***
Han Sa mulai berbicara dengan percaya diri.
"Kertas di tanganku ini adalah tulisan tangan ayahku yang otomatis menjadi mutlak Perintah Raja. Dengarkan baik-baik dan kalian semua harus mematuhi isi dari perintah ini. " Han Sa menghela nafas sebentar lalu melanjutkan perkataannya dengan lantang.
( isi surat perintah)
" Aku, Han Zhou sebagai Raja dari Kerajaan Khun memutuskan:
1.Akan memberikan keadilan untuk para korban dan juga Han Shi. Aku memerintahkan agar Biro Pengawas mengadakan sidang untuk kasus ini dan dalam jangka waktu dua bulan, kasus ini harus sudah selesai. Dan juga, selama dua bulan ke depan Han Shi bukanlah Putri dari Kerajaan Khun. Tidak ada hak istimewa untuknya, dan sebelum kasus ini selesai dia akan tinggal di penjara bersama para tahanan Kerajaan.
2.Aku menunjuk Perdana Menteri sebagai hakim untuk kasus ini.
3.Aku mengangkat Pangeran Han Sa sebagai Putra Mahkota Kerajaan Khun dan menjadikannya penggantiku sebagai Raja selama dua bulan. Aku memberikannya wewenang penuh untuk segala hal di Kerajaan selama dua bulan ke depan. "
Pernyataan Raja Han Zhou yang di bacakan Han Sa itu membuat semua orang yang mendengarnya tersentak kaget. Ruangan pun riuh dengan suara bisikan para Pejabat yang bertanya-tanya tentang keputusan mendadak Rajanya.
"Han Byu, apa yang ayah dan Kak Han Sa pikirkan saat ini? Apakah kau bisa menebaknya? " bisik Han Shi dengan nadanya yang sedikit khawatir.
"Sepertinya mereka sedang bermain drama. Mereka berakting seperti seorang aktor yang hebat. " Jawab Han Byu dengan suara rendah.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. " Lanjut Han Shi.
Belum sempat Han Byu menjawab, Han Sa menginstruksikan agar semuanya diam.
"Kalian semua sangat cerewet. Tidakkah kalian mendengarnya? Sekarang, mulai saat ini hingga dua bulan kedepan aku adalah Raja Kerajaan Khun. Kertas ini menjadi bukti otentik karena di bubuhi stempel Kerajaan. Baiklah, aku bukanlah tipe orang yang suka bertele-tele. " Han Sa langsung mengarahkan pandangannya pada Perdana Menteri. "Perdana Menteri, mulai besok tugasmu sebagai hakim sudah berlaku. Kau harus ingat, sekarang bebanmu bertambah menjadi wakil rakyat sekaligus penegak keadilan. Aku harap kau masih hafal dengan peraturan hukum Kerajaan. Apa sudah jelas? "
"Hamba mengerti, Yang Mulia. semoga yang Mulia panjang umur. " Pandangan mata Perdana Menteri terasa kuat, terlihat jelas amarah di wajahnya yang berusaha ia tutupi dengan membungkuk menundukkan wajah. Tangannya mengepal kuat seolah siap memukul sesuatu.
"Syukurlah kalau kau sudah mengerti. Baiklah, malam sepertinya hampir habis. Laksanakan perintah sesuai amanat Raja Han Zhou. Dan juga siapkan energi kalian untuk besok. Pertemuan ini aku bubarkan. " Han Sa bangkit dari tahtanya lalu menengok ke arah Han Shi dan Han Byu.
"Ah, aku hampir lupa. Han Byu, kemarilah. Tempatmu bukan disana. "
"Tidak, Terima kasih. Aku lebih nyaman jika aku tetap bersama Kak Han Shi. " Han Byu menolak dengan santai.
"Pangeran ketiga, Han byu!!! Kau pikir aku main-main?! Apa kau berniat menjadi pemberontak karena menolak Perintah Raja?! Jika kau ingin semuanya menjadi mudah, cepat kemarilah dan tinggalkan kriminal itu seorang diri. " Bentakan Han Sa membuat Han byu menggeleng tak percaya.
Han Byu melepaskan pegangannya di tangan Han Shi dan melangkah tepat di samping Han Sa.
"Apa yang kau lakukan Kak? " bisiknya.
"Aku melakukan apa yang seharusnya ku lakukan. " Balas Han Sa dengan ekspresi dinginnya.
Keduanya berjalan keluar dari aula, meninggalkan Han Shi seorang diri menjadi tontonan para pejabat yang membisu dengan apa yang telah terjadi.
Seketika air mata Han Shi menetes, membasahi pipi yang masih bengkak akibat tamparan keras ayahnya. Hatinya kacau dan tubuhnya sangat lelah menopang masalah yang tidak pernah dia sangka. Han Shi terdiam, berdiri menatap tahta yang kosong dari penguasanya.
Seorang pria dari biro pengawas menghampirinya dan memberi hormat.
"Yang Mulia, mari pergi dari sini. Ketua Nam memberi perintah pengawalan kepadaku. "
Han Shi menoleh pada pria yang berdiri di sampingnya itu.
"Kau baik sekali, masih memberi hormat padaku. " ungkap Han Shi yang menyeka air matanya sambil tersenyum miris.
Han Shi pergi dari ruangan itu dengan langkah cepat, diiringi beberapa orang dari Biro Pengawas yang mengawalnya.
~ Halaman istana, Gerbang luar aula utama ~
Para pejabat berhamburan keluar setelah Han Shi dibawa pergi oleh Biro Pengawas. Banyak yang mempertanyakan keputusan Raja Han Zhou yang turun tahta sementara. Tak terkecuali Perdana Menteri yang merasa di rugikan dari hasil keputusan Raja Han Zhou.
"Tuan Perdana Menteri, apa kita akan melakukan pertemuan besok? " Tanya Menteri Ming tergesa-gesa.
"Emm, tentu saja. Besok malam kita semua berkumpul di tempat biasa. " Jawab Perdana Menteri singkat dengan wajahnya yang kesal namun tetap tenang.
Sementara itu, Menteri Zan dan beberapa orang dari Partai Barat mengobrol di tempat berbeda.
"Aku merasa puas dengan pengangkatan Putra Mahkota. Tapi aku juga turut bersimpati untuk Putri Han Shi. Entah apa yang sebenarnya terjadi, kuharap semuanya akan segera baik-baik saja. " Ujar Menteri Zan yang di respon dengan anggukan Menteri lainnya.
Di tempat lain...
~ Halaman Paviliun Utama, Kediaman Raja Han Zhou ~
"Kak, bisakah kau menjelaskan padaku apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Kenapa tadi kau tidak membela Kak Han Shi sama sekali? Kenapa kau meninggalkannya dan juga mengabaikanku sekarang?! " Ujar Han Byu yang berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Han Sa yang cepat. Kakinya hampir tersandung saat bertemu dengan tangga.
"Diamlah, aku akan menjelaskannya padamu. Tapi nanti, sekarang aku akan melihat keadaan ayah dulu. " Tukas Han Sa.
Langkahnya terhenti saat dia mendengar tangisan pilu yang terdengar dari ruang istirahat ayahnya. Dia mempercepat langkahnya dan mendapati Kasim Lin yang sedang berjaga di luar.
"Kasim Lin, bagaimana keadaan ayahku? Apa yang terjadi padanya? " Tanya Han Sa sambil melihat pintu kamar ayahnya.
"Semenjak Yang Mulia Raja kembali dari pertemuan, dia menangis dengan keras sambil melukai tangannya sendiri dengan terus memukulinya dengan vas. Hamba mencoba menghentikannya, tapi Yang Mulia Raja berkata bahwa tindakannya itu adalah hukuman karena telah menampar Putri Han Shi. Beliau terus menyalahkan dirinya sendiri dan menyuruh kami semua untuk keluar dari ruangannya. " Jawab Kasim Lin.
Han Sa menyentuh pintu kamar dihadapannya dengan pandangan sedih dan khawatir. Dia menghela nafas lalu melepaskan pegangannya dari gagang pintu.
"Han Byu, pergilah ke kantor Biro Pengawas dan lihat keadaan Han Shi dengan sembunyi-sembunyi. Hari sudah mulai pagi, bergeraklah dengan cepat. Ingat, jangan sampai terlihat oleh orang-orang. Siapapun tidak boleh tahu jika kau pergi ke sana. " Ujar Han Sa memberi perintah.
"Baiklah Kak, aku mengerti. Aku akan berhati-hati. " Han Byu menuruti perintah kakaknya tanpa banyak bicara. Dia tahu kakaknya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi dia sangat sabar dan menahan diri untuk bertanya. Lalu dia memutuskan untuk segera pergi tanpa banyak bicara karena dia juga sangat khawatir dengan keadaan kakak perempuannya.
Setelah Han Byu pergi, Han Sa hanya berdiri mematung di depan pintu kamar Raja Han Zhou. Sesekali dia menghela nafas, dan menahan diri menunggu waktu yang tepat untuk bertemu Raja Han Zhou yang masih belum bisa mengendalikan dirinya.
'Maafkan aku ayah, aku juga baru saja menyakiti Han Shi. Aku tidak punya pilihan lain selain menjauhinya.' Batin Han Sa yang diliputi perasaan bersalah.
***
bersambung...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments