Sentuhan

"Hei, bisakah kalian tidak menarik tanganku, ini sakit."

"Suruh sapa kamu ditelefon tidak bisa, apakah kamu tau?, Dhefin bangun dan mencarimu, dan dia tidak mau makan kalau bukan kamu yang menyuapinya."

"Apa?, jadi Dhefin belum makan sampai siang ini?"

"Kamu pikir."

"Ayo kita pergi."

"Cassandra kamu mau kemana?"

"Aku ada urusan Kev."

"Aku saja yang mengantarmu."

"Aku yang akan mengantarnya."

"Aku sahabatnya, jadi aku yang berhak mengantarkan, tidak sepertimu."

"Apakah kamu ngajak bertengkar?"

Danial sudah menggulung bajunya, dia sudah siap menghantam Kevin, namun ketika dia melayangkan tinjunya pada Kevin, Cassandra sudah menahan tangannya.

"Bukankah kamu bilang kalau Dhefin belum makan, dan sekarang kamu sendiri yang memperlambatnya."

"Kau beruntung bocah."

"Ayo cepat."

"Baiklah baiklah."

Danial mengemudi sangat cepat, karena dia ingin cepat sampai di rumahnya, dan sekaligus memberikan pelajaran pada Cassandra. Namun Cassandra tidak bereaksi apapun.

'Apakah dia seorang manusia?, bahkan ketika aku bersama Tomy (tangan kanan Danial) pun dia berteriak tidak jelas, dan dia... dia hanya diam tidak bereaksi apapun. Lumayan juga, kita tunggu nanti, aku akan melakukan hal yang lain.' batin Danial.

Mareka sampai di rumah Danial, Cassandra langsung turun dan berlari ke arah pintu, namun kemudian dia mundur lagi, Danial bingung melihatnya, karena gadis itu tadinya bersemangat untuk bertemu dengan Dhefin dan sekarang malah mundur. Danial datang menghampirinya.

"Kenapa diam saja?, apakah ada sesuatu?"

"Aku ingin masuk, tapi aku tidak tau kamar Dhefin."

"Bukankah tadi pagi kamu bisa ke dapur sendiri?"

"Itu karena ada pelayan yang membantuku."

"Ya sudah ikut aku."

"Lagian ngapain sih buat rumah segede jaban kek gini, dan yang tinggal di dalamnya hanya kamu dan Dhefin."

"Karena aku ingin sekali rumah ini ramai dengan anak-anakku."

"Lalu kenapa hanya ada Dhefin saja?, kamu kan bisa membuat lebih banyak dengan istrimu."

"BISAKAH MULUTMU DIAM."

"Gak perlu marah juga kalik, lagian aku tidak bicara sembarangan."

"KAMU TUH."

Danial hendak memukul Cassandra, namun dia tidak jadi memukul Cassandra, dia malah memukul tembok di belakang Cassandra.

"Hei, apa yang kamu lakukan?, lihatlah tanganmu berdarah."

"Bukan urusanmu."

"Gak usah berisik deh, sini."

"Mau apa kamu?"

"Mau memotong tanganmu, sudah tau aku memegang P3K dan kamu masih bertanya apa yang akan aku lakukan padamu."

Cassandra membersihkan luka Danial, Danial heran kenapa dia malah merasa nyaman menyentuh gadis ini, biasanya dia akan merasa risih dan tidak enak.

'Kenapa bisa begini?, apakah penyakitku sudah sembuh?' batin Danial.

Danial memiliki trauma terhadap wanita sejak pacarnya pergi dan memberikan Dhefin padanya. Dia akan merasa risih dan tidak nyaman, namun kenapa dengan Cassandra?, apakah dia adalah obat dari penyakit Danial.

🌸🌸🌸🌸🌸

Cassandra pergi ke kamar Dhefin, dia di antar oleh pelayan, karena setelah di obati, Danial malah terdiam. Cassandra langsung masuk ke kamar Dhefin, Dhefin yang melihat Cassandra pun langsung menangis.

"Cassy kamu jahat, kenapa kamu meninggalkan aku." (sambil menangis)

"Maaf kan aku Dhefin, aku harus pergi ke kampus, maaf ya."

"Aku tidak mau memaafkanmu."

"Maaf kan aku ya."

"Tidak."

"Baiklah, bagaimana caranya supaya kamu mau memaafkan aku."

"Kamu sudah berjanji untuk mengajakku makan di luar, tapi kamu membatalkannya."

"Baiklah, aku akan mengajakmu makan diluar setelah kamu sembuh, bagaimana?"

"Akan aku pertimbangkan."

