Princess In Another World
Pagi hari di sekolah.
"T-Touji, maafkan kami." (siswa) Beberapa siswa sedang berhadapan dengan seorang siswa lainnya.
"Ha!! Apa yang kau katakan, setelah kau melakukan semua ini padaku sekarang kau dengan mudahnya meminta maaf padaku." Namaku Touji Ari. Aku adalah seorang berandalan di sekolahku, selalu dipanggil ke ruang kepala sekolah dan sudah sering pindah sekolah karena kelakuaknku ini. Tapi aku tidak pernah sekalipun menyesali apa yang aku lakukan sekarang. Ini semua akibat mereka.
"T-Touji, kami mohon. Maafkan kami, kami janji tidak akan mengulanginya."
"Baiklah, tapi setelah beberapa pukulan ini."
Bug bug bug bug.
--- Beberapa menit kemudian ---
"Ahhh, aku puas." Setelah puas menghajar mereka hingga babak belur, aku meninggalkan mereka. "Andai saja mereka lebih memerhatikanku, aku pasti tidak akan jadi seperti ini." Orang tuaku, bukan. Mereka terlihat seperti bukan orang tuaku karena setiap ada sesuatu, yang mereka lakukan adalah melimpahkan semuanya padaku. Padahal aku tidak tau apa-apa, dan karena itu pula aku menjadi sosok yang sekarang. "Sangat menyebalkan."
Meskipun begini, aku memiliki prestasi yang sangat bagus diantara siswa yang lain, dan aku adalah orang yang sangat cerdas serta juga cukup jenius. Aku bisa membuat sebuah rencana, atau hal lain yang aku inginkan berjalan sesuai rencanaku. Tapi karena kelakuanku itu, aku juga sering mendapatkan ancaman baik dari guru ataupun dari orang tua murid. Dan itulah yang menghambat kemampuanku itu untuk berkembang.
"Ha, sangat merepotkan." Tepat seperti yang terjadi sekarang.
"Touji-kun, apa kau mendengar apa yang aku katakan." (Kepsek)
"Iya, aku dengar." Aku menjawabnya dengan nada lesu. Entah berapa lama lagi aku akan mendengar cerama dari orang tua ini, ini sangat membosankan.
"Kenapa kau menghajar temanmu."
"Teman, sekelompok orang yang beraninya menghajar seseorang yang sendirian anda bilang teman. Aku tidak menganggap mereka sebagai temanku, lagipula aku ini tidak punya teman."
"Touji-kun, andai saja kau merubah sikapmu jadi lebih baik. Kau pasti akan mendapatkan banyak teman."
"Aku tidak butuh teman, apa hanya itu yang ingin anda katakan. Jika cuma itu, saya permisi."
"Touji..."
Gubrak.
Aku keluar dari kantor kepsek. "Ah, ini sangat menyebalkan." Aku berjalan kembali menuju ke kelas. "Merubah sikap, ya." Kata-kata kepsek barusan terngiang di kepalaku. "Jika keadaan keluargaku tidak seburuk saat ini, mungkin aku bisa melakukanya."
--------
Sore hari, di rumah.
Plakk.
"Kenapa, kenapa kau selalu membawa masalah. Sekolahmu tadi menelpon, mereka bilang kau menghajar murid lain lagi. Apa, apa yang sebenarnya kau inginkan."
Aku mengalihkan pandanganku. Orang yang aku hadapi saat ini adalah ibuku, Touji Mika. Meskipun begitu, aku tak tau harus menganggapnya ibuku atau hanya orang yang membesarkanku hanya untuk menjadi tempat melampiaskan emosinya.
"Ari, apa kau dengar!"
Aku segera berbalik keluar dari rumah. "Ari, mau kemana kau!"
Gubrak.
Tamparannya membekas di pipiku. "Cih, sial." Aku sudah terbiasa menerima perlakuan ini, bahkan aku pernah terluka parah akibat menjadi bahan pelampiasan emosi mereka berdua.
Seseorang mendekat ke rumah. "A-Aya..."
"Minggir kau." Ayah mendorongku ke samping, dan itu membuatku terjatuh cukup keras. "Jangan ganggu aku." Ia kemudian masuk ke dalam rumah.
"Sial, mereka berdua sama saja." Aku pergi untuk mencari ketenangan.
Taman.
"Ha..." Duduk dan menikmati matahari sore, hanya ini yang bisa membuatku sedikit lebih tenang.
"Aku berharap keadaan ini cepat berakhir." Aku tak mau keadaan ini terus berlanjut. Aku hanya ingin hidup sebagai seorang anak yang biasa di keluarga yang biasa. Bisa menikmati hari yang bahagia. Hanya itu keinginanku. "Dan hal semudah itu, tidak bisa aku dapatkan. Aku ini memang tidak beruntung."
Swuuut.
Sebuah bola dengan cepat menuju ke arahku, dan aku menangkapnya. "Wah, hebat. (kagum)" (Bocah) Tanpa disadari seorang bocah melihatku. "Nee Onii-chan, bagaimana caramu melakukannya? Bisa ajari aku caranya?"
"Huh? Maksudmu menakap bola seperti barusan?"
"Iya, itu sangat keren."
"B-Begitu, ya." Sebenarnya itu adalah gerak reflekku, aku juga memiliki kemampuan gerak reflek yang lebih dari orang pada umumnya. "Suatu saat nanti, kau juga pasti akan bisa melakukannya." Aku mengelus kepalanya.
"Benarkah?"
"Iya." Sebenarnya aku tak tau cara melatih reflek ini. Ini adalah bakat, bukan hasil dari latihan atau apapun. Aku cukup senang ada yang memuji bakatku ini, meskipun orang tuaku sendiri tidak peduli dengan semua bakat yang aku punya ini.
"Terima kasih, onii-chan."
"Ya."
"Suu, sudah sore waktunya pulang." Seseorang memanggil.
"Baik ma. Onii-chan, sampai ketemu lagi besok."
"Ya." Aku memberikan bolanya padanya.
"Terima kasih, besok datang lagi kesini, ya. Onii-chan..."
"Ya." Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang berkata seperti itu padaku dan entah kenapa aku senang sekali mendengarnya.
Saat melihat matahari. "Ha, sudah hampir jam makan malam, ya." Aku tidak mengganti baju sekolahku karena hal tadi. "Makan diluar saja." Kembali kerumah saat ini adalah pilihan buruk, aku memutuskan untuk membeli makanan dengan sisa uang yang aku dapatkan dari bekerja paruh waktu.
Karena aku tidak diberikan uang, jadi aku bekerja paruh waktu. Biaya sekolah, atau apapun yang menyangkut diriku, entah kenapa beban itu diberikan padaku seorang. "Ha, sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan hal itu." Aku hanya bekerja pada akhir pekan, jadi selain akhir pekan aku memiliki banyak waktu kosong dan itu aku gunakan untuk mencoba hal baru yang bisa membuatku senang.
"Ha, sisa segini, ya." Uang yang aku punya tersisa sedikit, tapi sepertinya akan cukup sampai akhir pekan jika aku berhemat.
Di lampu merah.
"Jika keadaanku tidak seperti sekarang, aku mungkin bisa hidup bahagia. Bukan tersiksa seperti saat ini." Sambil menunggu lampu lalu lintas berubah warna, aku memikirkan hal itu.
"Pencuri!!" Seseorang berlari ke arahku. "Tangkap pencuri itu."
"Aku tidak peduli." Aku mengabaikannya, pencurian sudah biasa terjadi disini. Jadi aku menghiraukannya.
Dug.
Pencuri itu menabrakku dengan cukup keras hingga membuatku terpental ke tengah jalan. "S-Sialan kau.." Untung saja jalanan sepi, jika tidak aku pasti sudah mati tertabrak truk atau mobil. "Agh. A-Ada apa ini?" Bagian perutku terasa begitu sakit dan saat aku melihatnya. "Darah." Perutku tertusuk oleh pisau yang dibawa oleh pencuri. "Sial.." Pada akhirnya tetap seperti ini. Aku akan mati.
"Tangkap pencuri itu!! Jangan biarkan dia kabur!!"
"Hey, cepat tolong anak itu!!"
'Apa aku akan mati? Padahal masih banyak hal yang harus aku lakukan. Ha, sudahlah, mati tidak buruk juga. Dengan begini, aku tidak akan menderita lagi.' Tapi ada 1 hal yang cukup aku sesalkan. 'Jika saja, aku hidup di keluarga yang bahagia. Aku pasti tidak akan mengalami hal seperti ini. Tapi sudahlah, hidupku adalah hidupku. Akhinya aku bisa tenang. Selamat tinggal kehidupan yang menyakitkan. Dan selamat di datang tempat baru yang nyaman dan tenang.' Dan jika diingat lagi, hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17, sangat menyedihkan memang jika hari ulang tahunku besamaan dengan hari kematianku.
_____________________
Aku perlahan membuka mataku. "Aku, dimana? Oh ya, aku sudah mati. Apa sekarang aku sudah berada disurga?" Tapi meskipun begitu, aku tak merasakan sesuatu yang aneh.
Aku perlahan mulai bangun dan melihat sekeliling. Sebuah langit-langit yang tak pernah aku lihat sebelumnya, dan 1 hal lagi yang membuatku sangat terkejut. "A-APA-APAAN INI!!"
See you on the next chapter...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Karazuki Kun
S7
2024-07-13
0
Karazuki Kun
Uwaaaah genderbender ternyata wkwkwkw
2024-07-12
0
Bening
kayak kurang kasih sayang gitu touchi nya
2024-06-03
0