3 hari telah berlalu, orang pertama yang berhasil keluar dari hutan adalah Jimy.
Kepala pelayan berlari dan memapah Jimy yang terlihat begitu lemah.
"Tuan muda," ucap kepala pelayan.
"Bagaimana dengan tuan muda yang lain?" tanya Jimy.
"Tuan muda orang pertama yang keluar dari hutan. belum ada tanda-tanda dari tuan muda lainnya," jelas kepala pelayan.
"Tunggu mereka disini, saya akan bertemu tuan."
Jimy berjalan tertatih-tatih menahan rasa sakit di kakinyanya yang terkilir akibat tergelincir saat memaksakan terus berjalan di tengah kegelapan.
Jimy membersihkan diri terlebih dahulu barulah ia menuju ruang kerja Albern.
Jimy membuka pintu setelah mendapat izin dari Albern. terlihat senyum singkat dari Albern saat tau siapa yang datang menemuinya.
"Selamat siang tuan," ucap Jimy.
"Apa anda terluka?" tanya Albern.
"Sedikit tuan, saya akan menunggu tuan muda lainnya. saya datang hanya untuk menyapa," ucap Jimy.
"Hm, ambil ponsel anda dan bari kabar pada yang lain," ucap Albern.
Jimy hanya mengangguk dan berjalan mengambil ponselnya. saat akan keluar tiba-tiba saja Jimy menghentikan langkahnya setelah mendengar suara Albern.
"Apa Jeon akan baik-baik saja?" tanya Albern.
"Tentu opa, Vino dan Jeon akan keluar dalam keadaan selamat. apa opa begitu khawatir pada mereka?" tanya Jimy lagi.
Benar sekali! penguasa yang selama ini mereka maksud adalah opa mereka sendiri. Ayah dari Ayah mereka.
Jangan heran jika suasananya tiba-tiba berubah. yang mendapat keistimewaan ini hanya mereka bertujuh.
Mereka mungkin tidak begitu dekat satu sama lain, terlebih jika itu menyangkut tanggung jawab.
Mereka seperti majikan dan anak buah seolah tak ada darah yang mengikat mereka.
Namun jika diluar dari semua tanggung jawab, mereka adalah kakek dan cucu pada umumnya.
"Saya akan menunggu mereka bersama kepala pelayan," ucap Jimy yang seakan tau ke khawatiran sang opa.
"Jangan mengulangi hal yang merugikan mu sendiri," ucap Albern yang di angguki Jimy.
Di tempat lain, Vino bersandar di bawah pohon karna tak sanggup lagi untuk terus berjalan.
"Maafin gue guys, gue gak bisa nepati janji gue," ucap Vino lirih.
Lengannya terluka cukup parah akibat cakaran hewan buas yang ada di hutan. meskipun ia berhasil selamat dari hewan itu, Vino merasa ia tak sanggup lagi meneruskan perjalanan ini.
Ini kali pertama Vino di hukum dan harus ke hutan terlarang. yang terpikir oleh Vino saat ini mungkin Vino akan menjadi bagian orang hilang dan dilupakan begitu saja.
Pandangan Vino mulai menghitam. "Selamat tinggal semua." tepat saat ucapannya selesai ia pun pingsan.
...----------------...
Jauh sebelum Jimy, Jeon orang pertama yang keluar dari hutan, Jeon berhasil keluar dari hutan saat tengah malam dan kepala pelayan mulai menunggu mereka saat pagi tiba.
Lalu kemana Jeon? biasalah anaknya emang gak bisa diem jadi Jeon memutuskan masuk kehutan lagi melalui jalan yang Jimy pilih.
Tak membutuhkan waktu lama bagi Jeon untuk menyusuri hutan itu. Jeon berhasil menemukan Jimy saat pagi menyapa.
Jeon memanjat pohon untuk memastikan jalan yang Jimy ambil sudah benar. barulah Jeon beralih ke jalur Vino.
Jeon sedikit kesulitan mencari Vino, banyak pohon yang Jeon panjat untuk mencari Vino namun tak kunjung ketemu.
Jeon semakin khawatir saat siang mulai berganti sore. Vino masih belum ia temukan.
"Gue gak bisa maafin diri gue sendiri kalau bang Vino gak keluar dari hutan ini!" batin Jeon.
Tak putus asa, Jeon kembali berjalan mencari Vino, sampai suara jatuh terdengar ditelinga Jeon.
Jeon mencari sumber suara itu dan terlihat Vino yang sudah terbaring di tanah dengan luka di lengan kirinya.
Tak membuang banyak waktu Jeon menggendong tubuh Vino dan berlari keluar.
"Tahan bang, gue pasti bawa lo keluar dari sini," ucap Jeon yang mulai ngos-ngosan.
Cukup lama Jeon mencari jalan keluar, bisa dibilang Vino tersesat dan keluar dari jalan yang seharusnya ia lewati.
Hari mulai gelap, Jeon dan Vino belum juga muncul. itu membuat Jimy dan kepala pelayan panik bukan main.
"Apa saya harus mencari tuan muda sekarang?" tanya kepala pelayan.
"Tidak! saya percaya pada mereka!"
Bertepatan dengan itu Jeon dan Vino berhasil keluar dari hutan.
"Tuan muda itu mereka!" teriak kepala pelayan yang membuat Jimy melihat kearah yang dimaksud.
"VINO!!!" Jimy berlari menghampiri Jeon dan menurunkan Vino.
Jeon membaringkan badannya setelah tubuh Vino diambil alih oleh Jimy.
"SIAPKAN MOBIL SEKARANG!" teriak Jimy panik.
Kepala pelayan mengangguk dan berlari kedalam. sedangkan Jeon masih berusaha mengatur napasnya.
Tiba-tiba Jeon tersenyum. "Langit malamnya indah," ucap Jeon.
"Lo aman?" tanya Jimy.
"Aman, gue udah tamat soal hutan ini bang," ucap Jeon.
"Maksud lo?"
"Bukan apa-apa. pastiin rawat luka bang Vino dan juga luka lo bang. gue mau ketemu opa dulu," ucap Jeon bangkit.
Jimy hanya menatap kepergian Jeon, sejak kecil Jeon sudah sangat dekat dengan Albern. itu membuat yang lain iri pada Jeon yang bisa melakukan apapun tanpa terikat aturan.
Berbeda dengan mereka yang harus selalu mematuhi aturan Albern. meskipun Jimy jarang sekali terkena hukuman, namun itu belum cukup membuat Jimy menjadi cucu kesayangan Albern.
Di sisi lain, Jeon mengetuk pintu kamar Albern dan masuk tanpa menunggu persetujuan Albern.
Albern tau siapa yang datang, langsung memutar kursinya dan tersenyum.
"Welcome tuan muda Jeon," ucap Albern.
Jeon menghempaskan tubuhnya disofa. "Gak usah sok asik deh!" sinis Jeon.
Albern berjalan mendekat dan duduk di samping Jeon. "Apa tamparan opa terlalu keras untukmu?" tanya Albern melihat bibir Jeon.
"Gak usah sok perhatian! opa lupa? opa nampar Jeon paling keras sampai bibir Jeon berdarah!" kesal Jeon.
"Itu karna kesalahan mu sendiri Jeon! saya hanya menghukum yang bersalah!"
"Ya ya ya terserah, kalau gitu Jeon balik sekarang, kangen ps nya bang Yogi," ucap Jeon keluar dari kamar Albern.
Melihat itu Albern hanya menggelengkan kepalanya.
Diluar ruangan kepala pelayan sudah berdiri didepan pintu kamar Albern.
"Bagaimana dengan tuan muda?" tanya Jeon.
"Tuan muda baru saja berangkat ke rs terdekat, bagaimana dengan tuan muda Jeon apa ada yang terluka?" tanya kepala pelayan.
"Anda masih saja cerewet, apa anda lupa siapa saya?" tanya Jeon.
Kepala pelayan terdiam sejenak. "Maafkan saya tuan muda," ucap kepala pelayan.
"Saya akan pergi sekarang."
Jeon melangkah keluar dan semua yang berbaris kembali membungkuk sampai Jeon benar-benar hilang dari pandangan mereka.
Selama perjalanan Jeon tak bisa berhenti tersenyum saat membaca semua pesan Fala yang kesal pada mereka bertiga karna tak bisa dihubungi.
Fala meminta foto sunrise dan sunset saat mereka camp, nyatanya mereka tak bisa di hubungi, itu membuat Fala mengirim banyak pesan pada mereka bertiga.
Bahkan Fala mengancam jika mereka tak mengirimkan Fala foto yang diminta mereka harus angkat kaki dari rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Hai kk....
udh mmpir nih...slm knl....
jd sbnrnya,fala tu spa y???🤔🤔🤔
2024-10-08
1