Ketika Yara membuka mata di pagi harinya, ia merasakan seluruh badannya pegal-pegal. Wanita itu membuka matanya perlahan dan melihat ke seluruh ruangan besar berwarna putih perpaduan dengan abu-abu.
Dimana ini?
Ia melihat ke arah kiri. Ada seorang laki-laki yang masih tertidur lelap di sebelahnya. Laki-laki yang sangat dia kenal. Ya ampun! Yara menutupi mulutnya kuat-kuat, matanya terbuka lebar. Dan ia melihat tubuhnya yang telan-jang di balik selimut putih itu.
Yara baru menyadari kalau dia baru saja melepaskan keperawanannya kepada si anak majikan.
Kamu sudah nggak perawan lagi Yara. Kamu sudah ...
Yara menatap ke laki-laki yang masih tampak pulas itu lagi. Ia tertegun sesaat.
Tampan.
Tampan sekali.
Tuan muda Darren enak sekali dipandang pagi hari begini. Diam-diam Yara tersenyum. Ia ingat habis lelaki itu menggagahinya di siang hari, mereka melanjutkan ronde berikutnya di malam hari. Sampai Yara kehabisan tenaga dan merasa tak sanggup lagi. Yara menjadi bingung karena ia sama sekali tidak menyesal memberikan keperawanannya kepada si tuan muda. Harusnya dia menangis. Tapi ternyata dirinya tidak menangis sama sekali. Yara membalikkan badannya membelakangi Darren.
Pikirannya melayang ke mana-mana. Sentuhan Darren membuatnya ketagihan dan ikut terbawa perasaan.
Kau sudah berubah Yara.
Apakah segampang ini dirinya berubah dari seorang gadis yang polos menjadi seorang wanita yang nakal. Dia ingin tuan mudanya menyentuhnya lagi, tapi dia malu. Sepertinya dia memang sudah jatuh hati pada anak majikannya. Semalam itu sungguh ...
Yara hampir berteriak kaget saat pinggangnya di peluk dari belakang.
"Good morning, my sweet honey."
Yara mengulum senyumnya. Namun singkat sekali. Ia takut Darren akan melihat dia tersenyum dan beranggapan bahwa dirinya menyukai semua perlakuan lembut yang diberikan pria itu padanya. Meski kenyataannya dia memang suka. Tapi kan dia malu. Pasalnya kemaren-kemaren dia terlihat sangat ketakutan pada laki-laki itu.
"Apa di sini masih perih?"
Yara menahan napas ketika tangan Darren turun ke bawah perutnya dan mengusap inti tubuhnya. Masih perih memang. Dia baru saja kehilangan harta paling berharga yang dimiliki semua perempuan. Tubuh Darren menempel lagi di tubuhnya.
"Kau merasa kesakitan kalau ku usap begini?" jemari pria itu mulai menjelajah. Menggoda setiap inci di dalam sana yang ingin dia sentuh.
Bukan kesakitan. Yara justru merasa keenakan.
"Eunghh ..." ia melenguh panjang.
Darren yang berbaring di belakangnya tersenyum. Pria itu merasa sekarang ini mereka persis seperti pengantin baru.
"Ayo lakukan sekali lagi pagi ini." bak seorang pemadat Darren sudah tergila-gila dengan tubuh Yara. Memang benar Darren sudah kecanduan.
Yara pun hanya membiarkan pria itu melakukan apa yang dia mau. Saat tubuhnya di balik menghadap sang tuan muda, ia tersipu malu menatap wajah tampannya.
Mata Darren menelusuri seluruh tubuh Yara. Yara berusaha menutupinya dengan selimut karena malu ditatap seperti itu. Intens sekali.
Darren terkekeh.
"Aku sudah melihat semuanya. Semua inci tubuhmu sudah aku cicipi. Apa lagi yang perlu kau tutupi, manis." pria itu menarik selimut ke bawah dan berpindah ke atas tubuh Yara.
Ia tidak bisa menahan diri lagi. Darren sudah sangat siap sekarang. Lelaki itu pun membuka paha Yara dan tanpa basa-basi ia menyatukan tubuhnya dengan tubuh Yara.
"Ah ..." rintihan Yara lagi-lagi terdengar seksi sekali ditelinganya.
Darren menyatukan miliknya dalam-dalam, dan sebuah erangan nikmat keluar dari mulutnya ketika dia merasa kenikmatan yang tak bisa dia jelaskan hanya dengan kata-kata.
"Ohh ..." erangnya bergerak makin cepat, dengan begitu ahlinya, membawa Yara menuju puncak kenikmatannya.
Mereka baru selesai setelah hampir tiga puluh menit.
Sudah terdengar ribut-ribut di lantai bawah. Pasti itu adalah para pelayan Darren. Semalam laki-laki itu menelpon dan menyuruh mereka datang di pagi hari untuk membuatkan sarapan untuk dia dan Yara. Ya, itu pasti mereka.
"Mulai sekarang rumahku ini adalah rumahmu juga. Aku tahu kau pasti tidak ingin tinggal dengan kakakmu yang egois itu lagi. Saat kau tidak masuk kerja tinggallah di sini. Aku akan menemanimu kalau aku tidak sibuk." kata Darren.
"Tidak perlu tuan muda. Gajiku cukup besar, aku bisa mencari kosan yang lebih murah." tolak Yara. Tatapan Darren berubah seketika.
"Kau akan tinggal di sini, jangan menolak." katanya tegas. Yara pun terdiam.
"Aku punya banyak uang. Kau bisa berhenti kerja dari sana kalau kau mau. Biar aku saja yang menghidupimu."
Tidak.
Tidak mungkin Yara berhenti kerja. Sekalipun pria itu berkata akan menghidupinya, dia juga tidak tahu kapan laki-laki ini akan bosan terhadapnya dan mencari wanita lain sebagai penggantinya. Karena itu dia harus tetap kerja.
Dia juga berniat untuk lanjut sekolah karena sakit hati pada sang kakak yang terus merendahkan dirinya yang tidak berpendidikan. Umurnya baru dua puluh tahun, masih terbilang muda kalau mau kuliah. Dan Yara akan meraih kesuksesan dengan uang hasil jerih payahnya sendiri, bukan dengan uang orang lain.
"Aku akan tetap kerja." katanya kemudian.
Darren menatapnya lama.
"Baiklah kalau itu maumu. Tapi aku akan tetap menghidupimu. Lihat ke meja, kartu itu adalah milikmu. Kau bisa berbelanja apa saja yang kau mau dengan kartu itu. Sandinya adalah tanggal ulang tahunmu. Baru ku ganti semalam."
Yara melihat sebuah kartu berwarna hitam di atas meja.
Apakah tuan mudanya ini memperlakukan semua wanita seperti ini? Royal sekali terhadap semua perempuan yang dia tiduri?
"Yara,"
Yara menatap pria itu.
"Kau adalah milikku seorang, tidak akan pernah aku bagi dengan pria lain. Jadi jangan pernah berharap kau bisa kembali ke mantan tunanganmu yang brengsek itu atau pun berhubungan dengan laki-laki lain. Kau mengerti?"
Darren serius dengan ucapannya. Dia belum pernah merasa takut kehilangan seperti ini terhadap seorang wanita. Mungkin untuk menikahi Yara dia masih ragu karena masih terlalu dini. Bisa saja perasaannya terhadap wanita ini tidak akan berlangsung lama. Belum lagi menghadapi mamanya yang serba mementingkan status seorang menantu dalam keluarga mereka. Jadi untuk sekarang hanya bisa seperti ini dulu. Saat dirinya sudah benar-benar yakin dengan perasaannya terhadap Yara, apapun akan dia lakukan agar mereka bisa hidup bersama.
"Ayo mandi. Setelah itu kita sarapan. Aku akan sibuk beberapa hari kedepan. Kalau kau mau kembali kerja di rumah orangtuaku, aku akan mengatur seorang sopir mengantarmu." Darren menarik Yara turun dari kasur dan masuk bersama ke kamar mandi. Mereka hanya mandi bersama, tidak melakukan apapun lagi. Darren tidak sehyper itu dalam berhubungan badan. Dia juga tahu porsinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
mungkin menikahi dini masih ragu karena terlalu dini...pretttt , bisa saja perasaanya terhadap wanita itu tidak lama...pretttt, belum lagi mamanya..pret.
jadi bener yg mana Thor, masa udah ambil perawannya orang trus sdh yakin dengan perasaannya masih gitu kalimatnya.
gak konsisten banget jadi penulis😪
2024-11-02
9
MiNIeL
yara yg di kasih kartu ATM kok aku yg berhayal pengen beli ini beli itu jalan² kesana ke sini aaaaaaaa seneng bgt dah
2024-11-06
0
Herni Haryani
oops... kenapa begitu darren lelaki gantleman ngk gitu,itu namanya lelaki egois n pengecut.
2024-11-06
0