar sinta membawa putrinya ke tempat yang benar, pada awalnya berpikir Sinta berkerja tidak baik karena berbagi faktor. wajar orang tua selalu berhati-hati apalagi mengenai putrinya.

Setelah puas menangis. Kinan di hampiri Sinta yang baru saja turun karena di panggil Bunda si majikan. Tak lupa juga membawa mangkuk berisi bakso untuk Kinan dan dirinya.

"Bunda tadi bikin Basko." ucap Sinta sembari meletakan dua mangkok di depan Kinan.

"Baru juga kita makan." kata Kinan heran. Kok bosnya baik sekali.

"Kalau kenyang buat nanti aja." Sinta yang tidak tau apa itu rasa kenyang kembali menyantap bakso. "Enak banget nih."

Kinan tertawa melihat tingkah Sinta yang di luar nalar itu. " 30 menit yang lalu kita makan loh Sin." gelengan kepala Kinan perlihatkan tapi Sinta tidak menghiraukan.

Di tengah-tengah makan Sinta memberi tahu Kinan kalau besok ada tamu.

"Besok kita bangun pagi-pagi. Aku juga bakal bantu,"

"Banyak ga tamunya?" tanya Kinan penasaran.

"Ada lah enam orang mah, itu kakaknya bunda. Eh tau engga Bu Tari punya anak cakep deh, namanya Daniel, gila ganteng banget tuh orang."

Kinan tersenyum melihat wajah Sinta yang belepotan dan matanya yang berbinar tengah membayangkan wajah Daniel yang mana bagi Kinan tidak tau seperti apa.

"Ingat, kita siapa dia siapa."

Episodes
1 Merantau Ke Kota Jakarta
2 Bos Yang Baik
3 Terkena Cipratan Jus
4 Hujan Lebat
5 Sudah Terjadi
6 Meminta Pulang Lebih Awal
7 Setidaknya Meminta Maaf
8 Rekaman Cctv
9 Harus Bertanggung Jawab
10 Garis Dua
11 Daniel Tetaplah Daniel
12 Sah, Itu Artinya Suami Istri
13 Setelah Menikah
14 Pertengkaran Kami
15 Perkenalan Lagi.
16 Pembicaraan Di Ruang Keluarga
17 Minta Tambah.
18 Sesuai Janji
19 Aku Udah Selesai, Kamu Tenang Aja
20 Ada Yang Masih Di Pendam
21 Hati Tak Bisa Berbohong
22 Kamu Dan Dia Berharga
23 Biarkan Aku Serakah
24 Tak Bisa Memilih Takdir
25 Kabar Dari Polisi
26 Tawa Itu Menjadi Duka
27 Daniel Rapuh
28 Kami Dekat, Tapi Terasa Jauh
29 Mencintai Keduanya
30 Dia Memeluk ku, Aku Memeluk mu
31 Memastikan Hubungan
32 Memilih Artinya Menambah Beban
33 Taman Belakang
34 Demi Keselamatan
35 Tidak Ada Lagi Hambatan
36 Pergilah Baik-baik
37 Rapat Keluarga
38 Keputusan Daniel
39 Mencuri Bayangan
40 Rencana Tanpa Di Sengaja
41 Kamu Bukan Orang Lain
42 Inisial D
43 Teman Atau Musuh?
44 Rencana Daniel
45 Rencana Daren
46 Sibuk Mempersiapkan Diri
47 Mencekam
48 Keputusan Kinan
49 Seakan Berlomba Dalam Satu Waktu
50 Ini Demi Cinta
51 Sedekat Itu
52 Kinan Dan Sarah
53 Gadis Itu
54 Memuntahkan Isi Hati
55 Kejadiannya begitu Saja
56 Ini Lah Yang Di Namakan Kejutan
57 Inisial D Tantrum
58 Bersama Selamanya
59 Cerita Daren Dan Sarah
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Merantau Ke Kota Jakarta
2
Bos Yang Baik
3
Terkena Cipratan Jus
4
Hujan Lebat
5
Sudah Terjadi
6
Meminta Pulang Lebih Awal
7
Setidaknya Meminta Maaf
8
Rekaman Cctv
9
Harus Bertanggung Jawab
10
Garis Dua
11
Daniel Tetaplah Daniel
12
Sah, Itu Artinya Suami Istri
13
Setelah Menikah
14
Pertengkaran Kami
15
Perkenalan Lagi.
16
Pembicaraan Di Ruang Keluarga
17
Minta Tambah.
18
Sesuai Janji
19
Aku Udah Selesai, Kamu Tenang Aja
20
Ada Yang Masih Di Pendam
21
Hati Tak Bisa Berbohong
22
Kamu Dan Dia Berharga
23
Biarkan Aku Serakah
24
Tak Bisa Memilih Takdir
25
Kabar Dari Polisi
26
Tawa Itu Menjadi Duka
27
Daniel Rapuh
28
Kami Dekat, Tapi Terasa Jauh
29
Mencintai Keduanya
30
Dia Memeluk ku, Aku Memeluk mu
31
Memastikan Hubungan
32
Memilih Artinya Menambah Beban
33
Taman Belakang
34
Demi Keselamatan
35
Tidak Ada Lagi Hambatan
36
Pergilah Baik-baik
37
Rapat Keluarga
38
Keputusan Daniel
39
Mencuri Bayangan
40
Rencana Tanpa Di Sengaja
41
Kamu Bukan Orang Lain
42
Inisial D
43
Teman Atau Musuh?
44
Rencana Daniel
45
Rencana Daren
46
Sibuk Mempersiapkan Diri
47
Mencekam
48
Keputusan Kinan
49
Seakan Berlomba Dalam Satu Waktu
50
Ini Demi Cinta
51
Sedekat Itu
52
Kinan Dan Sarah
53
Gadis Itu
54
Memuntahkan Isi Hati
55
Kejadiannya begitu Saja
56
Ini Lah Yang Di Namakan Kejutan
57
Inisial D Tantrum
58
Bersama Selamanya
59
Cerita Daren Dan Sarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!