"Wanita yang anda cari baru saja di bawa ke rumah sakit tuan" kata resepsionis hotel.
"Rumah sakit?" wajah tampan Renei terlihat semakin cemas. begitu juga dengan Clea yang berdiri tidak jauh dari suaminya itu.
"Benar tuan, nyonya Margaret pingsan saat makan malam di restoran hotel karena itu kami segera melarikannya ke rumah sakit dekat hotel ini"
Tanpa buang waktu lagi, Renei bergegas kembali ke mobilnya untuk menyusul Margareth di rumah sakit. Clea sampai ter terengah-engah mengejar langkah Renei.
"Margareth sayang, apa kau baik-baik saja?" gumam Renei sepanjang perjalanan ke rumah sakit.
"Semoga nyonya Margareth tidak apa-apa" kata Clea menenangkan Renei. pria itu menoleh sesat ke arah Clea.
"Ini semu karenamu! kalau kau tidak menerima pinangan Margareth ini tidak akan terjadi!!" kata Renei tajam.
Clea terkejut dengaan perkataan yang menghunus hatinya itu. sungguh tega Renei membebankan kesalahan itu di benak Clea. padahal Clea hanya bersimpati dan ingin membalas Budi baik Margareth. mata Clea berkaca-kaca ia memalingkan wajahnya menatap jalanan yang mulai sepi karena sudah larut malam.
Tidak berapa lama mobil Renei tiba di depan gedung rumah sakit. pria itu segera berlari menuju meja resepsionis menanyakan pasien bernama Margareth.
"Dimana pasien bernama Margareth yang baru saja di bawa kemari?!" tanya Renei panik.
"Di ruang ICU tuan"
Renei dan Clea bergegas berlari ke ruang ICU. dokter baru saja keluar dari ruangan itu.
"Dokter aku suami pasien!" kata Renei.
"Baiklah, masuklah setelah ini pasien akan di pindahkan ke rumah sakit lain yang lebih memadai" kata dokter.
Renei mengangguk ia bergegas memasuki ruangan dimana Margareth di rawat. selang oksigen terlihat terpasang di hidung Margaret dan napasnya sedikit tersengal.
"Sayang ini aku, kau tidak apa? kau akan selamat tenanglah" kata Renei sembari mengecup kening Margareth.
"Kenapa kalian kemari?" tanya Margareth dengan suara terbata.
Clea berdiri di samping ranjang Margareth ia menggenggam sebelah tangan Margaret dengan wajah cemas.
"Clea, aku titip Renei padamu bahagiakan dia dan jangan pernah tinggalkan dia....."
"Tidak Margareth jangan bicara begitu" air mata terlihat menggenang di pelupuk mata Clea. sebagai tenaga medis ia tahu seberapa parah kondisi Margareth sekarang.
"Renei jaga Clea baik-baik, hiduplah berbahagia dengannya . milikilah banyak anak hmmm..jangan lupa mengunjungi ku ..." Margareth tersenyum memandang Renei dan Clea.
"Margareth dokter akan memindahkan mu ke rumah sakit yang lebih baik, bersabarlah" kata Renei sembari menggenggam tangan Margareth.
Tiba-tiba hening.....
Kondisi Margareth memburuk, pihak rumah sakit bergegas memindahkannya ke rumah sakit lain yang lebih memadai. Renei dan Clea ikut mengawal kepindahan itu. di dalam ambulance Renei tidak melepas genggaman tangannya pada tangan Margareth.
"Sayang bertahanlah" gumam Renei sembari mengusap kening istrinya.
Clea memandang Renei dan Margaret. ia merasa berada di situasi yang salah. memang tidak seharusnya ia menikah dengan Renei yang begitu mencintai istrinya.
Kenapa aku jadi perusak rumah tangga orang? bahkan kehadiranku tidak di anggap oleh pria itu....sakit sekali rasanya....
Setibanya di rumah sakit Margaret segera masuk ruang perawatan khusus. dokter melarang siapapun untuk menjenguknya termasuk Renei dan Clea.
Renei nampak frustasi dengan kondisi istri pertamanya. ia membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada Margaret dan ia tidak sanggup jika itu terjadi. Renei menyandarkan tubuhnya di dinding depan kamar perawatan Margaret. tatapan matanya kosong dan wajahnya nampak lelah. Clea terus menemani Renei meski keberadaannya disana seperti tak terlihat oleh pria itu.
Karena lelah Renei tertidur di kursi tunggu sampai seorang perawat membangunkan dirinya.
"Anda keluarga pasien nyonya Margareth?"
"Benar saya suaminya, bagaimana keadaannya?"
"Dokter ingin bicara tuan, silahkan ikut saya" kata perawat itu. Renei mengikuti langkah perawat menuju ruang kerja dokter Yaang menangani istrinya. dokter menjelaskan jika kondisi Margareth memburuk dan kemungkinan untuk sadar sangat kecil. dokter meminta Renei untuk bersiap dan ikhlas.
Tangis Renei pecah seketika, wajah Margareth terbayang di benaknya. Clea yang menunggu di luar ruangan langsung cemas mendengar suara Renei. ia menerobos masuk ke ruangan dokter dan melihat suaminya duduk di lantai tak berdaya.
"Mas..." Clea memberanikan diri memegang bahu Renei memberi sedikit kekuatan. pria itu hanya terdiam entah ia menyadari keberadaan Clea atau tidak. yang jelas Renei bahkan tidak menatap wajah Clea.
Renei pergi ke ruangan tempat Margareth di rawat. dokter telah melepas beberapa alat bantu yang ada di tubuh Margareth. dengan terisak Renei memeluk tubuh istrinya yang sudah kaku dan terasa dingin. Clea yang melihat semua itu tak kuasa membendung air matanya.
****
Pagi itu suasana di kediaman keluarga Suprapto terlihat ramai orang berkumpul untuk melayat Margaret.
Renei terlihat seperti patung hidup. ia hanya diam mengenakan pakaian serba hitam. meski penampilannya terlihat rapi seperti bias tapi tatapan matanya tidak memancarkan gairah hidup sama sekali. ia bahkan tidak peduli dengan para pelayat yang datang ke rumahnya. Clea dan Yudi asisten Renei yang mengurus semuanya.
Margareth istri pertama Renei telah pergi selamanya. ia di kebumikan di makam keluarga. sejak hari itu kehidupan Renei tak lagi sama. ia terlihat semakin pendiam dan tak pernah datang ke perusahaan. ia mengabaikan semuanya termasuk urusan pekerjaan.
Satu Minggu selepas kepergian Margaret perubahan mencolok terlihat di diri Renei. ia sering datang ke bar untuk minum dan membuat onar. Yudi sampai kewalahan mengurus kasus Renei yang sering membuat kerusuhan di bar.
Sedangkan Clea dengan sabar menemani Renei meski pria itu kasar dan tidak suka padanya.
Seperti malam ini Clea memapah Renei yang pulang menjelang pagi dalam kondisi mabuk. Renei terus meracau menyebut nama Margareth. ia tidak menggubris keberadaan Clea disisinya.
Renei terbaring di ranjang kamarnya. Kela membatu melepas dasi dan juga sepatu yang masih menempel di kaki Renei.
"Pergi! aku benci padamu! Karen mu Margaretha pergi !" maki Renei nyaris menendang Clea yang sedang melepas sepatunya.
Clea tersentak, ia memundurkan langkahnya. jika tidak mengingat janjinya pada Margareth ia sudah pergi meninggalkan Renei dan juga rumah itu. Clea juga manusia yang memiliki hati nurani. ia juga bisa merasa sedih dan sakit ketika Renei kasar padanya.
"Pergi!" Renei mendorong tubuh Clea dengan kuat hingga gadis itu terjatuh hingga keningnya membentur meja di samping ranjang Renei.
Bugh!
Masih belum puas Renei melempar Clea dengan bantal tepat mengenai wajah Clea.
Sembari menahan tangisnya Clea berjalan pergi meninggalkan kamar Renei, ia memegangi keningnya yang berdarah karena terbentur meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments