Godaan Suami Tetangga

Godaan Suami Tetangga

Bab 2

"Dia gak kerja. Dia cuma diem aja dirumah. Dia kayanya perempuan yang gak punya banyak keahlian, gak ada pekerjaan yang cocok sama dia. Jadi, aku biarin diem dirumah aja. Lagian dia bisanya cuma beres-beres rumah, jadi biar aku aja yang kerja." jelas Ibrahim.

Sejak dulu Arumi memang tak diijinkan berkerja oleh Ibrahim. Ibrahim mengatakan Arumi adalah perempuan yang kurang pintar, Ibrahim melakukan itu juga untuk membatasi interaksi Arumi dengan dunia luar.

Semenjak Arumi di peristri oleh Ibrahim, Arumi tak di ijinkan ke mana-mana tanpa izin dari Ibrahim.

Aku tak di ijinkan berbaur, tak di ijinkan berkumpul dengan teman-temannya, atau hanya sekedar berbelanja untuk menghilangkan rasa bosan.

Sekalinya di ijinkan keluar rumah, Arumi harus temani Ibrahim. Pria itu akan ikut kemana pun Arumi pergi.

Menurut Arumi sikap Ibrahim yang seperti tak terlalu menjadi masalah besar baginya.

Selama Ibrahim bisa membuatnya bahagia, Arumi akan menjadi istri yang penurut untuk Ibrahim.

Arumi yang sudah lama hidup sendiri tanpa merasakan kasih sayang orang tua, sudah merasa sangat bersyukur saat ada seseorang yang mau menerima dirinya.

"Kami ijin pulang, ya, Mas, Mbak. Kami gak mau ganggu aktivitas Mas Ibrahim sama Mbak Arumi. Di rumah juga masih banyak yang harus beresin. Soalnya masih berantakan banget." ucap Erlan setelah cukup lama berbincang.

"Iya silahkan, Mas. Ada yang bisa kami bantu gak?"

"Gak usah, Mas! Kita gak mau ngerepotin." ucap Erlan dan Rika bersamaan.

Rika dan Ibrahim bangkit dari sofa ruang tamu, disusul oleh Arumi. Erlan yang juga hendak bangkit, kembali duduk saat ponsel di saku celana tiba-tiba berdering.

"Ini koleksi burung, Mas Ibrahim, ya?" Pandangan Rika seketika teralihkan pada sangkar yang berisi koleksi burung milik Ibrahim.

"Iya, saya suka koleksi burung."

"Kebetulan saya juga suka, Mas."

"Oh ya?"

"Bener, Mas."

"Kamu mau lihat koleksi burung-burung aku."

"Mau kalau Mas Ibrahim mengijinkan."

Ibrahim dan Rika berjalan ke arah sangkar burung besar yang terletak di pojokan teras.

Sementara Arumi hanya bisa diam ditempat, berdiri di antara sofa yang masih diduduki oleh Erlan yang kini tengah fokus menerima panggilan yang entah dari siapa.

Arumi sempat menatap Erlan sebentar. Tapi, tiba-tiba Arumi ingat dengan adegan semalam. Ia mengingat Erlan yang sedang memadu kasih dengan seorang perempuan.

Pria itu terlihat sangat trampil dalam permainan diatas ranjang.

Arumi seketika memalingkan wajahnya saat Erlan tiba-tiba menatap ke arahnya. Arumi dengan cepat hendak menyusul Ibrahim.

Tapi sayang, lutut kaki Arumi malah menabrak gelas milik Erlan yang hanya setengahnya lagi. Membuat isi cangkir itu tumpah tepat di pangkuan Erlan.

Pranggg!!!

Gelas kaca itu terjatuh ke lantai sampai membuat suara berisik. Suara itu membuat perhatian Ibrahim dan Rika kembali ke arah ruang tamu. Lebih tepatnya ke arah Arumi dan Erlan.

"Arumi!" Teriak Ibrahim kencang.

"Kamu itu kenapa sih, hah! Ceroboh banget, kamu! Terus aja bikin masalah!" cecar Ibrahim seraya berjalan ke arah ruang tamu.

"Coba kamu lihat, celana Erlan jadi basah gitu! Cepat bersihin!"

"Iya, Mas." jawab Arumi dengan suara gemetar karena teriakan Ibrahim.

Teriakan yang selalu saja keluar dari mulutnya saat Arumi berbuat kesalahan.

Teriakan yang tak hanya membuat Arumi merasa tersakiti, tapi juga merasa sangat malu. Karena pria itu melakukan hal itu tepat di hadapan orang lain.

Apalagi orang itu masih sangat asing bagi Arumi. Rika dan Erlan bahkan sampai dibuat terkejut dengan sikap Ibrahim.

"Aku gak papa, kok, Mas. Aku bisa ganti celana nanti dirumah!" ucap Erlan berusaha mencairkan suasana.

"Biarin aja, biar istriku tau diri, Erlan. Biar dia jera. Dia terlalu sering berbuat ceroboh. Buruan bersihin, Arumi! Bersihin celananya Erlan!"

"Iya, Mas." jawab Arumi seraya menundukan pandangan.

Arumi dengan cepat meraih beberapa lembar tisu lalu ia berlutut di hadapan Erlan. Ia berlutut di lantai, sementara Erlan masih duduk di sofa seperti sebelumnya.

Arumi dengan tergesa-gesa mengusap pangkuan Erlan yang basah dengan tisue yang ia pegang. Usapan tangan Arumi tanpa sadar semakin naik keatas.

Sretttt....

Arumi merasakan sesuatu.

"Apa itu?" batin Arumi.

Sretttt....

Arumi malah mengulang gerakannya karena penasaran.

"Tegang banget!" batin Arumi lagi.

"Apa ini alat tempurnya dia? Gede banget. Lebih gede dari punya Mas Ibrahim. Pantesan Rika kemarin kaya menikmati banget."

Sretttt..

"Emhh .... Ingin sekali aku... "

Arumi menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran mesumnya itu.

"Arumi... Apa-apaan sih kamu! Bisa-bisanya kamu berpikir kotor kaya gitu. Tapi...."

Sretttt...

Arumi justru malah mengulanginya lagi.

"He.. he..." Entah kenapa Arumi malah tiba-tiba cengengesan.

Sretttt

Arumi jadi mengulangi gerakannya.

"Mbak!" panggil Erlan dengan suara pelan.

"Iya, Mas?" Arumi seketika menatap wajah Erlan.

Karena posisi mereka memang membuat wajah Arumi dan wajah Erlan saling bertatapan.

"Mbak Arumi mau bangunin Si Putin ya?"

"Si Putin siapa, ya?" Tanya Arumi bingung.

"Ini." Erlan menunjuk ke arah bawah dengan matanya.

"Coba Mbak lihat, dia jadi ngembang kan?"

Arumi seketika menganga lebar.

"Mbak Arumi mau kenalan ya sama dia?"

"Apaaa!!"

Arumi tersentak kaget. Dengan cepat Arumi melepaskan tangannya dari pangkuan Erlan dengan rasa malu yang sangat luar biasa.

"Maaf, Mas. Ss.. Saya nggak sengaja." ucap Arumi gugup.

"Sengaja juga gak paра, Mbak." jawab Erlan seraya menarik sudut bibirnya.

Arumi seketika menoleh ke arah Ibrahim dan Rika. Beruntung perhatian mereka kembali ke arah burung-burung dalam sangkar, jadi mereka sama sekali tak tahu percakapan antara Arumi dan Erlan.

Arumi tak menanggapi ucapan Erlan. Ia segera beranjak pergi untuk menghindari rasa canggung dan juga rasa malu.

"Ayo, Mas!" ajak Rika pada suaminya beberapa saat kemudian.

Erlan mengangguk, ia segera bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Arumi dan Ibrahim.

Tapi saat hendak keluar, Erlan melirik ke arah Arumi dan menunjukan senyum miringnya. Tentu saja itu tanpa di sadari oleh Ibrahim dan Rika.

***

"Haaahhhh!!" Arumi menghela nafas lelah sambil melakukan aktivitasnya di dapur.

Setiap jam lima sore, Arumi sudah mulai menyiapkan makan malam untuk Ibrahim sebelum ia pulang. Sebuah rutinitas yang terkadang membuat Arumi bosan. Jenuh dengan aktivitas yang terus terulang setiap hari.

"Hi ... Hi ... Hi....!" Samar-samar Arumi mendengar suara tawa.

Arumi sedikit melongok ke arah pintu. Rupanya suara tawa itu datang dari tetangga barunya yang nampak sedang bersenda gurau sambil menata furniture di ruangan yang berhadapan langsung dengan ruangan dapur Arumi.

Ruangan yang sepertinya akan dijadikan galeri foto milik Erlan seperti yang mereka bicarakan tadi pagi.

Mereka sangat berbeda dengan keadaan Arumi. Mereka pasangan yang terlihat bahagia.

Arumi dan Ibrahim dulu juga seperti itu. Mereka sangat bahagia menjalani pernikahan karena Ibrahim tak sekasar sekarang.

Dulu pria itu sangat menyayangi Arumi. Namun, perubahan itu terjadi seiring berjalannya waktu. Saat mereka sudah sama-sama lelah menunggu si calon buah hati yang tak kunjung datang.

"Ini disimpan di mana, Lan?" tanya Rika pada suaminya seraya membawa pot bunga berukuran sedang di tangannya.

"Di simpan di sana aja." Erlan menunjuk sisi tembok di sebelah kiri.

"Ahhhh ..." Tubuh Rika oleng kerena tersandung sesuatu di lantai, dan tiba-tiba saja ....

Pyarrrr!!

Pot yang dibawanya jatuh dan pecah begitu saja.

"Kamu gak papa?" Tanya Erlan seraya menghampiri Rika.

Ia merangkul tubuh istrinya dengan ekspresi wajah khawatir.

"Aku gak papa." jawab Rika.

"Udah, kamu duduk aja, ya. Kamu gak usah ikutan beres-beres. Biar aku aja yang ngerjain semuanya. Lagian, aku juga gak mau kalau kamu sampai kecapean." ucap Erlan setelah memapah tubuh Rika untuk berjalan mendekat ke arah kursi di ruangan itu.

Erlan sama sekali tak menunjukkan ekspresi marah di wajahnya saat istrinya menjatuhkan pot bunga, sampai membuat lantai di ruangan itu jadi sangat berantakan.

Sikap Erlan sangat berbeda dengan Ibrahim. Kalau saja yang melakukan itu Arumi, Ibrahim pasti akan sangat marah besar dan mungkin akan memaki Arumi habis-habisan.

"Hmmmm... Seandainya aku punya suami kaya dia." ucap Arumi lirih.

"Apa-apaan sih pikiranku ini. Bisa-bisanya aku punya pemikiran kaya gitu." Arumi menepuk-nepuk kepalanya yang di bilang Ibrahim sama sekali tak ada isinya.

**********

**********

Terpopuler

Comments

Vajar Tri

Vajar Tri

waduh 🫣🫣🫣🫣🤭🤭🤭

2024-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!