.・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.

"Lo jangan terlalu banyak ngelamun gitu dong, gw jadi khawatir sama lo. Enggak biasanya lo kayak gini, jadinya gw kan-"

"Gw gak apa-apa kok, lo jangan berlebihan. Gw emang lagi banyak kerjaan aja makanya kepikiran, yaudah ya. Gw mau pulang dulu,"

"Besok lo libur ya? Mau kemana?" Layla berpikir di pertanyaan itu, di sana Alan ikut mendengarkan percakapan di antara Naura dan Layla. Sebenarnya ia juga duduk di sekitar sana, ia tidak berniat menguping di percakapan itu.

"Gw kayaknya di rumah aja deh, lagian mau ke mana juga? Gw gak punya temen kalau mau pergi-pergi jauh."

Tanpa mengatakan apa pun, Layla langsung pergi dengan motornya keluar dari parkiran. Di sana juga Naura merasa ada yang aneh dengan Layla, memang seminggu ini seperti sebuah hari yang aneh baginya. Layla berubah entah kenapa, itu sebuah tanda tanya besar. Jika alasannya masalah pekerjaan, kenapa tidak dari lama saja dia bersikap seperti itu? Mengapa baru sekarang?

Alan memperhatikan Layla sampai gadis itu tidak terlihat sama sekali, sebenarnya beberapa orang yang memang dekat dengan Layla pasti akan merasakan perubahan gadis itu. Menjadi diam secara tiba-tiba dan tidak terlalu banyak bicara, rasanya suasana menjadi sepi saat kenyataannya teman mereka yang ceria itu menghilang.

...◇◇◇...

Sesampainya di rumah, Layla berhenti di depan rumahnya dan melepaskan helmnya. Ia memikirkan banyaknya kejadian yang ia alami selama seharian ini, begitu menguras energinya. Layla turun dari motor, dan langsung masuk ke dalam rumah neneknya.

Layla tinggal bersama neneknya, kurang lebih selama hampir 2 tahun. Semua kejadian di dalam hidupnya seperti sebuah siksaan selama ia masih hidup. Entah kenapa semuanya terasa berat, Layla berusaha mengendalikan dirinya sendiri untuk tetap bersabar dan terus melakukan segala kegiatannya dengan normal. Seolah tidak ada lagi beban di dalam hidupnya, kenyataan pahit terkadang menghancurkan senyumannya.

Dari sisi yang banyak orang tahu, Layla adalah gadis ceria dengan segala tingkah anehnya yang memancing tawa banyak orang. Tapi dia akan menjadi sosok lain ketika sudah berada di rumah, ia akan sangat pendiam dan jarang berbicara, ia bahkan tidak pernah terlihat tersenyum. Apa lagi setelah mamanya harus pergi keluar negeri untuk mencari nafkah. Itu semakin membuatnya merasa kesepian, di saat ia ingin merasakan sesuatu yang sama sekali belum pernah ia rasakan sejak kecil.

Layla duduk di sisi ranjang yang berukuran sedang, bisa untuk tiga orang di sana. Di sana ia baru pulang setelah bekerja sampai malam, ia melihat kedua adik laki-lakinya yang tidur bersama dengan sangat pulas.

Entah kenapa ia mendadak merasa iri dengan adik-adiknya, iri karena mereka bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus memikirkan, bagaimana kedepannya? Dewasa memang semenyakitkan itu, realita menghancurkan secara bayangan dan cita-citanya yang sudah ia bangun sejak lama.

"Semoga aja kita bisa pergi cepet dari sini, kakak gak sanggup kalau kalian terus denger omongan orang-orang jahat itu... Karena kakak sendiri udah gak bisa tahan lagi di sini, rasanya mau nyerah aja kayak yang mereka bilang... "

Seketika air mata yang sekian lama ia tahan tidak bisa di tahan lagi, semuanya turun begitu saja. Layla menangis setelah sekian lama membendung kesedihannya sendiri, kenapa cobaan itu turun tanpa henti? Menyerangnya secara bersamaan?

Ucapan seseorang memang tidak perduli di dengarkan, tapi telinga itu bekerja dengan normal, bagaimana caranya agar Layla tidak mendengar semua ucapan jahat itu? Apa lagi ucapan mereka yang mendoakan jika mamanya yang bekerja jauh itu segera hancur, siapa yang tidak sakit hati mendengarkan semua itu?

Layla sudah bertekad akan membalas dan membuktikan kepada semua orang, ucapan mereka salah besar, mereka semua yang akan hancur. Tetapi, Layla baru setengah jalan untuk menggapai apa yang ia ingin dan sekarang saja, ia sudah hampir tumbang.

Darah yang menetes itu seolah pembuktian, jika Layla sudah terlalu keras dengan dirinya sendiri. Memaksakan diri agar tetap berdiri padahal seharusnya ia harus berbaring sejenak, anak pertama yang harus memperjuangkan sebuah hak untuk kehidupan yang jauh lebih layak.

"Enggak apa-apa, selama belum mati... Gw masih bisa cari uang."

...◇◇◇...

Jarum suntik yang menembus kulitnya tidak mengubah raut wajahnya saat ini, ia tetap tenang di atas bangsal itu. Seolah menikmati apa yang ia rasakan, rasa sakitnya seperti sebuah kebiasaan. Suasana dingin di dalam ruangan itu, di mana ia bersama seseorang yang akan menemaninya melakukan pemeriksaan.

"Lo gak usah ke rumah sakit lagi, kalau hasil tesnya keluar gw ke rumah lo-"

"Enggak perlu, kita ketemu aja." Layla memegangi kapas yang sudah mengandung obat bius, untuk meredakan rasa sakit di bekas suntiknya tadi.

Valen terdiam di sana, kenapa? Layla terus saja menyembunyikan apa yang ia rasakan, penderitaan yang seperti di kuburan sendirian tanpa ada orang lain yang tahu. Padahal sebenarnya Layla butuh perhatian orang lain, tapi Valen sudah cukup tahu dengan keadaan lingkungan Layla sekarang. Semua orang di sana seolah tidak akan memperdulikan orang lain, mau hidup atau mati pun rasanya akan sama saja.

Pria itu menunduk, ia duduk di sisi bangsal dan menggenggam tangan yang lebih kecil darinya. Valen tahu, semuanya sepertinya berat di jalani, tapi mau bagaimana pun dunia akan tetap terus berputar meskipun di paksa berhenti.

"Inget, gw selalu ada sama lo. Jangan terlalu mikir kalau di dunia ini lo cuma sendiri, itu salah. Lo ngertikan?"

"Lo kenapa serius banget sih, Len? Gw baik-baik aja, ini cuma gejala biasa paling juga demam-"

"Jangan sepelekan gejala ringan, Layla. Gw tahu setiap gejala akan bertahap, itu bahaya-"

"Iya-iya pak dokter, saya tahu kok... Mau makan? Gw traktir."

...◇◇◇...

"Siapa sangka kalau kita bakal ketemu dalam keadaan kayak gini, lo mau periksa ternyata dokternya temen sendiri, iyakan?"

"Iya, gw baru ketemu sama lo. Teman-teman pada bilang kalau lo ngilang banget setelah lulus SD, gak ada tuh yang satu sekolah sama lo. Ternyata lo jadi dokter muda, siapa sangka kan? Apa lagi lo dulu di ship sama Lala dulu, gimana perasaan lo?" Valen tersenyum tipis, kenangan di masa kecil mereka. Saling mengejek itu hal biasa untuk kalangan anak-anak apa lagi mereka ada di masa suka dengan seseorang secara random.

Valen dulu termasuk murid pintar, populer karena dia juga tampan. Banyak yang tahu kehidupannya yang sedikit gelap itu, banyak murid tahu jika dia baru saja kehilangan ibu kandungnya saat menginjak kelas 3 SD. Terlalu menyedihkan untuk kalangan anak kecil, tempat asalnya bukan ada di tempat sekarang. Dulu Valen orang jakarta bukan orang semarang.

Dia pindah untuk mengganti suasana, bersama ke-3 kakak perempuannya yang membangun sebuah usaha swalayan di satu daerah dan tempat itu lumayan ramai juga. Valen termasuk orang kaya di kalangan teman-teman nya, hanya saja dia tidak begitu mencolok karena terlalu apa adanya. Saat masih sekolah, uang satunya hanya dua ribu rupiah sehari, padahal teman-teman nya yang lain bisa sampai lima puluh ribu sehari.

Ia tidak membicarakan hal buruk tentang ibu sambungnya, tapi namanya juga anak kecil dia akan bicara jujur. Ibunya yang memberikan uang dua ribu rupiah itu sebagai uang saku, itu pun kalau ingat. Kalau saja seharian Valen tidak membawa uang saku, dia akan diam di dalam kelas dan menggambar di buku tulisnya. Kasihan? Itu adalah kenangan yang lumayan buruk untuk anak kecil.

Tapi itu dulu, karena sekarang Valen mempunyai tempat tinggal sendiri. Jadi dia bebas melakukan apa saja yang dia mau, yang belum sempat tercapai sekarang bisa ia gapai. Layla cukup kagum dengan usaha Valen untuk meraih kebebasannya itu.

"Beruntung ya lo, lo udah bisa lepas dari keluarga lo yang toxic itu,"

"Cuma orang tua gw, kakak gw sebenarnya baik cuma mereka juga tekanan juga waktu itu. Uang kuliah juga di pegang sama ibu, jadi gak bisa apa-apa. Kalau ada apa-apa juga kakak gw pakai uang hasil swalayan mereka, buat biaya tugas kuliah yang katanya ibu cuma karangan. Gw kira karangan beneran, ternyata tugas kuliah membunuh memang."

Valen nampaknya antusias saat ia bercerita tentang kehidupannya kepada Layla, seolah ia tidak memikirkan apa pun lagi selain menumpahkan semua beban pikirannya kepada gadis di depannya saat ini. Apa lagi sekarang, ia seolah hanya memiliki Layla saja dan tidak ada orang lain.

Ia beruntung waktu itu memang sedang ada jadwal, walaupun tidak terlalu penting sebenarnya. Tapi justru ketika ia datang, ia bertemu dengan Layla saat itu. Awalnya Layla tidak mengenali dirinya, tidak mengenali Valen dengan alasan pria itu berubah sangat pesat. Dari postur tubuhnya yang dulu kurus dan postur wajah sangat tirus, dan sekarang semuanya berubah. Pria itu menjadi lebih tampan dari yang dulu, badannya juga sudah lebih berisi.

"Kayaknya emang kita di takdirkan buat ketemu lagi,"

"Menurut lo gitu? Kenapa?" Valen mengangkat bahunya, ia ragu harus mengatakan sesuatu.

Melihat Layla yang sekarang, entah kenapa ia tiba-tiba mengingat masa lalunya. Gadis itu dulu enggan dekat dengannya, karena mungkin Layla dulu tahu jika salah satu temannya menyukai Valen. Tidak mau ada masalah jadi dia memilih menjauhi Valen saja, Layla tipe orang yang malas mencari masalah jika itu tidak penting baginya. Tapi begitu juga jika seseorang mengganggunya, ia tidak akan ragu menghajar orang tersebut.

Valen rasa jika semua ini memang takdir untuknya, ia selalu berharap sejak dulu jika ia bisa diberikan kesempatan bertemu dengan gadis satu angkatannya, hanya pernah satu kelas sekali di kelas 4 SD saat itu. Tapi memiliki banyak kesan, ia pernah pertama kalinya memperhatikan gadis itu dulu. Ketika nilai mereka selisih 2, dalam pelajaran bahasa Indonesia yang nilainya lebih unggul adalah Layla bukan dirinya. Padahal yang terkenal pintar itu Valen, dan Layla sebaliknya.

Seperti langit dan bumi saja bukan? Tapi kenyataannya yang masih sama, sekarang Valen menjadi dokter muda dan Layla adalah pasiennya. Siapa yang akan menyangka jika semua ini akan terjadi? Ia tidak berharap lebih akan harapannya selama ini, tapi setidaknya ia ada kesempatan.

"Lo ada waktu minggu depan?" Layla melirik ke arah Valen, ia ragu harus menjawab dengan jawaban apa sekarang.

"Tidak tau, mungkin besok senin gw bisa aja. Tapi gw gak yakin bakal dapet libur di hari itu, itu cuma perkiraan gw aja." Valen memperhatikan Layla, pergerakan gadis itu selalu ia lihat seksama. Ia tidak pernah merasa bosan untuk sekedar memandang saja.

"Kita mungkin bisa ketemu beberapa kali ke depan, karena nanti yang cek lo setiap bulan bukan gw. Tapi temen gw, dia partner gw tapi tenang aja. Dia cewek kok, bukan cowok jadi lo jangan khawatir,"

"Gw gak masalah asalkan gak nyebelin aja, emang lo mau kemana?"

"Ada, satu tempat di mana gw harus ke sana. So, kita ketemu hari senin minggu depan?"

"Okey, kalau bisa." Valen tersenyum tipis, seandainya kesempatan itu ada untuknya sekali saja suatu saat nanti.

Episodes
1 .・゜-: :-PROLOGUE-: :-゜・.
2 .・゜-: :-Chapters 1 : MIMPI-: :-゜・.
3 .・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.
4 .・゜-: :-Chapters 3: SAKIT PARAH-: :-゜・.
5 .・゜-: :-Chapters 4 : TOXIC FAMILY-: :-゜・.
6 .・゜-: :-Chapters 5 : SUDAH TERLALU KECEWA-: :-゜・.
7 .・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.
8 .・゜-: :-Chapters 7 : MIMPI YANG TERJADI-: :-゜・.
9 .・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.
10 .・゜-: :-Chapters 9 : PERCAYA ATAU TIDAK?-: :-゜・.
11 .・゜-: :-Chapters 10 : FEELING COMES-: :-゜・.
12 .・゜-: :-Chapters 11 : JUST BECAUSE-: :-゜・.
13 .・゜-: :-Chapters 12 : TIDAK SELALU BAIK-: :-゜・.
14 .・゜-: :-Chapters 13 : NOT GIVING UP-: :-゜・.
15 .・゜-: :-Chapters 14 : DEJAVU-: :-゜・.
16 .・゜-: :-Chapters 15 : SEPERTI DIRIKU DULU-: :-゜・.
17 .・゜-: :-Chapters 16 : PROBLEM-: :-゜・.
18 .・゜-: :-Chapters 17 : KESALAHAN ATAU KEBODOHAN?-: :-゜・.
19 .・゜-: :-Chapters 18 : LIKE YOU CRUSH-: :-゜・.
20 .・゜-: :-Chapters 19 : SNAKE FRIEND-: :-゜・.
21 .・゜-: :-Chapters 20 : WHO LIAM?-: :-゜・.
22 .・゜-: :-Chapters 21 : LELAH-: :-゜・.
23 .・゜-: :-Chapters 22 : KEMATIAN YANG BERGANTI-: :-゜・.
24 .・゜-: :-Chapters 23 : JANGAN PERGI LAGI-: :-゜・.
25 .・゜-: :-Chapters 24 : MEMBEKU-: :-゜・.
26 .・゜-: :-Chapters 25 : MEMBUATMU KEMBALI-: :-゜・.
27 .・゜-: :-Chapters 26 : KEABADIAN-: :-゜・.
28 .・゜-: :-Chapters 27 : LION-: :-゜・.
29 .・゜-: :-Chapters 28 : BERTAHAN TANPA KAKAK-: :-゜・.
30 .・゜-: :-Chapters 29 : KEABADIAN II-: :-゜・.
31 .・゜-: :-Chapters 30: SIA-SIA-: :-゜・.
Episodes

Updated 31 Episodes

1
.・゜-: :-PROLOGUE-: :-゜・.
2
.・゜-: :-Chapters 1 : MIMPI-: :-゜・.
3
.・゜-: :-Chapters 2 : JANGAN CEPAT DEWASA-: :-゜・.
4
.・゜-: :-Chapters 3: SAKIT PARAH-: :-゜・.
5
.・゜-: :-Chapters 4 : TOXIC FAMILY-: :-゜・.
6
.・゜-: :-Chapters 5 : SUDAH TERLALU KECEWA-: :-゜・.
7
.・゜-: :-Chapters 6 : HAUS KASIH SAYANG?-: :-゜・.
8
.・゜-: :-Chapters 7 : MIMPI YANG TERJADI-: :-゜・.
9
.・゜-: :-Chapters 8 : MELIHATNYA LAGI-: :-゜・.
10
.・゜-: :-Chapters 9 : PERCAYA ATAU TIDAK?-: :-゜・.
11
.・゜-: :-Chapters 10 : FEELING COMES-: :-゜・.
12
.・゜-: :-Chapters 11 : JUST BECAUSE-: :-゜・.
13
.・゜-: :-Chapters 12 : TIDAK SELALU BAIK-: :-゜・.
14
.・゜-: :-Chapters 13 : NOT GIVING UP-: :-゜・.
15
.・゜-: :-Chapters 14 : DEJAVU-: :-゜・.
16
.・゜-: :-Chapters 15 : SEPERTI DIRIKU DULU-: :-゜・.
17
.・゜-: :-Chapters 16 : PROBLEM-: :-゜・.
18
.・゜-: :-Chapters 17 : KESALAHAN ATAU KEBODOHAN?-: :-゜・.
19
.・゜-: :-Chapters 18 : LIKE YOU CRUSH-: :-゜・.
20
.・゜-: :-Chapters 19 : SNAKE FRIEND-: :-゜・.
21
.・゜-: :-Chapters 20 : WHO LIAM?-: :-゜・.
22
.・゜-: :-Chapters 21 : LELAH-: :-゜・.
23
.・゜-: :-Chapters 22 : KEMATIAN YANG BERGANTI-: :-゜・.
24
.・゜-: :-Chapters 23 : JANGAN PERGI LAGI-: :-゜・.
25
.・゜-: :-Chapters 24 : MEMBEKU-: :-゜・.
26
.・゜-: :-Chapters 25 : MEMBUATMU KEMBALI-: :-゜・.
27
.・゜-: :-Chapters 26 : KEABADIAN-: :-゜・.
28
.・゜-: :-Chapters 27 : LION-: :-゜・.
29
.・゜-: :-Chapters 28 : BERTAHAN TANPA KAKAK-: :-゜・.
30
.・゜-: :-Chapters 29 : KEABADIAN II-: :-゜・.
31
.・゜-: :-Chapters 30: SIA-SIA-: :-゜・.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!