Setelah mereka tenang kembali, Reno dan Dewi kembali duduk di tepi ranjang, Felis yang terbangun juga duduk sambil mengucek matanya. “Tap...tap...tap,” terdengar langkah kaki di balik lemari, sepertinya ada beberapa orang masuk ke dalam kamar Reno.
“Kita keluar Wi, Fel,” ujar Reno sambil melihat Dewi dan Felis.
Keduanya mengangguk, Reno dan Dewi berjalan ke meja, mereka mendorong meja, “greeek,” lemari mulai bergeser, “tap..tap..tap,” terdengar langkah kaki mendekat, “ckrek,” terdengar suara senapan di angkat. Reno menoleh Dewi dan menggangguk, Reno menunduk menggendong Felis dan menggandeng tangan Dewi, mereka berjalan keluar lemari,
“Siapa ?” teriak seorang wanita berpakaian tentara sambil menodongkan senapan burunya.
“Jangan tembak, kita orang bukan zombie,” balas Reno.
Wanita itu menurunkan senjatanya dan pria yang juga menodongkan senjatanya di sebelah wanita itu juga menurunkan senjata mereka.
“Komandan, mereka di sini,” ujar sang wanita di ht yang di sematkan di pundaknya.
“Brak,” Faizal masuk membuka pintu dengan kencang, dia langsung berlari masuk dan berdiri di depan Reno, Dewi dan Felis yang di gendong Reno. Tanpa basa basi lagi, dia merentangkan tangannya dan langsung memeluk ketiganya, setelah Faizal melepaskan pelukannya,
“Sekarang kalian harus ikut dengan saya, situasi di daerah ini semakin gawat, cepat bersiap siap dan kita pergi ke pos sementara kita,” ujar Faizal.
“Baik pak, di stasiun kan ?” tanya Reno.
“Bukan, pos kita di stasiun sudah hancur, kita mundur ke penjara dan memperluas perimeter pertahan kita di sana, cepat bergerak, kita harus cepat,” jawab Faizal.
Reno dan Dewi langsung berlarian membereskan barang barang mereka, setelah selesai dan ketika keluar kamar, Reno melihat pagar depan rumahnya yang seperti benteng sudah hancur dan sebuah kendaraan baja terparkir di depannya, Faizal mengajak mereka keluar dari rumah, ketika keluar Reno mendadak tertegun karena mobil baja itu melindas motor nya,
“Waaaa motor gue,” ujar Reno.
“Udeh sih, semua udah di bawa belom ?” tanya Dewi.
“Tas gue dan tas lo ama Felis udah beres,” jawab Reno memperlihatkan punggungnya dan mengangkat tas di tangannya.
“Ayo semua naik ke mobil,” ujar Faizal sambil membuka pintu mobil baja itu.
“Motor...gue...hiks,” ujar Reno meratapi motornya yang sudah tumbang terbelah dua sambil berjalan menuju pintu mobil.
“Lo malah mikirin motor, cepetan naik,” ujar Dewi yang menggendong Felis.
Dewi mengangkat Felis dan masuk ke dalam, Felis di sambut oleh tentara wanita di dalam, Reno membantu Dewi naik ke atas, lalu sebelum dia memanjat naik, dia menoleh melihat rumahnya, rumah yang selama ini menampungnya dan penuh kenangan baginya, Reno tersenyum dan dalam hatinya dia mengucapkan terima kasih kepada rumahnya,
“Oi cepet Ren,” teriak Dewi dari dalam sambil menjulurkan tangannya.
Reno melihat Dewi dan tersenyum, dia menjulurkan tangannya meraih tangan Dewi dan memanjat naik ke dalam mobil.
“Sudah siap semua ya,” ujar tentara yang mengemudikan mobil.
“Jalan, Lukman,” ujar Faizal yang duduk di depan.
“Siap ndan,” balas Lukman.
Lukman menyalakan mesinnya, mobil mulai bergerak mundur dan “brak,” ekor mobil menabrak dinding tinggi rumah di sebrangnya. Mobil berbelok dan langsung melaju keluar dari gang ke jalan raya. Di jalan raya, Reno, Dewi dan Felis saling bergenggaman tangan karena ternyata banyak api yang membakar ruko ruko di sekitarnya dan terdengar suara tembakan, terlihat para tentara yang sedang menembaki zombie zombie yang berjumlah ratusan bahkan ribuan sedang maju ke arah mereka.
“Semua personel, mundur dan jaga perimeter,” teriak Faizal di ht miliknya.
Dari kejauhan, terlihat para tentara mulai berlarian naik ke mobil jip, mobil baja dan mobil suv mereka kemudian berjalan mengikuti arah mobil yang di naiki Faizal, Reno, Dewi dan Felis.
“Ternyata segawat ini di luar ya ?” tanya Reno.
“Benar, kalian beruntung masih bisa di evakuasi, oh ya kenalkan nama saya Ajeng,” ujar Ajeng tentara wanita yang bersama Reno, Dewi dan Felis di belakang.
“Saya Dewi, mba Ajeng, dia Reno dan yang kecil adik kita Felis,” ujar Dewi.
Reno sedikit kaget karena Dewi memperkenalkan Felis sebagai adik kita dan bukan adiknya, dia tersenyum dan menoleh keluar jendela.
“Oh kalian kakak beradik ya ?” tanya Ajeng.
“Iya, bisa di bilang begitu, tapi sebenarnya dia tunangan saya,” jawab Dewi sambil memegang pundak Reno.
“Hah...bentar Wi,” ujar Reno.
Reno menarik Dewi dan berbisik di telinganya, “tunangan ? lo ga salah ?” tanya Reno di telinga Dewi.
“Enggak lah, nyokap lo suruh gue pake cincin, bokap lo suruh lo pake cincin, kita tunangan dan kakek nenek memakaikan cincin pada Felis yang adalah adik kita bersama, bener kan,” ujar Dewi.
“Lah lo ngartiinnya kayak gitu ya,” balas Reno.
“Udeh sih, hal kecil ga usah di bahas,” balas Dewi.
“Ini bukan hal kecil buat gue,” balas Reno.
“Wah enak ya,” ujar Ajeng.
“Jeng, tolong jangan terlalu banyak bicara,” tegur Faizal.
“Siap ndan, maaf,” balas Ajeng.
“Oh ya pak Faizal, sebenarnya apa sih yang menyebabkan kita dalam situasi ini ? saya tidak tahu soalnya waktu itu saya pulang sekolah normal normal saja, malamnya langsung sepi dan semua orang jadi zombie,” tanya Reno kepada Faizal.
“Semuanya memang terjadi secara mendadak, di luar negeri, virus sudah merebak seminggu sebelumnya dan sudah menjadi pandemi, pemerintah kita menanganinya seperti ketika pandemi covid 19 dan tidak membuka masalah ini ke masyarakat, tapi ternyata sangat berbeda dan tiba tiba semua sudah tertular, kita dari militer tidak mengantisipasi sama sekali kejadian ini dan terlambat bertindak, setelah lima atau enam hari baru kita bergerak mengatasi situasi yang sudah parah, maafkan kami,” jawab Faizal.
“Penularannya melalui udara ya pak ?” tanya Reno.
“Tidak, ketika tergigit, cairan dari tubuh zombie masuk ke dalam tubuh manusia dan langsung merubah manusia itu menjadi zombie hanya dalam beberapa menit saja, awal merebaknya virus terjadi di tanah abang, yang membawanya seorang berkebangsaan asing yang tiba tiba jatuh pingsan bersimbah darah, karena kita awalnya memperlakukan orang orang yang menjadi zombie itu seperti sakit biasa saja di tambah ada beberapa korban yang membawa sanak keluarganya yang tertular ke rumah sakit, penularan terjadi sangat cepat dan langsung mewabah menelan seluruh kota,” jawab Faizal.
“Begitu ya,” ujar Reno sambil menoleh melihat Dewi.
“Apa hanya di jakarta saja pak ?” tanya Dewi.
“Untuk itu saya tidak tahu, sebab komunikasi kita terputus dengan garnisun di luar kota dan luar pulau, ada kemungkinan seluruh indonesia sudah tenggelam dalam badai zombie,” ujar Faizal.
“Mengerikan,” ujar Dewi.
“Seperti di film...tidak percaya semua ini terjadi di dunia nyata,” ujar Reno.
“Itulah yang menyebabkan kenapa masyarakat kita menganggap remeh dan tidak mengantisipasi nya, ketika menyadari kalau yang terjadi sekarang adalah nyata dan bukan film, semua sudah terlambat, jujur saja, saya juga sama seperti masyarakat pada umumnya yang berpikir tidak mungkin ada zombie dan pasti semua hanya settingan orang orang yang ingin mengacaukan indonesia,” balas Faizal.
“Begitu ya pak,” ujar Reno.
“Tapi kalian hebat, seminggu ini kalian bisa bertahan,” ujar Faizal.
“Gimana ya pak, ada yang bantu kita sih,” balas Reno.
Reno menoleh ke jendela dan melihat, yang dia lihat hanyalah pemandangan kota yang gelap tanpa penghuni dan api api yang muncul di jalan karena mobil atau motor yang terbakar. Tapi ada pemandangan lain yang di lihat Reno, banyak sekali makhluk makhluk mengerikan yang tidak bisa di lihat orang lain berkeliaran tak menentu di jalan yang sedang mereka lewati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments