Bab 7. Di Pos Ronda

Dalam waktu yang sama, Ki Gendut Ireng dan Si Codet masih berada di kamar Juragan Basri. kedua tangan si codet sudah berhasil menenteng tas yang sudah ada uang dan perhiasannya.

Sementara Ki Gendut Ireng, ia sedang mengacak-acak isi nakas barangkali masih ada simpanan uang atau barang berharga lainnya di dalam nakas.

Begitu mendengar suara teriakan minta tolong dari Juragan Basri yang sangat keras dan suara Anan yang kesakitan, Ki Gendut Ireng dan Si Codet saling tatap. Rasa takut tampak terpancar dari kedua bandit itu.

*****

#Di pos ronda.

Malam kian larut, hembusan anginnya terasa membekukan badan. Terutama bagi keempat orang yang sedang bertugas ronda yang sudah terlelap akibat pengaruh obat tidur yang ditaburkan Si Codet ke dalam termos air di saat para ronda sedang keliling kampung.

Kang Adun terbangun karena gigitan nyamuk yang menganggunya, membuat dirinya tidak bisa memejamkan matanya lagi, sepertinya pengaruh obat tidurnya juga sudah habis, lagi pula tadi kang Adun meminum air kopi hanya dua sampe tiga sendok saja. Ia tidak suka kopi. Dan sisanya Juhro yang menghabiskan.

Dilihatnya jam di dinding pos ronda menunjukkan ke angka dua.

Adun melangkahkan kaki nya mendekati kentongan yang bergelantung pada tiang pos ronda.

"troktoktoktoktoktok...

Tok...

(jeda dua detik)

Tok...

Trok tok tok tok tok tok..."

Suara kentongan dipukul dua kali oleh kang Adun. Kemudian ia melihat perapian yang hampir padam dan terisisa hanya bara nya saja. Adun melangkahkan kakinya mendekati perapian yang hampir padam tertiup angin malam. Kemudian ia menambah ranting dan dahan kayu kering ke perapian.

Beberapa menit kemudian. Api sudah menyala kembali, Adun langsung menghangatkan badannya. Ekor mata Adun menoleh pada bawah tiang Pos. Dilihatnya ada sisa singkong yang masih belum dibakar. Adun tersenyum senang.

"Wah lumayan nih. Buat mengganjal perut yang meronta saat jelang dini hari." Gumamnya.

Kemudian Adun mengambil singkong yang masih tersisa beberapa buah lagi. Sambil menunggu bakar singkingnya matang, Adun menyulutkan sebatang rokoknya yang siap dihisap. Adun menoleh pada ketiga temannya yang masih dalam mode perlombaan mendengkur.

"Hmmm... tidur kok kayak kebo saja... bagaimana kalau kampung ini nggak aman, misal ada pencurian atau bencana, kalau rondanya saja seperti ini hehehehe." Gumam Adun. Dihisapnya rokok yang sudah berapi itu. Rasa dinginnya terasa sedikit berkurang.

Beberapa menit kemudian.

"Tolooong.... Toloooong...maliiing... toloooong"

Dengan jelas, Adun mendengar suara laki-laki yang berteriak minta tolong. Adun langsung berdiri. Dipasangkanya lagi kedua telinganya, dari arah mana suara yang minta tolong itu.

"Seperti ada yang minta tolong... Tapi... dari arah mana yah, suaranya terseok-seok angin malam jadi belum jelas dari arah mana." Gumam Adun. Kemudian ia agak menjauh dari bangunan pos ronda mencari dan memastikan ingin jelas suara yang minta tolong yang barusan ia dengar.

"Tolooong... maliiing.... ada maliiiing di rumah Sayaaaaaa.....tolooong.... !!!"

Kali ini terdengar lebih jelas lagi.

"Aku rasa suaranya dari arah sebelah timur... Tapi... " Gumam Adun lagi sambil terus mendengarkan jelasnya suara teriakan minta tolong lagi.

"Hmmmm gue harus membangunkan yang lain..."

Adun melangkahkan kakinya mendekati pos ronda lagi. Dan membangunkan ketiga orang temannya yang masih terlelap.

"Juhro... Ubed... woii... bangun wooiii... bangun... ada yang minta tolong. Juhro... Juhroo.... duh ini mah kayak orang pingsan saja. Juhro... bangun woi...!!" Adun menggoyang-goyangkan badan Juhro. Juhro menggeliat, kedua matanya masih terpejam. Adun kembali lagi menggoyahkan Juhro. Ro... Juhro... bangun.... bangun... Ada yang minta tolong...Ro.. Juhrooo"

"Jam seginih mah belum buka warung lontongnya Kang Aduun. hoaaam... " Kata Juhro, matanya masih terpejam. " Lagian kalau mau berangkat ronda makan dulu Kang. Biar tidak lapar!" Sambung Juhro lagi sambil membenarkan sarungnya. Kemudian membelakangi Adun.

