Dan sekarang Arkan memikirkan dengan apa yang akan terjadi di masa depan nanti. Ia bahkan mengakui jika bahwasannya, dirinya menyukai sepupu dari teman dekatnya itu. Ia sudah cukup mengubah segalanya walaupun hanya dengan tindakan gegabah nya itu. Apa lagi, Layla yang ia temui di masa ini ternyata terlalu sulit untuk di dekati ketimbang di masa depan.
Apakah pada awalnya Layla bersikap acuh dengan semua orang? Seharusnya Arkan bersyukur karena di berikan kesempatan untuk memperbaiki dirinya di depan seorang gadis yang trauma dengan pria. Harusnya, Arkan merasa dirinya di cintai dengan sangat penuh.
"Gw emang segoblok itu, kenapa gw ngelakuin itu?" Arkan bahkan tidak sadar dengan kebodohannya sendiri yang terlalu berharap kepada mantan pacarnya itu.
Walaupun pada awalnya gadis itu menyukainya terlebih dahulu tanpa ada apa-apa, dan dengan polosnya Arkan mengikuti alur itu? Itu kebodohan yang sangat bodoh, Arkan mengakui akan itu. Ia bahkan pernah membuka suara tentang, di mana ia tidak akan membuka hatinya kepada siapa pun atau bahkan kepada seseorang yang menyukai dirinya terlebih dahulu.
Trauma? Tentu saja, tapi siapa sangka jika traumanya itu menutup matanya terlalu rapat sampai tidak tahu jika ada seseorang yang tulus dengannya, menunggu dengan cukup lama, dan bahkan menyaksikan kebersamaannya bersama perempuan lain. Arkan tidak berpikir sampai ke sana.
...◇◇◇...
Gadis itu terlalu sibuk dengan acara menggambarnya itu, ia berniat akan menjual sebagian hasil karyanya di sekolah. Berharap akan ada jalan untuk menghasilkan uang untuk kebutuhannya sementara.
Ia menoleh ke salah satu tulisan, di mana ia melihat sketsa belum jadi di sana, tapi siapa saja akan bisa menebak siapa pemuda itu. Layla pernah menyukainya, selama hampir 7 tahun lamanya. Tetapi, ada sebuah moment yang membuatnya langsung memberikan opini, jika semua laki-laki sama saja.
Bahkan diary yang selalu menceritakan tentang dia, dan begitu banyak hal tentang dirinya. Apakah itu sebuah lelucon? Tentu saja tidak, Layla terlalu menyukainya sampai ia bahkan tidak melihat keburukannya.
Gadis itu pernah terpojok di situasi di mana, ia di tuduh sebagai selingkuhan. Padahal Layla tidak pernah berhubungan dengan pemuda mana pun sepanjang hidupnya, Layla bahkan tidak memiliki pacar di tengah anak-anak seusianya memiliki kekasih.
Tapi beruntungnya, sahabat kecilnya. Fatma, membantu dirinya di situasi itu. Layla tidak bisa berbuat apa-apa, karena posisi ia tidak tahu akan apa pun. Ia semakin yakin, jika semua orang akan berbuat jahat ketika seseorang diberikan kebaikan.
Layla beranjak dari tempat duduknya, 2 tahun berjalan ia berusaha melupakan pemuda itu dengan cara tidak pernah melihat wajahnya sama sekali. Itu akan membuatnya teringat akan semuanya, terutama tentang perasaannya.
Gadis itu mengambil kanvas itu yang masih tercoret pensil dengan sketsa belum sepenuhnya jadi, bersama dua buku diary yang ia simpan selama bertahun-tahun. Itu sulit baginya, tapi ia harus melakukannya bukan? Layla mengambil korek api, membakar semua benda yang bersangkutan dengan pemuda itu di halaman belakang rumah.
Seolah ketika ia membakar semua barang itu, perasaanya akan ikut menghilang bersama abu yang tertiup oleh angin. Bersamaan dengan air mata sakit hatinya, ia berharap semuanya akan segera selesai.
...◇◇◇...
"Lo yang mukul gw waktu itukan? Lo masih ngelak?"
"Bukannya gw udah minta maaf, Nan? Itu juga kejadian 8 tahun lalu loh, kita waktu itu masih sama-sama bocah. Lo kenapa?"
Ia bertanya-tanya, mengapa Nanda membahas kejadian masa lalu? Jika saja itu kejadian 1 tahun yang lalu mungkin ia akan memaklumi itu, tapi itu kejadian sangat lama. Bahkan saat itu ia tidak tahu mana yang salah dan benar, Nanda sebenarnya kenapa? Dia tiba-tiba saja bersikap aneh.
"Gw? Gw kenapa? Lo yang kenapa?!" Nanda mendorong bahu Layla dengan sangat kasar, padahal posisinya adalah Layla lebih tua darinya 2 tahun. Apakah sopan?
"Gw kenapa? Maksud lo apa? Kayaknya kemarin kita gak kayak gini, lo tiba-tiba aja kasar-"
"Lo tuh! Lo tuh cuma bocah kurang kasih sayang tau gak? Semua orang juga tau kalau bapak lo itu selingkuh beberapa kali, dan lo itu juga anak haram kan?"
"Lo bilang apa?" Bahkan ia tidak percaya dengan apa yang telinganya dengar sekarang, sahabatnya mengatainya anak haram? Kurang kasih sayang?
Layla terdiam di sana, menerima segala ucapan kasar dari Nanda yang penuh dengan emosi di depannya. Layla bahkan diam saja saat ia terus saja di dorong, tidak melawan sama sekali. Gadis itu sibuk melamun setelah apa yang ia dengar, sampai di mana Fatma datang.
Gadis itu mendengar semuanya yang di ucapkan oleh Nanda, dan Nanda juga sahabat dari Fatma. Ia bahkan terkejut dengan apa yang Nanda katakan itu. Pada awalnya ia tidak begitu perduli, tapi semakin lama ucapan Nanda seperti di luar kendali. Fatma pun menghampiri dan berdiri di depan Layla yang hanya diam saja.
"Coba lo ngomong kalimat tadi di depan muka gw." Dengan raut wajah datar Fatma berdiri di depan Nanda. Seketika raut wajah Nanda berubah menjadi sedikit gelisah, sedangkan Layla yang hanya diam saja berdiri di belakang sahabatnya itu.
"Gw... Gw gak salahkan? Dia emang anak haram-" Fatma langsung menampar pipi Nanda dengan keras, ia tidak tahu bagaimana bisa ia melakukan itu. Hanya saja, ia merasa ikut sakit hati dengan kata-kata yang Nanda ucapkan itu.
"Lo itu lebih muda, sopan sama yang lebih tua. Apa karena ayah lo punya kuasa di sini jadi lo bisa sesuka hati? Gak bisa, Layla bahkan punya kuasa lebih tinggi tapi dia gak lakuin ke lakuin goblok kayak lo. Harusnya lo sadar aja deh, lo kenapa jadi sekonyol ini hah?" Nanda menatap Fatma dengan tatapan terkejut, seraya memegangi pipinya yang baru saja terkena tamparan.
"Lo-"
"Terserah lo mau laporin gw ke ayah lo, atau ke kakak lo. Gw gak takut, tapi sampek lo nyentuh Layla lagi. Gw gak akan diem aja, dia sahabat gw dan gw gak akan biarin dia di hancurin orang gak tau diri kayak lo, Rachel! Bawa Layla pergi, gw mau ngomong sama dia empat mata, sekarang."
Rachel, dia seumuran dengan Nanda. Dia adalah salah satu dari 5 orang yang lain, dia membawa Layla pergi dengan prihatin di sana. Karena ia tahu jika Fatma tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh Layla, ia bahkan menganggap gadis itu seperti saudaranya sendiri.
Dan sekarang, tersisa Fatma dan Nanda saja di sana. Membuat suasana menjadi sedikit berbeda di sana, udara seperti berat di hirup. Nanda hanya diam, dan ia masih di kuasai oleh amarahnya sendiri.
"Gw tebak, alesan lo lakuin ini karena Haekal penasaran sama Layla, dan lo cemburu. Lo suka sama Haekal?"
"Enggak! Jangan ngarang deh mbak, gw gak suka sama cowok itu-"
"Gak masuk akal lo lakuin ini karena tanpa alasan yang jelas, lo ungkit masalah waktu kita aja masih umur 8 tahun. Lo yang bener aja? Itu udah lama, dan lo ungkit lagi itu konyol. Gw tau lo suka sama Haekal, tapi gw gak ngomong ke siapa pun karena gw gak mau nyakitin siapa pun."
Fatma berdiri tegak di depan sana, memasang raut wajah tegas dan seolah tidak ingin di bantah sama sekali. Ia tidak suka jika orang-orang saling menjatuhkan satu sama lain, sedangkan lawannya sendiri tidak tahu apa pun.
"Gw cuma mau peringatan lo, kalau lo bisa minta maaf di depan Layla. Gw bakal maafin lo, nerima lo lagi. Tapi kalau lo enggan, jangan berharap kita kayak dulu lagi. Ini kesalahan lo, jangan salahin orang lain atas kesalahan lo sendiri, ngerti? Ngaca yang lama setelah ini."
Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan Nanda yang terdiam di sana. Ia tidak menanggapi apa yang Fatma katakan, baginya semua itu tidak mengenai hatinya. Ia justru semakin menyalahkan sosok Layla di dalam kehidupannya, sosok yang dulu sangat dekat dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments