.・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.

Arkan di rawat di ruang inap selama dua hari, itu yang seharusnya dia rasakan sekarang. Namun, pria itu memaksakan diri untuk bangun dari bangsalnya. Ia menoleh ke segala tempat, melihat suasana rumah sakit sekarang sudah sepi sekali. Jam yang menunjukkan pukul 01:53 WIB.

Arkan tidak memperdulikan apa pun kecuali akan satu hal yang ia pikirkan selama ini. Pria itu berjalan ke satu arah tanpa memperdulikan apa pun, petunjuk arah yang tertulis kan kamar mayat itu ia ikuti. Sampai di mana kedua kakinya berdiri di depan ruangan yang banyak orang takutkan. Tapi tidak baginya, karena di ruangan itu ada seseorang yang sangat ingin ia lihat. Apakah sekarang ia terlambat?

Tangannya meraih gagang pintu itu dan membukanya selebar mungkin, membuatnya melihat isi ruangan yang luas itu hanya di isi oleh satu mayat di sana. Tanpa rasa takut dia masuk ke dalam sana, berjalan ke arah mayat yang sejak beberapa jam lalu itu tiba. Arkan berdiri tepat di sisi mayat itu, dan dengan tangan gemetaran ia membuka selimut putih itu.

Sampai di mana bendung air matanya tidak dapat ia tahan, melihat wajahnya yang dahulu memandanginya dengan antusias, kedua mata bulat yang menatapnya dengan sangat berbinar, suara tawa yang membuat candu untuk mendengar, senyuman yang manis walaupun terkesan sangat seperti di buat-buat.

Sepertinya sekarang tidak ada apa-apanya lagi, wajah yang orang-orang sebut menggemaskan sekarang mengenaskan. Separuh wajahnya yang hancur karena gesekan antara kulit wajahnya dengan aspal dengan sangat cepat, mengoyak daging pipi yang sebelumnya berisi itu, separuh bibirnya yang rusak total, bahkan giginya saja terkikis.

"Lo kesakitan ya? Kenapa lo harus nolongin gw? Kenapa harus lo?"

Keadaan yang Arkan alami juga lumayan parah, kaki sebelah kirinya juga terluka karena menghantam aspal dan tertindih motornya, apa lagi terkena knalpot yang panas itu membuat kulitnya melepuh.

Ia meraih tangan yang kaku itu, seolah tengah menggenggam erat dan enggan melepaskan genggaman itu secara singkat. Arkan berdiri di sana tanpa merasakan apa pun, ia terus memandangi wajah itu entah mau sampai kapan.

"Gw tau, gw tau semuanya. Tapi gw kayaknya goblok banget menyia-nyiakan seseorang yang jelas tulus sama gw, hahaha... " Arkan tertawa kecil, air matanya tidak bisa membohongi keadaannya sekarang, hatinya hancur, bahkan lebih hancur dari yang sebelumnya ia rasakan.

"Apa gw masih ada kesempatan? Kasih gw kesempatan lagi, La... Gw bakal perjuangin lo semampu gw, gw mohon buka mata lo. Kasih gw kesempatan lagi, kali ini aja kasih gw kesempatan buat balas apa yang lo lakuin ke gw. Kasih gw kesempatan, La... Gw mohon... "

Arkan menangis di sana, menggenggam tangan dingin itu susah tidak ada lagi nyawa yang mengisi raga rapuh itu. Arkan menangis sejadi-jadinya di sana, bahkan ia sendiri mengakui jika seumur hidup ia tidak pernah sehancur ini.

Sampai ketika ia menggenggam erat tangan itu, badannya yang seketika ambruk di atas lantai dengan posisi bagian bahu yang bersanggah di bangsal mayat itu, tangannya masih menggenggam erat tangan yang jauh lebih kecil darinya. Dan jarum jamnya yang berjalan, tiba-tiba berjalan mundur.

...◇◇◇...

19 Februari 2019

Tiba-tiba saja matanya terbuka, dan mendengar suasana yang sangat ramai. Dia terbangun dari acara tidurnya itu yang ternyata dia tidur di atas kursi panjang tepat di sisi lapangan olahraga di sana. Pemuda itu mengusap matanya, dan melihat sekitarnya.

"Arkan? Lo kenapa tidur mulu sih? Kita lagi latihan loh,"

"Hah?" Arkan beranjak dari tempat tidurnya dan melihat ke segala arah, ia melihat orang-orang yang sangat familiar di dalam ingatannya.

Benar, itu adalah sekolahnya beberapa tahun yang lalu. Sekolah menengah pertama, atau sebut saja SMP. Ia tidak tahu bagaimana bisa dirinya sampai di sana? Padahal jelas-jelas yang Arkan ingat ia sudah lulus sekolah tertinggi.

Melihat teman-temannya yang lain, ia tidak tahu apa pun dan sikapnya seperti orang kebingungan. Membuat teman-temannya kebingungan juga karena sikap Arkan yang mendadak aneh seperti ini.

"Lo gak apa-apa? Mimpi apa lo sampek kayak orang linglung gini?"

"Layla... "

"Hah? Layla? Lo tau murid sekolah sebelah itu? Lo kenal dari mana coba?" Arkan melihat wajah kebingungan temannya itu, dan ia berdiri tegak di depan pemuda itu.

"Lo kenal? Lo tau siapa yang gw maksudkan?"

"Iya, Layla Angelin Maurizka kan?"

"Lo tau dia di mana? Kasih tau gw sekarang, lo tau dia dimanakan?!" Arkan dengan keras mengguncangkan badan Cakra seolah ia ingin bertemu dengan gadis yang ia sebutkan tadi.

Cakra justru yang bingung, karena sebelumnya Arkan tidak pernah bersikap seperti ini, apa lagi mengenai seorang perempuan. Arkan tidak pernah terlihat dengan perempuan mana pun, ini sangat tiba-tiba saja terjadi.

"Lo kenapa sih-"

"Kasih tau gw sekarang, di mana Layla?" Cakra membuang nafas panjang, ia melemparkan bola basketnya itu ke temannya yang lain dan menatap Arkan dengan tatapan aneh.

"Cewek yang lo maksud itu ikut lomba lari, dia lagi pertandingan di stadion Merdeka deket alun-alun. Bukannya lo gak perduli? Kenapa lo tiba-tiba tanya?" Arkan nampak mengingat apa yang Yogi katakan, dan langsung berlari ke arah gerbang sekolah.

Mengabaikan panggilan teman-temannya yang histeris di belakang sana, ada juga yang ikut berlari mengikuti ke mana Arkan pergi. Merasa memang ada yang tidak beres dengan teman mereka itu. Arkan berlari kencang keluar dari sekolahnya, dan pergi ke stadion yang di maksud kan. Padahal perjalanan dari sekolahnya ke stadion itu lumayan jauh, sekitar 10 menit dengan sepeda motor dan mungkin dua kali lipat akan jauh lebih lama jika berlari seperti Arkan sekarang.

Pemuda itu tidak memperdulikan apa pun, kecuali ingin melihat sosok gadis yang sudah lama ia incar. Sampai di depan stadion berselang hampir 36 menit lamanya ia berlari, masuk ke dalam stadion yang tentu saja sangat ramai di sana.

Arkan sudah sangat kacau, dengan keadaannya yang masih menggunakan seragam yang penuh dengan keringat ia terus melangkah. Tepatnya ia berada di tempat duduk penonton, melihat acara berlangsung di sana.

Kedua mata tajamnya mencari sosok yang ia cari, sampai di mana pandangannya berhenti di satu sosok di sana. Yang tengah berlari kencang di tengah lapangan sana, keringatnya yang bercucuran tidak bisa membohongi keadaan panas di lapangan itu. Dia berlari dengan sekuat tenaga sampai dia berhenti berlari di sana, permainan estafet.

"Layla?"

Senyumannya terbit saat melihat gadis itu tersenyum bangga kepada semua orang jika timnya berhasil mengalahkan tim lawan. Gadis itu berlari ke arah teman-temannya dan tertawa bahagia ketika berhasil menyelesaikan perlombaan itu.

"Lo luar biasa sih asli, gw suka satu tim sama lo sih La, beneran!"

"Kita bekerja sama, jangan puji gw karena kita menang karena kerja sama kita. Ayo pelukan!"

"Ayo!!!"

Arkan tersenyum lega, dengan air mata yang secara tiba-tiba menetes. Itu membuatnya teringat akan kejadian lalu, tepat di mana ia mengingat bagaimana kondisi gadis itu saat dia sudah terbujur kaku.

"Kita mau kemana nih pak?! Kasih hadiah lah, masa gini aja sih,"

"Bakso pak! Bakso!"

"Sabar dulu dong anak-anak, kita pulang kok tenang aja. Kalian mau bakso?"

"Mau!!!"

Arkan tersenyum tulus ke arah sosok yang ia ingin lihat, Layla. Gadis itu terlihat lebih mungil dari yang sebelumnya ia ingat apa lagi tingkahnya yang ternyata lebih aktif. Dengan seragam kebesarannya dia berlari keluar lapangan.

"Gw seneng liat lo senyum lagi, itu udah cukup buat gw, maafin gw La... "

...◇◇◇...

Arkan kembali ke sekolah dan menemukan teman-temannya menunggunya di gerbang depan sekolahan, mereka secara bersamaan menghampiri Arkan yang hari ini nampak aneh setelah bangun tidur. Itu aneh bagi mereka, karena Arkan yang mereka kenal tidak tertarik dengan perempuan. Tapi kenapa tiba-tiba dia mencari sosok yang bahkan sebelumnya tidak pernah berkomunikasi dengannya?

"Lo habis dari mana? Jangan bilang dari stadion,"

"Gw gak ngapa-ngapain,"

"Gak ngapa-ngapain tapi sepanjang pertandingan lo serius banget, apa lagi waktu cewek sekolah sebelah itu lagi bertanding. Lo aneh serius." Arkan melirik ke arah temannya, Zaken. Ia bahkan tidak sadar jika dia mengikutinya sejak tadi.

Arkan tidak habis pikir saja, tapi sepertinya semua orang akan berpikir dirinya seperti orang gila. Pria itu menatap ke arah teman-temannya itu, mereka benar-benar seperti dulu yang pernah Arkan lihat 5 tahun yang lalu.

Apakah ini sesuatu yang aneh? Bangun dan kembali ke masa lalu, yang Arkan ingat ia pingsan di kamar mayat saat ia melihat jasad gadis itu di bangsal. Menangis tidak terkira, bahkan ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu dan sekarang ia berada di sekolahnya dulu. Ini aneh, apakah ini aneh?

"Gw gak seharusnya di sini-"

"Maksud lo? Lo habis bangun tidur kek orang gila ya, habis makan apa sih lo tadi?"

"Bakwan jagungnya mbah siti gak sampek berefek samping kan?"

"Gak, gw bukan dari sini. Gw serius, gw bangun-bangun udah di sini... "

Arkan rasa percuma saja jika ia menjelaskan apa yang sudah terjadi kepadanya sekarang, mereka mungkin akan bingung sekaligus akan beranggapan jika Arkan beneran menjadi gila. Pria itu membuang nafas panjang, sepertinya ia harus bersikap seperti dulu dan menjadi dirinya sendiri yang dulu. Ia harus menyelidiki ini, apakah benar ia kembali ke masa lalu atau ini hanyalah mimpi yang membuatnya terjebak.

"Sorry, kayaknya gw mimpi aneh deh." Arkan memulai sandiwaranya, ia tidak bisa bersikap aneh terus di depan teman-temannya.

"Nah kan! Bener, lu nganlantur. Bakwan jagung mbah siti gak beracun berarti,"

"Iya, anggep aja gw belum bangun tadi. Gw mau pulang dulu, gw duluan."

Tanpa berkata apa pun, dia pun pergi mengabaikan semua orang. Arkan bergelut dengan pikirannya sendiri tentang semua ini, apakah benar tadi ia melihat Layla yang hidup lagi? Ia bahkan masih ingat jelas jika keadaan Layla yang terakhir kali ia lihat benar-benar membuatnya pingsan seketika.

"Gw harus selidikin ini, gw harus bertindak." Ucapnya di dalam hati, dengan segala keseriusan yang ada.

Sepertinya ia harus benar-benar menyelidiki semua ini secara detail. Apa maksudnya semua ini? Dan bagaimana bisa ia kembali ke masa lalu? Di tengah langkahnya ke kelas hendak mengambil tasnya, ia berhenti dan melihat ke arah jam tangan yang ia gunakan.

Jam tangan? Bahkan jam tangan yang ia gunakan masih menempel, bagaimana bisa? Arkan mencoba memutar balik jam itu, tapi sepertinya jam itu normal saja. Tapi itu jam keluaran tahun 2023 dan sekarang adalah tahun 2017 dan sangat jauh jika saja ia menemukan jam itu dengan cepat.

Arkan mencoba bersikap normal lagi, ia kembali ke niat awalnya dan segera pergi pulang ke rumah. Memastikan apakah benar ia kembali ke masa lalu atau ini hanyalah sekedar mimpi saja. Di perjalanannya ke rumah, sepanjang jalan yang ia lewati kenyataannya tidak seperti apa yang ia harapkan. Semua bangunan yang sama seperti tahun 2017 yang lalu. Bagaimana bisa?

Pria itu berlari ke arah rumah, berhenti tepat di depan rumahnya. Dan benar saja, rumahnya bahkan kembali seperti dahulu lagi sebelum di renovasi. Dan berarti, seseorng itu masih ada bukan? Arkan lantas berlari masuk ke dalam rumah, dan menemukan sosok pria paruh baya di sana. Sedang menonton televisi seraya memakan camilan buatan bundanya. Dia menoleh ketika ia menyadari akan kehadiran Arkan.

"Loh? Arkan? Sejak kapan kamu di sana-" Arkan tanpa sadar meneteskan air mata, dia berlari memeluk sang ayah yang sudah lama tidak ia lihat.

"A-ayah... "

"Loh? Kenapa?" pria itu kebingungan dengan sikap putranya yang tiba-tiba memeluknya seperti ini, padahal sebelumnya ia hanya melihat putra satu-satunya itu terlihat bodo amat dengannya.

"Loh? Arkan? Kamu kenapa nak?"

"Hah? Gak apa-apa, cuma... Aku mau ke kamar dulu, mandi." Arkan langsung sadar dengan apa yang dia lakukan, sangat konyol untuk masa lalunya itu.

Arkan langsung bersikap seperti biasa dan ekspresinya cepat berubah, dia masuk ke dalam kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya yang menatapnya dengan kebingungan ke arahnya. Bundanya sendiri bahkan tidak habis pikir dengan apa yang putranya lakukan itu.

"Anak mu kenapa, yah?"

"Gak tau, aneh banget ya."

Arkan mengusap wajahnya sendiri dengan kasar, ia berusaha bersikap normal tapi kenapa begitu sulit baginya. Apa lagi, ketika ia kehilangan seorang ayah saat ia baru masuk sekolah menengah ke atas dulu. Itu adalah kejadian yang membuatnya semakin menjadi sosok yang terlalu pendiam.

Dan sekarang ia kembali menemukan sosok itu lagi, pria itu menatap dirinya sendiri di cermin kamarnya. Bahkan ciri-ciri fisiknya yang kembali ke yang dulu, membuatnya yakin jika dirinya benar-benar kembali ke masa lalu, 5 tahun yang lalu.

"Gw beneran kembali ke masa lalu, lalu apa yang harus gw lakuin sekarang?

Memperbaiki masa depan? Mustahil, hahaha! Konyol banget!" Arkan tidak tahu lagi, apakah tujuannya kembali untuk memperbaiki masa depan atau hanya sekedar nostalgia. Tapi semua ini pasti ada maksudnya bukan?

"Gw harus cari tau lagi soal semua ini, gw gak bisa diem aja. Gw gak mau kehilangan lagi... "

Episodes
1 .・゜-: :-PROLOGUE-: :-゜・.
2 .・゜-: :-Chapters 1 : MIMPI-: :-゜・.
3 .・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.
4 .・゜-: :-Chapters 3: SAKIT PARAH-: :-゜・.
5 .・゜-: :-Chapters 4 : TOXIC FAMILY-: :-゜・.
6 .・゜-: :-Chapters 5 : SUDAH TERLALU KECEWA-: :-゜・.
7 .・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.
8 .・゜-: :-Chapters 7 : MIMPI YANG TERJADI-: :-゜・.
9 .・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.
10 .・゜-: :-Chapters 9 : PERCAYA ATAU TIDAK?-: :-゜・.
11 .・゜-: :-Chapters 10 : FEELING COMES-: :-゜・.
12 .・゜-: :-Chapters 11 : JUST BECAUSE-: :-゜・.
13 .・゜-: :-Chapters 12 : TIDAK SELALU BAIK-: :-゜・.
14 .・゜-: :-Chapters 13 : NOT GIVING UP-: :-゜・.
15 .・゜-: :-Chapters 14 : DEJAVU-: :-゜・.
16 .・゜-: :-Chapters 15 : SEPERTI DIRIKU DULU-: :-゜・.
17 .・゜-: :-Chapters 16 : PROBLEM-: :-゜・.
18 .・゜-: :-Chapters 17 : KESALAHAN ATAU KEBODOHAN?-: :-゜・.
19 .・゜-: :-Chapters 18 : LIKE YOU CRUSH-: :-゜・.
20 .・゜-: :-Chapters 19 : SNAKE FRIEND-: :-゜・.
21 .・゜-: :-Chapters 20 : WHO LIAM?-: :-゜・.
22 .・゜-: :-Chapters 21 : LELAH-: :-゜・.
23 .・゜-: :-Chapters 22 : KEMATIAN YANG BERGANTI-: :-゜・.
24 .・゜-: :-Chapters 23 : JANGAN PERGI LAGI-: :-゜・.
25 .・゜-: :-Chapters 24 : MEMBEKU-: :-゜・.
26 .・゜-: :-Chapters 25 : MEMBUATMU KEMBALI-: :-゜・.
27 .・゜-: :-Chapters 26 : KEABADIAN-: :-゜・.
28 .・゜-: :-Chapters 27 : LION-: :-゜・.
29 .・゜-: :-Chapters 28 : BERTAHAN TANPA KAKAK-: :-゜・.
30 .・゜-: :-Chapters 29 : KEABADIAN II-: :-゜・.
31 .・゜-: :-Chapters 30: SIA-SIA-: :-゜・.
Episodes

Updated 31 Episodes

1
.・゜-: :-PROLOGUE-: :-゜・.
2
.・゜-: :-Chapters 1 : MIMPI-: :-゜・.
3
.・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.
4
.・゜-: :-Chapters 3: SAKIT PARAH-: :-゜・.
5
.・゜-: :-Chapters 4 : TOXIC FAMILY-: :-゜・.
6
.・゜-: :-Chapters 5 : SUDAH TERLALU KECEWA-: :-゜・.
7
.・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.
8
.・゜-: :-Chapters 7 : MIMPI YANG TERJADI-: :-゜・.
9
.・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.
10
.・゜-: :-Chapters 9 : PERCAYA ATAU TIDAK?-: :-゜・.
11
.・゜-: :-Chapters 10 : FEELING COMES-: :-゜・.
12
.・゜-: :-Chapters 11 : JUST BECAUSE-: :-゜・.
13
.・゜-: :-Chapters 12 : TIDAK SELALU BAIK-: :-゜・.
14
.・゜-: :-Chapters 13 : NOT GIVING UP-: :-゜・.
15
.・゜-: :-Chapters 14 : DEJAVU-: :-゜・.
16
.・゜-: :-Chapters 15 : SEPERTI DIRIKU DULU-: :-゜・.
17
.・゜-: :-Chapters 16 : PROBLEM-: :-゜・.
18
.・゜-: :-Chapters 17 : KESALAHAN ATAU KEBODOHAN?-: :-゜・.
19
.・゜-: :-Chapters 18 : LIKE YOU CRUSH-: :-゜・.
20
.・゜-: :-Chapters 19 : SNAKE FRIEND-: :-゜・.
21
.・゜-: :-Chapters 20 : WHO LIAM?-: :-゜・.
22
.・゜-: :-Chapters 21 : LELAH-: :-゜・.
23
.・゜-: :-Chapters 22 : KEMATIAN YANG BERGANTI-: :-゜・.
24
.・゜-: :-Chapters 23 : JANGAN PERGI LAGI-: :-゜・.
25
.・゜-: :-Chapters 24 : MEMBEKU-: :-゜・.
26
.・゜-: :-Chapters 25 : MEMBUATMU KEMBALI-: :-゜・.
27
.・゜-: :-Chapters 26 : KEABADIAN-: :-゜・.
28
.・゜-: :-Chapters 27 : LION-: :-゜・.
29
.・゜-: :-Chapters 28 : BERTAHAN TANPA KAKAK-: :-゜・.
30
.・゜-: :-Chapters 29 : KEABADIAN II-: :-゜・.
31
.・゜-: :-Chapters 30: SIA-SIA-: :-゜・.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!