Melihat keadaan si Juhro yang mengigau, Adun hanya bisa geleng-geleng kelapa eh kepala. Rasa jengkel dan ingin tertawa bercampur di dadanya. Adun hanya bisa mendengus dan menarik nafas panjang.

Tiba-tiba. Adun dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang kepalanya tertutup kain sampai telinganya.

"Ha... Han...hantuuuu... !!!" Adun berteriak, kedua bola matanya hampir loncat dari wajahnya. Jantungnya serasa mau lepas. Dengan reflek, Adun memeluk Juhro yang sedang membelakanginya.

"Hai...Duuun... Aduuuun... Ini Aku... Pak Er Teeeee ... !!!" Teriak laki-laki yang barusaja datang ke Pos ronda.

Mendengar suara dari laki-laki tersebut. Adun tertegun dan ia membalikkan badanya pada suara tadi.

"Astaghfurullohaladziiim..!!" Adun beristighfar. Setelah mengucek ngucek matanya. Kemudian ia bangun dari tidurnya. Sembari cengengesan dan sedikit malu, Adun berkata.

"Hehehehe... P...pak RT... saya kira ada hantu. Hehe.. mma..maafkan Saya, Pak RT." Adun tersipu sambil menyodorkan tangan kanannya ngajak bersalaman.

"Huuuuh...emangnnya, aku kayak hantu apa? Ada-ada saja." Cetus pak RT yang langsung membalas tangan Adun.

"Hehehe...habis pak RT hanya terlihat wajah saja. Lagian, kalau malam pandangan mata saya ngeblur dan kurang jelas. Apalagi kalau di tempat yang gelap. Mata saya nggak bisa melihat." Adun kembali cengengesan sambil beralasan yang konyol dengan mengatakan matanya nggak bisa melihat jelas kalau di malam hari dan di tempat yang gelap.

"Kalau itu mah, Aku juga sama Dun. Sama-sama kurang jelas. Apalagi dalam keadaan gelap. Ada-ada saja." Pak RT sedikit menggerutu.

"O iya.. Kok Pak RT tumben. Malam-malam bahkan dini hari ginih kesini. Pulang dari mana apa sengaja?". tanya Adun.

"Sengaja Aku ke sini. Kamu denger nggak... Ada yang minta tolong. Makanya Aku langsung ke Pos, mau menanyakan siapa yang minta tolong. Tadi pas Aku di rumah, suaranya belum jelas di mana-mananya. Khawatirnya ada kejahatan atau apa yang menimpa kampung kita."Jelas Pak RT panjang lebar kali tinggi.

Tiba-tiba...

"Waduuuuh gawat...!!!" Adun memekik sambil loncat dari tempat duduknya. Pak RT juga ikut-ikutan lompat mengikuti Adun.

"A...ada apa, Duuun...!" Pak RT gugup. Badanya bergetar.

"Singkongnya gosong. Saya hampir lupa, Pak RT.."

"Astaghfirulloooooh... Hadeeeeeh... Aduuun aduuun...!! Jantungku hampir copot.!!" Pak RT menghela nafas.

*****

Lope buat kalian yah para reder...

Tinggalkan jejak jari eh jempol

Happy Reading...

Terpopuler

Comments

Fathiya Fitri

Fathiya Fitri

hahahaaha

2024-09-17

0

Rina Mes

Rina Mes

hahahaha aya aya waeeee... pasti ada kejadian lucu dan menegangkan ketika ronda
suamiku sering cerita

2024-09-14

0

Aji Wandi

Aji Wandi

jangan luma up det nya, thoooor

2024-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Komplotan Perampok Dimalam Hari
2 Bab 2. Mulai Menjalankan Aksi
3 Bab 3. Hampir Kepergok Tuanrumah
4 Bab 4. Rencana hampir gagal.
5 Bab 5. Berhasil Disekap
6 Bab 6. Lepas dari Sekapan Bandit
7 Bab 7. Di Pos Ronda
8 Bab 8. Kabur
9 Bab. 9. Suasana Lemburasri Rame dan Gaduh.
10 Bab 10. Pengejaran
11 Bab 11. Anan, Jadi Sasaran Amarah
12 Bab 12. Siaga Satu
13 Bab.13. Pertarungan lawan Warga.
14 Bab. 14. Malah Bertemu Siluman
15 Bab 15. Ki Gendut Ireng dan Si Codet berusaha kabur lagi.
16 Bab 16. Anan Ketangkap
17 Bab 17. Anan diboyong ke Rumah Juragan Basri
18 Bab. 18. Anan Dibawa Kepada Pihak Berwajib.
19 Bab.19. Pindah Markas
20 Bab. 20. Informasi di Kedai Kopi
21 Bab 20. Sobarna, Penjual Nasi Goreng
22 Bab 22. Bertemu Dengan Kawan Lama di Club.
23 Bab. 23. Bergabung
24 Bab. 24. Isi Celengan Sobarna
25 Bab. 25. Nggak Jadi Kirim Uang
26 Bab 26. Penjahat Dijahati
27 Bab 27. Ki Gendut Ireng dan si Codet Terlelap
28 Bab 28. "Mana Dompetku, Mir?"
29 Bab 29. Di Toko Perhiasan ( POV: Gardi ).
30 Bab. 30. Masih POV Gardi
31 Bab 31. Diajak Kerjasama
32 Bab. 32 Sebelas Duabelas.
33 Bab. 33. "Harus bisa Petak Umpet dengan Pihak Yang Berwajib.
34 Bab 34. Sistem Kerjasama dengan Kang Dudung
35 Bab 35. Aksi di Angkot
36 Bab 36. Serasa Makan Buah Simalakama
37 Bab 37. "Masa Preman ngebahas Sholat,!?".
38 Bab. 38. Lanjut Beraksi
39 Bab. 39. Firasat Seorang Isteri.
40 Bab. 40. Mimpi Buruk.
41 Bab. 41. AWAL PETAKA SOBARNA. ( Part. 1 )
42 Bab 42. AWAL PETAKA SOBARNA ( Part 2 ).
43 Bab 43. Malam yang Malang
44 Bab. 44. Bagi-bagi Hasil
45 Bab. 45. Ditolong Teman.
46 Bab. 46. Lapor Polisi, diantar Anan.
47 Bab. 47.
48 Bab. 48. Berniat Pulang Kampung.
49 Bab. 49. Pulang dengan Bimbang.
50 Bab. 50. Larsih, Sosok Isteri Penyabar.
51 Bab. 51. Desa Lemburasri, Desa Terpencil.
52 Bab. 52. Pengamanan Diperketat di Kampung Lemburasri.
53 Bab. 53. Gelagat Orang yang Mencurigakan
54 Bab. 54. Sobarna Dicurigai
55 Bab. 55 Hampir Jadi Korban Salah Tangkap.
56 Bab. 56 Pulang ke Rumah tengah Malam.
57 Bab 57. Bertemu Isteri
58 Bab. 58.
59 Bab. 59. Cari Solusi
60 Bab. 60. Kecopetan.
61 Bab. 61. Rencana Pinjam Uang ke Juragan Basri.
62 Bab. 62. Bertamu ke Rumah Juragan Basri
63 Bab. 63. Pinjaman Bersyarat.
64 Bab. 64. Syarat Di Luar Nalar.
65 Bab. 65. Sebuah Janji Suci Sobarna dan Larsih.
66 Bab. 66. Keraguan pada Sobarna.
67 Bab 67. Kekhawatiran Larsih
68 Bab. 68. Tamu Tak Diundang, Minta Jaminan
69 Bab. 69. Naluri Lintah Darat
70 Bab. 70. Codet Beraksi Lagi disambut dengan Perlawanan Sobarna
71 Bab. 71. Kekuatan Do'a Sang Isteri
72 Bab. 72. Mencoba Kabur, Cari Selamat.
73 Bab. 73. Si Codet Tertangkap.
74 Bab. 74. Bertemu Lagi dengan Anan.
75 Bab. 75. Akhirnya, Sertifikat Rumah Sebagai Jaminan.
76 Bab 76. Lapak Jualan Yang Terancam Gusuran
77 Bab. 77. Larsih Melahirkan
78 Bab. 78. Jatuh Tempo
79 Bab. 79. Sebuah Pertanda dalam Mimpi
80 Bab. 80. Nyi Sumarti Mulai Menagih.
81 Bab. 81. Mencari Solusi Lain.
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 Komplotan Perampok Dimalam Hari
2
Bab 2. Mulai Menjalankan Aksi
3
Bab 3. Hampir Kepergok Tuanrumah
4
Bab 4. Rencana hampir gagal.
5
Bab 5. Berhasil Disekap
6
Bab 6. Lepas dari Sekapan Bandit
7
Bab 7. Di Pos Ronda
8
Bab 8. Kabur
9
Bab. 9. Suasana Lemburasri Rame dan Gaduh.
10
Bab 10. Pengejaran
11
Bab 11. Anan, Jadi Sasaran Amarah
12
Bab 12. Siaga Satu
13
Bab.13. Pertarungan lawan Warga.
14
Bab. 14. Malah Bertemu Siluman
15
Bab 15. Ki Gendut Ireng dan Si Codet berusaha kabur lagi.
16
Bab 16. Anan Ketangkap
17
Bab 17. Anan diboyong ke Rumah Juragan Basri
18
Bab. 18. Anan Dibawa Kepada Pihak Berwajib.
19
Bab.19. Pindah Markas
20
Bab. 20. Informasi di Kedai Kopi
21
Bab 20. Sobarna, Penjual Nasi Goreng
22
Bab 22. Bertemu Dengan Kawan Lama di Club.
23
Bab. 23. Bergabung
24
Bab. 24. Isi Celengan Sobarna
25
Bab. 25. Nggak Jadi Kirim Uang
26
Bab 26. Penjahat Dijahati
27
Bab 27. Ki Gendut Ireng dan si Codet Terlelap
28
Bab 28. "Mana Dompetku, Mir?"
29
Bab 29. Di Toko Perhiasan ( POV: Gardi ).
30
Bab. 30. Masih POV Gardi
31
Bab 31. Diajak Kerjasama
32
Bab. 32 Sebelas Duabelas.
33
Bab. 33. "Harus bisa Petak Umpet dengan Pihak Yang Berwajib.
34
Bab 34. Sistem Kerjasama dengan Kang Dudung
35
Bab 35. Aksi di Angkot
36
Bab 36. Serasa Makan Buah Simalakama
37
Bab 37. "Masa Preman ngebahas Sholat,!?".
38
Bab. 38. Lanjut Beraksi
39
Bab. 39. Firasat Seorang Isteri.
40
Bab. 40. Mimpi Buruk.
41
Bab. 41. AWAL PETAKA SOBARNA. ( Part. 1 )
42
Bab 42. AWAL PETAKA SOBARNA ( Part 2 ).
43
Bab 43. Malam yang Malang
44
Bab. 44. Bagi-bagi Hasil
45
Bab. 45. Ditolong Teman.
46
Bab. 46. Lapor Polisi, diantar Anan.
47
Bab. 47.
48
Bab. 48. Berniat Pulang Kampung.
49
Bab. 49. Pulang dengan Bimbang.
50
Bab. 50. Larsih, Sosok Isteri Penyabar.
51
Bab. 51. Desa Lemburasri, Desa Terpencil.
52
Bab. 52. Pengamanan Diperketat di Kampung Lemburasri.
53
Bab. 53. Gelagat Orang yang Mencurigakan
54
Bab. 54. Sobarna Dicurigai
55
Bab. 55 Hampir Jadi Korban Salah Tangkap.
56
Bab. 56 Pulang ke Rumah tengah Malam.
57
Bab 57. Bertemu Isteri
58
Bab. 58.
59
Bab. 59. Cari Solusi
60
Bab. 60. Kecopetan.
61
Bab. 61. Rencana Pinjam Uang ke Juragan Basri.
62
Bab. 62. Bertamu ke Rumah Juragan Basri
63
Bab. 63. Pinjaman Bersyarat.
64
Bab. 64. Syarat Di Luar Nalar.
65
Bab. 65. Sebuah Janji Suci Sobarna dan Larsih.
66
Bab. 66. Keraguan pada Sobarna.
67
Bab 67. Kekhawatiran Larsih
68
Bab. 68. Tamu Tak Diundang, Minta Jaminan
69
Bab. 69. Naluri Lintah Darat
70
Bab. 70. Codet Beraksi Lagi disambut dengan Perlawanan Sobarna
71
Bab. 71. Kekuatan Do'a Sang Isteri
72
Bab. 72. Mencoba Kabur, Cari Selamat.
73
Bab. 73. Si Codet Tertangkap.
74
Bab. 74. Bertemu Lagi dengan Anan.
75
Bab. 75. Akhirnya, Sertifikat Rumah Sebagai Jaminan.
76
Bab 76. Lapak Jualan Yang Terancam Gusuran
77
Bab. 77. Larsih Melahirkan
78
Bab. 78. Jatuh Tempo
79
Bab. 79. Sebuah Pertanda dalam Mimpi
80
Bab. 80. Nyi Sumarti Mulai Menagih.
81
Bab. 81. Mencari Solusi Lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!