Bab.19. Pindah Markas

Sinar Sang Surya mulai menyeruak perlahan meninggi di ufuk Timur. Kicauan burung dari berbagai nama dan jenis, seperti pagi-pagi sebelumnya seperti riang bernyanyi menyambut datangnya pagi. Semilir angin yang terasa sejuk dan segar seolah satu irama dengan goyangan dedaunan di pagi itu.

Masyarakat di pedesaan nampak sudah memulai aktifitas hariannya. mulai dari mencangkul di ladang, menyiangi rumput yang rimbun di bawah pematang sawah. Ada juga yang sedang duduk-duduk di saung sawah sambil menarik tali yang terhubung dengan orang-orangan sawah, untuk mengusir rombongan burung pipit yang mulai memakan padi para petani yang mulai berbuah.

Sebelah Selatan di pinggiran kampung yang berdekatan dengan pesawahan tersebut. Nampak sebuah bangunan rumah tua yang jarak nya sedikit terpencil dari rumah-rumah warga yang lainnya.

Bangunan rumah itu adalah milik Si Gendut Ireng yang sekaligus dijadikan markas nya selama ini.

Pagi itu, Gendut Ireng dan Si Codet baru terbangun dari tidurnya. Keduanya baru datang kira-kira pukul 5 pagi, setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang karena perjalanan memutar melalui area perbukitan, pesawahan dan juga hutan. Padahal, kalau melalui jalan biasa, paling ditempuh satu sampai dua jam dari Desa Lemburasri. Desa yang semalem dipakai menjalankan aksinya di rumah Juragan Basri.

"Bagaimana Bos, rencana kita hari ini?" Terdengar Si Codet bertanya pada Si Gendut Ireng yang keduanya sama-sama sedang menikmati secangkir kopi panas yang baru saja Si Codet sediakan dan juga hisapan asap dari sigaret kreteknya yang seperti kereta api sedang jalan. Tak henti-hentinya dengan timbulan asapnya.

Mendengar Si Codet bertanya, Si Gendut Ireng tidak langsung menjawabnya. Roko yang hampir jadi puntung itu, Ia benamkan pada asbak yang sudah penuh dengan puntung-puntung yang lain. Diseruputnya kopi hitam dengan ditiup-tiup terlebih dahulu. Setelah menyeruput kopinya, kemudian Ia mengambil lagi batang rokok dibungkusnya. Rupanya tinggal batang terakhir, si Gendut Ireng langsung meremas bungkus rokok tersebut lalu membuangnya dengan sembarang. Bibirnya sudah menggapit batang sigaret kretek. Kemudian mulai menyulutnya dengan puntung rokok yang masih tersisa apinya.

"Rencana Gue hari ini, Gue akan ke kota, mau menjual hasil kerja semalem. Kita harus bisa menjual secepatnya agar bisa jadi duit. Lu mau ikut, apa nitip saja, biar Gue yang menjualnya sekalian?" Ki Gendut Ireng menjawab pertanyaan Si Codet dan nanya balik mau ikut tidak nya pergi ke kota.

"Hmmm...ikut lah, Bos. Aku juga ingin sambil jalan-jalan juga di kota, kita poya-poya dan seperti biasa, kita minum-minum di sana du temani wanita-wanita seksi dan bohay. Dan langsung kita pakai. Hahahah. Iya nggak. Bos?"

"Naaah ini baru anak buah Gue. Nggak seperti bocah ingusan yang tak berguna itu. Nyesel Gue, semalem ngajak-ngajak Dia." Ucap Ki Gendut Ireng bersungut. Wajahnya langsung ditekuk ketika membicarakan seseorang, siapa lagi kalau bukan membahas Anan.

"Iya sih, Bos. Tapi setidaknya si Suranan itu telah memberi info, letak keberadaan rumah Juragan Basri." Si Codet sedikit menimpali.

"O iya, Bos, apa perlu kita selidiki lagi tentang anak itu, apa sudah mati kehabisan nafas atau mati dibakar hidup-hidup oleh warga.?"

"Kalau menurut Gue sih, perlu kita selidiki. Firasat Gue mengatakan Si Suranan ditangkap warga. Ada kemungkinan dibawa pada yang berwajib. Makanya, kita harus segera meninggalkan tempat ini."

"Aku juga sepemikiran dengan mu, Bos. Bagaimana kalau sebelum ke kota, Kita mampir dulu ke Kampung itu, atau ke kampung sebelahnya biasanya warganya mudah mendengar dengan kejadian semalem. Kalau di kampung mah apa-apa cepat tersebar kan. Apalagi yang sifatnya aib seseorang, waaaah..informasinya secepat kereta api tercepat di China, Iya nggak. Bos..?" Cerocos Si Codet yang tak tentu arah.

"Apanya yang iya apanya yang nggak. Hah ?" Tanya Ki Gendut Ireng malah menyeringai Si Codet.

"Maksudnya apa, Bos?" Si Codet makin tak mengerti.

"Haduuuh..deet deeet.. Untung Gue lagi menikmati kopi jadi seger deh otak Gue. Kalau nggak, pala Lu jadi sasaran ini nih. Hmmm. Lu lihat?" Ucap Si Gendut Ireng sambil menekuk tangan kanan nya yang langsung dikepalkan. Si Codet hanya terkekeh.

"Maksud Gue, kenapa Lu sangkut-sangkutin dengan kereta di China. Apa ada hubungannya? Bikin kepalaku kambuh lagi migrain nya.!" Ki Gendut Ireng berkata lagi pada Si Codet.

"Sudah lah Bos, lupakan saja. Mending kita bahas kapan kita mulai berangkat?" Si Codet menimpali dengan menepis tangan kirinya ke depan wajahnya.

Ki Gendut Ireng pun tak berkepanjangan, lagi pula Dia juga mengerti sekali dengan apa yang diutarakan Si Codet tadi. Cuman Ia hanya ingin iseng dan canda semata. Apalagi hati nya saat ini sedang berbahagia karena akan menjual perhiasan hasil curiannya semalam. Yang tentunya dalam waktu dekat Dia akan bersenang-senang dengan menegak beberapa botol beralkohol serta akan dilayani dengan cewek-cewek cantik dan seksi yang sekaligus akan memuaskan hasrat birahi setan nya.

"Kalau Lu sudah siap, ayo Kita berangkat. Jangan lupa membawa salin buat ganti pakaian Kita nanti. Dan juga selalu bawa pakaian dinas kerja kita. Jadilah orang yang selalu memanfaatkan situasi dan kondisi jangan berhenti untuk tetap beraksi." Kata Si Gendut Ireng, disambung dengan kata-kata yang dianggap bijak segala.

"Ooowhh keren juga nih kata-kata hari ini dari Bos. Hahaha.. Seperti sang motivator saja."Si Codet sedikit memuji. Kemudian keduanya keluar dari rumah tersebut. Si Gendut Ireng pun tidak lupa untuk mengunci pintu dari luar. Ki Gendut Ireng dan Si Codet kemudian berjalan ke arah Barat menuju jalan besar yang nantinya setelah melewati dua pertigaan, kalau belok kiri ke arah Lemburasri, dan kalau Lurus ke arah kota yang rencananya Ki Gendut Ireng dan Si Codet akan kesana mungkin dalam beberapa hari untuk menghindari kejaran dari pihak yang berwajib. Dari hasil laporan Anan yang berhasil ketangkap warga. Dan kini masih menjalani proses pemeriksaan.

Tak berselang lama, Ki Gendut Ireng dan Ki Gendut Ireng sudah sampai di pertigaan jalan yang kalau ke kiri berarti menuju ke Lemburasri. Kebetulan sekali, di sekitar pertigaan tersebut berderet beberapa warung kopi dan jajanan. Ki Gendut Ireng dan Si Codet sengaja mampir dulu di Warung Kopi yang paling sudut di antara deretan-deretan warung. Seandainya ada Anan yang melihatnya, pasti Ki Gendut Ireng dan Si Codet akan mudah ditangkap warga. Tapi yang membuat Ki Gendut Ireng dan Si Codet tenang, selama melakukan aksinya selalu menutup wajahnya. Bahkan kalau siang hari, baik Ki Gendut Ireng atau Si Codet selalu menjelma tak ubahnya orang-orang biasa. Bahkan baik itu Si Codet maupun Ki Gendut Ireng selalu menampakkan wajah kalemnya serta sosok orang yang suka berkelakar kalau sedang berbicara dengan siapapun. Lagi pula, ternyata nama Gendut ireng dan Codet hanya dipakai ketika mereka berdua atau ketika mulai menjalankan aksinya. Sedangkan nama Ki Gendut Ireng dan Si Codet kalau di siang hari, lebih dikenal dengan panggilan Bang Kadar dan Kang Raskim.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Bab 1 Komplotan Perampok Dimalam Hari
2 Bab 2. Mulai Menjalankan Aksi
3 Bab 3. Hampir Kepergok Tuanrumah
4 Bab 4. Rencana hampir gagal.
5 Bab 5. Berhasil Disekap
6 Bab 6. Lepas dari Sekapan Bandit
7 Bab 7. Di Pos Ronda
8 Bab 8. Kabur
9 Bab. 9. Suasana Lemburasri Rame dan Gaduh.
10 Bab 10. Pengejaran
11 Bab 11. Anan, Jadi Sasaran Amarah
12 Bab 12. Siaga Satu
13 Bab.13. Pertarungan lawan Warga.
14 Bab. 14. Malah Bertemu Siluman
15 Bab 15. Ki Gendut Ireng dan Si Codet berusaha kabur lagi.
16 Bab 16. Anan Ketangkap
17 Bab 17. Anan diboyong ke Rumah Juragan Basri
18 Bab. 18. Anan Dibawa Kepada Pihak Berwajib.
19 Bab.19. Pindah Markas
20 Bab. 20. Informasi di Kedai Kopi
21 Bab 20. Sobarna, Penjual Nasi Goreng
22 Bab 22. Bertemu Dengan Kawan Lama di Club.
23 Bab. 23. Bergabung
24 Bab. 24. Isi Celengan Sobarna
25 Bab. 25. Nggak Jadi Kirim Uang
26 Bab 26. Penjahat Dijahati
27 Bab 27. Ki Gendut Ireng dan si Codet Terlelap
28 Bab 28. "Mana Dompetku, Mir?"
29 Bab 29. Di Toko Perhiasan ( POV: Gardi ).
30 Bab. 30. Masih POV Gardi
31 Bab 31. Diajak Kerjasama
32 Bab. 32 Sebelas Duabelas.
33 Bab. 33. "Harus bisa Petak Umpet dengan Pihak Yang Berwajib.
34 Bab 34. Sistem Kerjasama dengan Kang Dudung
35 Bab 35. Aksi di Angkot
36 Bab 36. Serasa Makan Buah Simalakama
37 Bab 37. "Masa Preman ngebahas Sholat,!?".
38 Bab. 38. Lanjut Beraksi
39 Bab. 39. Firasat Seorang Isteri.
40 Bab. 40. Mimpi Buruk.
41 Bab. 41. AWAL PETAKA SOBARNA. ( Part. 1 )
42 Bab 42. AWAL PETAKA SOBARNA ( Part 2 ).
43 Bab 43. Malam yang Malang
44 Bab. 44. Bagi-bagi Hasil
45 Bab. 45. Ditolong Teman.
46 Bab. 46. Lapor Polisi, diantar Anan.
47 Bab. 47.
48 Bab. 48. Berniat Pulang Kampung.
49 Bab. 49. Pulang dengan Bimbang.
50 Bab. 50. Larsih, Sosok Isteri Penyabar.
51 Bab. 51. Desa Lemburasri, Desa Terpencil.
52 Bab. 52. Pengamanan Diperketat di Kampung Lemburasri.
53 Bab. 53. Gelagat Orang yang Mencurigakan
54 Bab. 54. Sobarna Dicurigai
55 Bab. 55 Hampir Jadi Korban Salah Tangkap.
56 Bab. 56 Pulang ke Rumah tengah Malam.
57 Bab 57. Bertemu Isteri
58 Bab. 58.
59 Bab. 59. Cari Solusi
60 Bab. 60. Kecopetan.
61 Bab. 61. Rencana Pinjam Uang ke Juragan Basri.
62 Bab. 62. Bertamu ke Rumah Juragan Basri
63 Bab. 63. Pinjaman Bersyarat.
64 Bab. 64. Syarat Di Luar Nalar.
65 Bab. 65. Sebuah Janji Suci Sobarna dan Larsih.
66 Bab. 66. Keraguan pada Sobarna.
67 Bab 67. Kekhawatiran Larsih
68 Bab. 68. Tamu Tak Diundang, Minta Jaminan
69 Bab. 69. Naluri Lintah Darat
70 Bab. 70. Codet Beraksi Lagi disambut dengan Perlawanan Sobarna
71 Bab. 71. Kekuatan Do'a Sang Isteri
72 Bab. 72. Mencoba Kabur, Cari Selamat.
73 Bab. 73. Si Codet Tertangkap.
74 Bab. 74. Bertemu Lagi dengan Anan.
75 Bab. 75. Akhirnya, Sertifikat Rumah Sebagai Jaminan.
76 Bab 76. Lapak Jualan Yang Terancam Gusuran
77 Bab. 77. Larsih Melahirkan
78 Bab. 78. Jatuh Tempo
79 Bab. 79. Sebuah Pertanda dalam Mimpi
80 Bab. 80. Nyi Sumarti Mulai Menagih.
81 Bab. 81. Mencari Solusi Lain.
82 Bab. 82. Berniat menjual Lapak Dagangan
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Komplotan Perampok Dimalam Hari
2
Bab 2. Mulai Menjalankan Aksi
3
Bab 3. Hampir Kepergok Tuanrumah
4
Bab 4. Rencana hampir gagal.
5
Bab 5. Berhasil Disekap
6
Bab 6. Lepas dari Sekapan Bandit
7
Bab 7. Di Pos Ronda
8
Bab 8. Kabur
9
Bab. 9. Suasana Lemburasri Rame dan Gaduh.
10
Bab 10. Pengejaran
11
Bab 11. Anan, Jadi Sasaran Amarah
12
Bab 12. Siaga Satu
13
Bab.13. Pertarungan lawan Warga.
14
Bab. 14. Malah Bertemu Siluman
15
Bab 15. Ki Gendut Ireng dan Si Codet berusaha kabur lagi.
16
Bab 16. Anan Ketangkap
17
Bab 17. Anan diboyong ke Rumah Juragan Basri
18
Bab. 18. Anan Dibawa Kepada Pihak Berwajib.
19
Bab.19. Pindah Markas
20
Bab. 20. Informasi di Kedai Kopi
21
Bab 20. Sobarna, Penjual Nasi Goreng
22
Bab 22. Bertemu Dengan Kawan Lama di Club.
23
Bab. 23. Bergabung
24
Bab. 24. Isi Celengan Sobarna
25
Bab. 25. Nggak Jadi Kirim Uang
26
Bab 26. Penjahat Dijahati
27
Bab 27. Ki Gendut Ireng dan si Codet Terlelap
28
Bab 28. "Mana Dompetku, Mir?"
29
Bab 29. Di Toko Perhiasan ( POV: Gardi ).
30
Bab. 30. Masih POV Gardi
31
Bab 31. Diajak Kerjasama
32
Bab. 32 Sebelas Duabelas.
33
Bab. 33. "Harus bisa Petak Umpet dengan Pihak Yang Berwajib.
34
Bab 34. Sistem Kerjasama dengan Kang Dudung
35
Bab 35. Aksi di Angkot
36
Bab 36. Serasa Makan Buah Simalakama
37
Bab 37. "Masa Preman ngebahas Sholat,!?".
38
Bab. 38. Lanjut Beraksi
39
Bab. 39. Firasat Seorang Isteri.
40
Bab. 40. Mimpi Buruk.
41
Bab. 41. AWAL PETAKA SOBARNA. ( Part. 1 )
42
Bab 42. AWAL PETAKA SOBARNA ( Part 2 ).
43
Bab 43. Malam yang Malang
44
Bab. 44. Bagi-bagi Hasil
45
Bab. 45. Ditolong Teman.
46
Bab. 46. Lapor Polisi, diantar Anan.
47
Bab. 47.
48
Bab. 48. Berniat Pulang Kampung.
49
Bab. 49. Pulang dengan Bimbang.
50
Bab. 50. Larsih, Sosok Isteri Penyabar.
51
Bab. 51. Desa Lemburasri, Desa Terpencil.
52
Bab. 52. Pengamanan Diperketat di Kampung Lemburasri.
53
Bab. 53. Gelagat Orang yang Mencurigakan
54
Bab. 54. Sobarna Dicurigai
55
Bab. 55 Hampir Jadi Korban Salah Tangkap.
56
Bab. 56 Pulang ke Rumah tengah Malam.
57
Bab 57. Bertemu Isteri
58
Bab. 58.
59
Bab. 59. Cari Solusi
60
Bab. 60. Kecopetan.
61
Bab. 61. Rencana Pinjam Uang ke Juragan Basri.
62
Bab. 62. Bertamu ke Rumah Juragan Basri
63
Bab. 63. Pinjaman Bersyarat.
64
Bab. 64. Syarat Di Luar Nalar.
65
Bab. 65. Sebuah Janji Suci Sobarna dan Larsih.
66
Bab. 66. Keraguan pada Sobarna.
67
Bab 67. Kekhawatiran Larsih
68
Bab. 68. Tamu Tak Diundang, Minta Jaminan
69
Bab. 69. Naluri Lintah Darat
70
Bab. 70. Codet Beraksi Lagi disambut dengan Perlawanan Sobarna
71
Bab. 71. Kekuatan Do'a Sang Isteri
72
Bab. 72. Mencoba Kabur, Cari Selamat.
73
Bab. 73. Si Codet Tertangkap.
74
Bab. 74. Bertemu Lagi dengan Anan.
75
Bab. 75. Akhirnya, Sertifikat Rumah Sebagai Jaminan.
76
Bab 76. Lapak Jualan Yang Terancam Gusuran
77
Bab. 77. Larsih Melahirkan
78
Bab. 78. Jatuh Tempo
79
Bab. 79. Sebuah Pertanda dalam Mimpi
80
Bab. 80. Nyi Sumarti Mulai Menagih.
81
Bab. 81. Mencari Solusi Lain.
82
Bab. 82. Berniat menjual Lapak Dagangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!