.・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.

"Lo apa gak bisa apa ngertiin orang lain? Lo itu kenapa sih? Gw juga muak sama kelakuan lo yang selalu pengen di mengerti, apa hidup lo semenyakitkan itu hah? Lo jangan sok deh!"

"Naura! Lo apa-apaan sih? Berhenti gak?"

"Dia yang harusnya berhenti, gw udah muak sama dia Sifa. Selalu aja pengen di mengerti, emangnya dia apaan?" Sifa menoleh ke arah di mana Layla berdiri terdiam, tidak mengatakan apa pun. Wajah pucat dan raut wajah datarnya terlihat jelas.

Orang-orang pasti menjadikan mereka sebagai pusat perhatian, Sifa mencoba menahan Naura yang terus sara meracau tidak karuan sedangkan Layla di bawa Salsa untuk segera pergi dari sana.

Di sana Naura di tenangkan oleh Sifa, ia tahu terkadang sikap Layla berubah-ubah tidak jelas dan itu begitu random. Terkadang dia memasang wajah muram, diam saja, marah-marah, dan kadang juga dia terlihat sangat senang. Itu semua muncul secara tiba-tiba dan tanpa ada yang tahu apa sebabnya.

"Gak seharusnya lo ngomong kayak gitu, lo mikir apa yang lo ucapin itu? Gw tau, gw ngerti. Kadang gw juga ngerasa aneh dan kesel, tapi di sisi lain Layla selalu ada buat kita. Dia selalu ada di barisan utama kalau kita kenapa-napa, dan lo lupa itu?"

Naura melirik ke arah Sifa, mencoba membuatnya sadar dengan apa yang ia lakukan. Sikap Layla selama seharian ini, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia bahkan tidak mengerti mengapa Layla seperti itu.

Sampai di mana mereka berdua sama-sama diam, Sama-sama menenangkan diri sendiri di dalam situasi seperti ini. Naura masih merasa emosi dengan apa yang Layla lakukan, dan secara tiba-tiba seseorang datang. Wajahnya tidak bisa dijelaskan lagi, berdiri di depan Naura dengan tatapan datar. Padahal sebelumnya dia tidak pernah bersikap demikian kepada Naura.

"Kalau lo kesel sama kelakuan, Layla. Kenapa lo tetep temenan sama dia? Deket sama dia? Selalu pengen tau semua tentang dia? Kalau gak suka gak susah deket dari awal, Naura. Sikap lo ke kanakan tau gak? Dan harus perlu lo tau tentang ini, kenapa Layla bersikap random, aneh dan moodnya suka berantakan gak jelas."

Devi menatap ke arah lain, mencoba menahan sesuatu di dalam dirinya. Ketika ia tahu semuanya, sebenarnya ia tidak bisa membayangkan apa yang Layla rasakan sepanjang hidupnya. Hidup di dalam lingkungan yang toxic, selalu jadi bahan kesalahan orang lain. Semua itu tidak mudah, jika saja orang lain di posisi gadis malang itu, tidak akan pernah bertahan sampai sekarang.

"Dia gak pernah ngerasain yang namanya kasih sayang, emang. Emang dan lo bener, Layla haus kasih sayang. Dia pengen di sayang orang lain, terkecuali seorang pria. Dia tidak mempercayai pria, itu alasannya kenapa dia selalu berpikir dua kali untuk sekedar mendekati seorang pria yang jelas dia suka. Dia gak pernah percaya seorang pria, karena dia gak mau sakit untuk kedua kalinya hanya seorang pria, sampai sini paham?"

Devi menjelaskan, walaupun tidak semua ia katakan karena sudah berjanji kepada juniornya itu untuk tidak mengatakan apa pun. Jujur itu menyakitkan, segalanya yang gadis itu rasakan hanya satu orang yang tahu. Itu adalah bukti jika dirinya benar-benar sudah menganggap Devi seperti separuh hidupnya.

"Lo bisa deket sama dia itu keberuntungan, karena semua orang gak bisa deket sama dia sampai kayak gitu. Dipedulikan, di nomor satukan, semua orang mau temen kayak dia. Tapi lo gak pernah bersyukur tentang itu dan lo langsung marah gitu aja, dan gak dengerin penjelasan dia,"

"Tapi mbak-"

"Gw gak minta lo buat minta maaf sama, Layla. Cukup lo renungkan apa yang lo lakuin sama Layla, dia adek gw. Gw udah anggep dia kayak keluarga gw sendiri, gw gak mau dia sakit hati buat sekian kalinya. Karena cuma dia yang gw percaya dan gw punya... "

Devi langsung pergi setelah itu, percuma saja ia berbicara dengan orang yang emosinya belum stabil. Membuang-buang ludah saja, wanita itu pergi dengan ajaran dan hawa yang dingin, membuat kedua perempuan itu saling menatap.

"Lo udah denger? Lo yang paling tau soal Layla, sedangkan kita gak semuanya tau. Lo renungin dulu, sebelum rasa menyesal itu datang." Sifa memeluk bahu Naura dengan pelan, ia tidak meninggalkan Naura dan ia di sana dengan tujuan membuat Naura tenang.

...◇◇◇...

"Jangan pikirin apa yang tadi Naura omongin, dia cuma emosi makanya ngelantur-"

"Mungkin yang dia omongin itu bener, gw cuma pengen di mengerti, tapi gak mau ngertiin orang lain... " Salsa mencoba membuat pikiran Layla tidak sampai ke ucapan yang tadi Naura katakan, tapi sepertinya akan sulit.

"Enggak gitu, Naura gak bermaksud ngomong gitu-"

"Gw gak apa-apa, kenyataannya emang kayak gitu. Makasih ya, gw mau lanjutin kerjaan gw dulu sebelum pulang. Lo balik aja,"

"Tapi-"

"Gw gak apa-apa, jangan khawatir... "

Layla mendorong Salsa agar keluar dari ruangannya, dan tinggallah Layla sendirian di sana. Gadis itu hanya diam di depan pintu, seraya melamun di sana. Bahkan darah yang keluar dari hidungnya sendiri tidak ia rasakan, darah itu terus mengalir tanpa henti seolah begitu bebas.

Kepalanya terasa pusing, tapi ia hiraukan di sana. Tiba-tiba saja seseorang memberikannya satu kotak tisu, Layla menoleh ke arah samping dan menemui sosok pria di sampingnya.

"Jangan nangis, lap dulu pakai tisu terus cuci muka dulu biar gak bengkak."

Pria itu menatapnya seraya tersenyum, seolah menghibur dirinya. Dika, dia adalah senior di sana. Lantas Layla menutup hidungnya dan membungkuk berterimakasih kepadanya. Pria berumur 23 tahun itu pun berjalan ke arah mejanya, mengambil sesuatu. Kenapa dia membuka laci dan mengambil tempat obat Layla?

"Ini obat lo?"

"I-iya... Kenapa kak?" Dika berjalan kembali ke arah Layla, dan menuntun gadis itu untuk duduk ke kursi.

"Duduk aja, gw ambilin tisu basah aja. Lo duduk diem, jangan pergi kemana-mana." Layla hanya diam di sana, menuruti apa yang tadi Dika katakan.

Dan secara tiba-tiba saja Arkan datang, menemukan Layla duduk dengan tisu yang berwarna merah di tangannya. Ia bertanya-tanya, kenapa gadis itu sering mimisan? Tapi ia berusaha bersikap seolah tidak perduli dengan hal itu dan kembali terus berjalan ke arah mejanya. Melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

Baru saja ia membuka file, Dika datang membawa tisu basah di tangannya dan memberikannya kepada Layla. Membuat Arkan menatap tajam dari balik komputer di atas mejanya, ia memperhatikan apa yang Dika lakukan kepada Layla tanpa mengatakan apa pun.

"Minum obatnya, gw beliin minum juga. Gak usah di lanjutin kalau gak sanggup, atau mau gw bantuin?"

"Gak usah, ngerepotin. Gw bisa sendiri kak, makasih." Dika mengangguk walaupun ia tidak pernah percaya dengan apa yang gadis itu katakan, ia pergi seraya melirik ke arah Arkan yang tengah menatapnya dengan datar.

Layla kembali mengurus dirinya sendiri, dan melakukan apa yang tadi Dika sarankan kepadanya. Mungkin ia hanya kelelahan, tapi apakah harus selalu positif thinking seperti ini?

...◇◇◇...

"Gw tau kalau dia udah sadar sama perasaan konyol gw ini, gw gak nyalahin dia. Karena yang goblok di sini itu gw, jangan salahin siapa pun atas apa yang gw rasain, gw yang salah,"

"Emang gak ada yang salah di sini, La. Tapi gw sebagai temen lo juga khawatir sama lo, kesehatan lo memburuk tau gak? Lo harus pahami diri lo juga." Mungkin dia benar, niatnya terlalu baik untuk mengingatkan kenyataan ini.

Layla tahu kalau sebenarnya pria itu mengetahui akan perasaan konyol yang ia pendam selama ini, pantas baginya di jauhi. Layla tidak berpikir banyak soal itu, ia selalu merasa jika dirinya terlalu tidak pantas untuk di cintai.

Mungkin kepergian sosok ayah di dalam hidupnya, sedemikian rupa pria paruh baya itu tidak pernah menganggapnya ada. Sudah cukup menjelaskan segalanya, kehidupannya ini seperti tidak ada artinya sama sekali.

Kerap merasa iri dengan anak perempuan lain yang sempurna, sempurna bukan dalam hal mereka cantik. Bukan, melainkan kehidupan mereka yang begitu sempurna itu yang paling Layla inginkan. Di lengkapi sosok ayah yang menuntun dan melindungi, di cintai banyak orang adalah sebuah kehidupan yang baik.

Jangankan di cintai pria, Layla bahkan seolah tidak pernah tahu bagaimana rasanya kasih sayang seorang ayah. Dari kecil ia sudah seperti anak yatim, tidak pernah di anggap keberadaannya walaupun ia sudah berusaha melakukan apa saja. Tapi tetap saja, bukannya di banggakan dirinya justru mendapatkan makian kejam yang keluar dari mulut ayah kandungnya sendiri.

Kenyataan itu sukses membuatnya tidak pernah ingin menerima pria mana pun, ia terlalu di butakan dan tertutupi oleh rasa trauma nya sejak kecil. Kehidupan keluarga yang susah benar-benar palsu di depan matanya, keluarga yang selalu di anggap harmonis kenyataannya palsu.

Layla menertawakan dirinya sendiri yang selalu ingin di anggap oleh orang lain, berharap dengan orang asing yang bahkan sebelumnya ia tidak tahu dia siapa. Salahkan? Layla hanya mau merasakan kasih sayang saja, apakah itu sebuah dosa besar?

"Layla? Lo gak apa-apa?" Raya menepuk bahu gadis itu, bahkan tatapannya sejak tadi yang nampak sangat kacau.

"Gw rasa gitu, gw gak pernah ngerasain apa pun selama ini. Gw gak bisa jawab pertanyaan lo itu, i'm sorry..."

"La? Layla? Mau kemana?" Melihat Layla berkemas membuatnya kebingungan, apakah ia salah dalam mengatakan sesuatu sampai-sampai Layla ingin pergi.

"Gw ada urusan sebentar, kayaknya kita bakal jarang banget ketemu karena kesibukan gw. Maaf ya? Kita bisa lanjut obrolan ini di chatting aja, sampai jumpa!"

"La-" Layla sudah pergi dari pandangannya, ada apa dengan temannya itu? Ia nyaris tidak bisa merasakan apa pun.

Episodes
1 .・゜-: :-PROLOGUE-: :-゜・.
2 .・゜-: :-Chapters 1 : MIMPI-: :-゜・.
3 .・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.
4 .・゜-: :-Chapters 3: SAKIT PARAH-: :-゜・.
5 .・゜-: :-Chapters 4 : TOXIC FAMILY-: :-゜・.
6 .・゜-: :-Chapters 5 : SUDAH TERLALU KECEWA-: :-゜・.
7 .・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.
8 .・゜-: :-Chapters 7 : MIMPI YANG TERJADI-: :-゜・.
9 .・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.
10 .・゜-: :-Chapters 9 : PERCAYA ATAU TIDAK?-: :-゜・.
11 .・゜-: :-Chapters 10 : FEELING COMES-: :-゜・.
12 .・゜-: :-Chapters 11 : JUST BECAUSE-: :-゜・.
13 .・゜-: :-Chapters 12 : TIDAK SELALU BAIK-: :-゜・.
14 .・゜-: :-Chapters 13 : NOT GIVING UP-: :-゜・.
15 .・゜-: :-Chapters 14 : DEJAVU-: :-゜・.
16 .・゜-: :-Chapters 15 : SEPERTI DIRIKU DULU-: :-゜・.
17 .・゜-: :-Chapters 16 : PROBLEM-: :-゜・.
18 .・゜-: :-Chapters 17 : KESALAHAN ATAU KEBODOHAN?-: :-゜・.
19 .・゜-: :-Chapters 18 : LIKE YOU CRUSH-: :-゜・.
20 .・゜-: :-Chapters 19 : SNAKE FRIEND-: :-゜・.
21 .・゜-: :-Chapters 20 : WHO LIAM?-: :-゜・.
22 .・゜-: :-Chapters 21 : LELAH-: :-゜・.
23 .・゜-: :-Chapters 22 : KEMATIAN YANG BERGANTI-: :-゜・.
24 .・゜-: :-Chapters 23 : JANGAN PERGI LAGI-: :-゜・.
25 .・゜-: :-Chapters 24 : MEMBEKU-: :-゜・.
26 .・゜-: :-Chapters 25 : MEMBUATMU KEMBALI-: :-゜・.
27 .・゜-: :-Chapters 26 : KEABADIAN-: :-゜・.
28 .・゜-: :-Chapters 27 : LION-: :-゜・.
29 .・゜-: :-Chapters 28 : BERTAHAN TANPA KAKAK-: :-゜・.
30 .・゜-: :-Chapters 29 : KEABADIAN II-: :-゜・.
31 .・゜-: :-Chapters 30: SIA-SIA-: :-゜・.
Episodes

Updated 31 Episodes

1
.・゜-: :-PROLOGUE-: :-゜・.
2
.・゜-: :-Chapters 1 : MIMPI-: :-゜・.
3
.・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.
4
.・゜-: :-Chapters 3: SAKIT PARAH-: :-゜・.
5
.・゜-: :-Chapters 4 : TOXIC FAMILY-: :-゜・.
6
.・゜-: :-Chapters 5 : SUDAH TERLALU KECEWA-: :-゜・.
7
.・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.
8
.・゜-: :-Chapters 7 : MIMPI YANG TERJADI-: :-゜・.
9
.・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.
10
.・゜-: :-Chapters 9 : PERCAYA ATAU TIDAK?-: :-゜・.
11
.・゜-: :-Chapters 10 : FEELING COMES-: :-゜・.
12
.・゜-: :-Chapters 11 : JUST BECAUSE-: :-゜・.
13
.・゜-: :-Chapters 12 : TIDAK SELALU BAIK-: :-゜・.
14
.・゜-: :-Chapters 13 : NOT GIVING UP-: :-゜・.
15
.・゜-: :-Chapters 14 : DEJAVU-: :-゜・.
16
.・゜-: :-Chapters 15 : SEPERTI DIRIKU DULU-: :-゜・.
17
.・゜-: :-Chapters 16 : PROBLEM-: :-゜・.
18
.・゜-: :-Chapters 17 : KESALAHAN ATAU KEBODOHAN?-: :-゜・.
19
.・゜-: :-Chapters 18 : LIKE YOU CRUSH-: :-゜・.
20
.・゜-: :-Chapters 19 : SNAKE FRIEND-: :-゜・.
21
.・゜-: :-Chapters 20 : WHO LIAM?-: :-゜・.
22
.・゜-: :-Chapters 21 : LELAH-: :-゜・.
23
.・゜-: :-Chapters 22 : KEMATIAN YANG BERGANTI-: :-゜・.
24
.・゜-: :-Chapters 23 : JANGAN PERGI LAGI-: :-゜・.
25
.・゜-: :-Chapters 24 : MEMBEKU-: :-゜・.
26
.・゜-: :-Chapters 25 : MEMBUATMU KEMBALI-: :-゜・.
27
.・゜-: :-Chapters 26 : KEABADIAN-: :-゜・.
28
.・゜-: :-Chapters 27 : LION-: :-゜・.
29
.・゜-: :-Chapters 28 : BERTAHAN TANPA KAKAK-: :-゜・.
30
.・゜-: :-Chapters 29 : KEABADIAN II-: :-゜・.
31
.・゜-: :-Chapters 30: SIA-SIA-: :-゜・.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!