Episode 04

 Pagi yang cerah suara burung peliharaan supir keluarga Darmawan sudah terdengar berkicau, alarm yang ada di meja sebelah tempat tidur Gea pun sudah berbunyi.

"Ihhh masih pagi udah berisik aja nih alarm." Gea mematikan alarm nya dan kembali tidur, namun tidak berapa lama Gea kembali bangun dan turun dari tempat tidur nya.

"Oh iya gue kan nggak mau telat hari ini, gue nggak mau buat masalah di kampus lagi dan tidak ada alasan para senior senior itu menghukum gue."

Dia segera mengambil handuk dan masuk kamu mandi tidak berapa lama kemudian dia keluar mengenakan baju dan menuju ruang makan seperti biasa di meja makan tidak ada siapa-siapa hanya ada sepiring roti dan segelas susu untuk dirinya.

"Bik papa mana?"

"Sudah berangkat pagi pagi sekali tadi non." Jawab sang asisten rumah tangga.

"Kebiasaan deh nggak mau nungguin anaknya bangun dulu."

"Sepertinya bapak tadi buru-buru non!"

Gea mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya dan segera mencari nomor bapaknya telah tersambung dengan wajah cemberut Gea berbicara kepada papanya.

"Papa pergi ke kantor kok gak pamit dulu sama Gea?"

"Maaf sayang papa buru-buru papa juga mau bilang kalau hari ini papa akan terbang ke Belanda."

"Apa papa mau ke Belanda tapi tidak bilang dulu ke Gea."

"Maaf sayang papa bener-bener lupa papa nggak lama kok cuman seminggu, ya sudah kamu baik-baik di sana papa sudah transfer uang jajan kamu Dan kalau memakai mobil harus hati-hati jangan ngebut-ngebut, oke sayang papa sayang kamu i love you." handphone pun terputus dia meletakkan hp-nya di atas meja dengan rasa kecewa, dan segera mengambil tasnya untuk pergi.

"Non gak sarapan dulu."

Gea gak menjawab, Gea langsung pergi menuju mobil nya dan berlalu.

"Kasihan yah non Gea, pasti non Gea kesepian." Asisten rumah tangga Gea merasa iba.

"Rin, seperti nya ada teman kamu tuh yang datang." Ibu Rini melihat ada sebuah mobil mewah singgah di depan rumah nya. dan Rini pun keluar rumah untuk menemui siapa yang datang.

"Eh Gea, kamu ngapain pagi pagi sudah ada sini?"

"Mau jemput lu lah, mau ngapain lagi."

"Gak usah repot-repot tau Ge."

"Sudah ayok masuk kalau lu sudah siap."

"Bentar yah aku pamit dulu sama ibu aku."

Tidak berapa lama Rini keluar dari dalam rumah nya dan langsung masuk ke dalam mobil Gea.

"Gue gak mau kita telat lagi, jadi gak ada alasan buat senior senior resek itu buat menghukum kita."

"Wah kamu niat banget yah."

"Ya jelas dong."

Tidak berapa lama akhirnya mereka sampai ke kampus juga, hari ini adalah hari terakhir mereka ospek, ospek pun berjalan lancar tanpa ada kendala apa pun termasuk hukuman.

"Akhirnya selesai juga masa ospek kita yah, besok kita sudah mulai belajar." Jawab Rini sembari meminum minuman yang ada di tangan nya.

"Iyah, gue juga lega, btw kok dari tadi gue gak nampak bara yah, apa Lo liat bara?"

"Kok kamu tumben nanya bara."

"Gak papa heran aja gitu."

"Tuh baru juga kamu omongin, orang nya udah nongol."

Rini menunjukkan bara yang baru masuk ke dalam kantin.

"Lu sudah siap makan kan?" Tanya bara ke Gea dan Rini.

"Menurut Lo, Lo apa gak lihat gue masih nguyah makanan ini."

"Asal lu tau aja, ini itu kursi gue, gak ada yang berani duduk di sini."

"Emang di sini ini ada tulisan nya nama lu, jangan ngada ngada deh lu, mending ku pergi cari tempat duduk lain."

"Kok lo ngatur gue."

"Trus kenapa lu ngatur gue."

"Susah yah ngomong sama cewek astral kayak lu."

"Lu cowok saiko." Jawab Gea tampa melihat bara yang kesel dengan Gea, Sindi dan teman-temannya pun terlihat datang menghampiri mereka.

"Ada apa sih bara, kok gue lihat muka Lo bete amat."

"Wah gue tau Sindi, ini kan kursi bara, eh malah di duduki sama anak baru." Jawab Siska teman Sindi.

"Eh lu berdua bisa pergi gak dari sini, kan masih banyak kursi yang lain,kenapa mesti di sini?" Sindi membentak mereka sembari menepuk meja.

"Tuh tadi kan lu bilang masih banyak kursi yang lain, trus kenapa lu pada harus mau di duduk di sini." Jawab Gea tidak lupa dengan cara ngomong nya yang santai.

"Lu berdua itu anak baru jadi lu gak tau, kalau ini itu tempat duduk nya bara."

"Ya sudah ayo Gea kita pindah, jangan cari ribut." Rini berusaha mengalah.

"Ok ok kita pindah yah Rin." Gea berdiri dan dengan sengaja menumpahkan minuman ke kursi yang ada disitu. sontak saja membuat Sindi dan yang lain nya kesel.

"Upsss sorry sengaja." Jawab Gea dengan santai nya.

"Kurang ajar loh yah." Sindi mau menampar Gea untung dengan cepat Gea menangkap tangan Sindi.

"Gak ada yang bisa menampar gue, apa lagi orang macam lo, tangan Lo terlalu kotor buat menyentuh pipi gue, bisa bisa pipi gue jerawatan." Sindi semakin kesal, akhirnya bara pergi meninggalkan mereka yang masih ribut, di susul dengan Sindi dan teman-temannya.

"Wah Gea aku salut sama kamu, kamu berani banget." Rini bertepuk tangan.

"Gue kan sudah bilang, gue gak suka ada buli buliyan."

"Trus gimana ini, kursi nya sudah kotor."

"Pindah ke sana aja yok."

Sementara di koditor kampus Sindi masih terlihat sebal sama Gea,

"Kurang ajar tu anak baru yah, bisa bisa nya dia buat gue malu tadi di kantin."

"Yang sabar Sin, tenang aja nanti kita kerjain dia."

"Iyah Sin, menghadapi orang kayak gitu, kita harus bermain cantik." Ujar Siska menenangkan Sindi yang masih terlihat betek.

"Lu berdua harus bantu gue untuk ngerjain tu anak, belum ada Lo yang berani sama gue."

"Iyah lu tenang aja, nanti kita akan pikirkan gimana cara mengerjai dia."

Tiba tiba bara lewat dengan anton menuju kelas.

"Bara bara, sorry yah tadi gue gak bisa bela in Lo."

"Hmmmm lagian siapa yang mau lu belain sih, gue tadi jadi malu gara gara lu." Bara pergi meninggalkan Sindi dan teman-temannya.

"Ihhh gak bara gak tu anak baru bikin gue kesel aja."

"Cup cup cup udah yah Sin, yang sabar." Siska mengusap bahu Sindi.

"Eh bar, kelihatan nya Sindi suka deh sama lu." Ucap Anton yang memperhatikan sikap Sindi ke Bara.

"Biar saja lah, yang penting kan gue gak suka sama dia." Jawab bara singkat.

"Lagian gue heran sama lu, lu nyari pacar yang modelan bagaimana lagi sih, lu itu mahasiswa terganteng di kampus ini, cewek cewek di kampus ini semua pada tergila gila sama lu."

"Gue mau nyari cewek gila, puas lu."

"Gue Aminin baru tau rasa lu yah." Jawab Anton sambil nyengir nyengir.

"Eh btw nanti malam anak kampus budiono ngajak balapan di tempat biasa, lu bisa ikut?"

"Ya bisa dong, sejak kapan gue menolak tantangan mereka, bilang ke mereka taruhan nya harus gedek."

"Yang gue dengar sih, 20 juta taruhan nya."

"Gas ntar malam kita eksekusi."

"Ok aman itu."

Bara dan teman temannya yang lain memang hobi balap liar, bahkan mereka juga pernah masuk penjara karena ketahuan balap liar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!