Cassandra tersenyum, dia tersenyum akibat perkataan Dhefin, karena dia tadinya sangat marah, tapi apa ini, dia langsung memaafkan nya hanya dengan makan diluar?, itu sangat lucu.

"Ya sudah, aku mau menyiapkan bubur untukmu."

"Aku tidak suka bubur."

"Kenapa?, bubur itu enak loh, lagian kamu sedang sakit, jadi belum bisa makan makanan yang berat."

"Bubur itu tidak enak."

"Apakah kamu meragukan aku, aku ini chef profesional. Aku akan buatkan kamu bubur yang sangat enak di dunia, apakah kamu mau mencobanya."

"Apakah akan seenak itu?"

"Tentu saja."

"Baiklah, tapi cepat sedikit ya, aku sangat lapar."

"Jika kamu lapar kenapa kamu tidak mau makan."

"Aku hanya ingin disuapi olehmu."

"Baiklah, aku pergi dulu ya."

Cassandra mencium dahi Dhefin sebelum pergi, kemudian dia pergi ke dapur untuk membuat bubur. Dia melirik sebentar ke tempat Danial, dan dia terkejut melihatnya.

'Kenapa dengannya, kenapa dia diam saja, apakah itu terlalu sakit?, sepertinya aku tidak terlalu keras ketika mengobatinya. Atau mungkin kepalanya juga terluka, aku harus memastikan.' batin Cassandra.

Cassandra menuju tempat dimana Danial duduk, dia menempelkan tangannya ke dahi Danial, Danial yang terkejut pun menahan tangan Cassandra.

"Apa yang mau kamu lakukan."

"Aku hanya ingin memeriksa mu, aku pikir kepalamu juga terbentur."

"Kenapa begitu?"

"Lalu kenapa kamu bengong saja dari tadi?, ya sudah kalau kamu tidak apa-apa, aku mau pergi ke dapur dulu."

"Ngapain?"

"Mau mandi, masih nanya lagi. Orang kalau ke dapur ya pastinya masak lah."

"Dimana Dhefin?"

"Dikamar nya."

Cassandra pergi dan membuatkan bubur untuk Dhefin, dia kembali ke kamar Dhefin ketika selesai memasak.

"Ayo Dhefin kita makan."

Dhefin tampak ragu melihat bubur itu, dia tidak yakin bahwa rasa bubur itu enak, karena baginya bubur itu adalah makanan paling tidak enak di dunia. Dia ingin sekali menolaknya, namun dia melihat ekspresi Cassandra yang sepertinya ingin dia mencoba buburnya.

'Sudahlah, Cassy sudah bersusah payah membuatnya aku harus menghargainya.' batin Dhefin.

Dhefin pun memakan bubur yang di suapi Cassandra, dia sangat terkejut ketika bubur itu menyentuh lidahnya.

'Apakah ini bubur?, kenapa bisa seenak ini?'

"Cassy."

"Ya."

"Apa yang kamu masukkan pada bubur ini, kenapa rasanya berbeda?"

"Itu karena ada 2 faktor, apakah kamu mau tau?"

"Tentu saja."

"Baiklah, yang pertama karena kamu lapar, dan yang kedua, itu karena aku yang memasaknya."

"Kenapa memang jika kamu yang memasaknya."

"Karena aku Cassy, ibu dari Dhefin."

Dhefin terdiam mendengar hal itu, dia tidak tau Cassandra sedang bercanda atau serius, tapi dia berharap bahwa Cassandra adalah ibunya.

"Apakah itu benar?"

"Bukankah sudah jelas, aku memperkenalkan diriku kepada teman-temanmu sebagai ibumu kan?"

"Jangan bercanda Cassy, aku bertanya yang sebenarnya, apakah kamu benar-benar ibu kandungku?"

"Maafkan aku Dhefin, aku baru saja bertemu denganmu, bagaimana mungkin aku ibumu."

"Lalu siapa ibuku?"

"Aku tidak tau Dhefin, hanya ayahmu lah yang tau."

"Tidak bisakah kamu menjadi ibuku Cassy."

"Apakah kamu menginginkannya?"

"Ya, aku sangat ingin memiliki ibu, terlebih jika itu kamu."

"Baiklah jika itu kemauan mu, aku bersedia menjadi ibumu."

"Apakah itu benar Cassy?"

"Ya tentu saja."

"Aku akan memanggilmu Mama, bolehkan?"

"Sesuai kemauan mu putraku." (sambil memeluk Dhefin)

'Akhirnya aku bisa memiliki ibu, walaupun Cassy bukan ibu kandungku, tapi dia jauh lebih baik dari pada ibu kandungku yang meninggalkan aku. Aku harap Cassy tidak akan meninggalkan aku, aku akan ikut dia jika ayah menyuruh Cassy pergi, karena aku tidak mau kehilangan ibuku yang ke dua kalinya.' batin Dhefin.

Danial yang melihat pemandangan itu dari balik pintu merasa tersentuh, dia merasa bersalah kepada Dhefin.

'Dhefin, maafkan aku yang tak pantas menjadi ayahmu, aku tidak bisa memberikan kamu keluarga yang sempurna.' batin Danial.

🌸🌸🌸🌸🌸

Setelah selesai makan, Cassandra memberikan Dhefin obatnya, dia ingin Dhefin cepat pulih dan bisa pergi keluar bersamanya. Dhefin yang sudah minum obat pun merasa ngantuk, dia meminta Cassandra untuk tidur bersamanya. Cassandra memeluk Dhefin sambil tertidur, mereka terlihat seperti seorang ibu dan anak yang sedang tertidur. Danial berniat untuk membuat perhitungan dengan Cassandra, namun ketika melihatnya tertidur dengan Dhefin, dia mengurungkan niatnya.

'Aku akan membuat perhitungan denganmu lain kali, awas saja kau.'

Dia menghampiri mereka berdua, lalu dia mencium kening Dhefin, dia dapat melihat senyuman di wajah Dhefin ketika dia tertidur.

"Apakah kamu merasa senang berada disisinya, aku harap dia dapat membantumu merasakan kasih sayang seorang ibu. Selamat tidur Dhefin, mimpi yang indah ya."

Danial pergi meninggalkan kamar Dhefin, dia langsung di sambut oleh Tomy. Dia berdiri di depan pintu kamar Dhefin dengan membawa berbagai macam dokumen.

"Tuan anda harus pergi ke kantor untuk mengurus semua dokumen-dokumen ini."

"Baiklah ayo kita pergi. Jangan ada yang masuk kedalam." perintah Danial kepada pelayannya.

Danial pergi ke kantornya, setelah beberapa saat, ada wanita yang datang kerumahnya, dia bilang ingin bertemu dengan Danial. Namun pelayan Danial tidak memberinya masuk, dia terus berteriak memanggil Danial.

"Hei lepaskan aku, apakah kalian tidak mengenalku?, aku adalah tunangan majikan kalian, aku tunangan Danial. Apakah kalian tidak tau?, jika kalian berani menghalangiku aku tidak akan segan memanggil Danial untuk memecat kalian semua." ucap Aleena.

"Maaf nona, tuan bilang tidak boleh siapapun masuk ke rumahnya tanpa seizin dia, terlebih lagi seorang wanita."

"Apakah kamu tidak dengar, aku adalah tunangannya, calon istrinya, calon nyonya di rumah ini, apakah begini cara kalian memperlakukan aku?"

"Maaf nona tapi kami tidak bisa membiarkan Anda masuk."

Di tempat lain

Cassandra terbangun karena mendengar suara keributan di luar, dia berniat ingin memeriksanya, karena dia takut itu akan menggangu istirahat Dhefin. Dia turun perlahan dari kasur, dia tidak ingin Dhefin terbangun karenanya, dia pergi menuju asal suara itu.

"Apakah kamu tidak dengar, aku adalah tunangannya, calon istrinya, calon nyonya di rumah ini, apakah begini cara kalian memperlakukan aku?"

"Maaf nona tapi kami tidak bisa membiarkan Anda masuk."

"Ada apa ini, kenapa ribut sekali." ucap Cassandra.

"Siapa perempuan ini?, kenapa dia bisa masuk, sedangkan aku yang tunangannya tidak boleh."

"Maaf nona, tapi nona Cassandra dibawa oleh tuan sendiri."

"Apa kamu bilang?"

Aleena langsung masuk dan menarik rambut Cassandra, dia mencakarnya dan menghina Cassandra, Cassandra ingin melawan tapi wanita itu menarik rambutnya terlalu keras sehingga dia tidak bisa melakukan perlawanan. Pelayan Danial berusaha menghentikan Aleena, namun tidak berhasil, pelayan yang lain berusaha menelfon Danial, dan tidak butuh waktu lama Danial pun datang.

"Ada apa ini."

Jangan lupa like komen dan vote ya......

Terimakasih sudah membaca:)

Terpopuler

Comments

Rezza Handira

Rezza Handira

like back ya kak yuk

2020-10-06

2

Tika

Tika

Keras kepalanya kelewatan itu bapak sama anak 😒

2020-09-28

1

Hiatus

Hiatus

hai kaka aku mampir bawa 5 like buatmu semangat up nya ya


salam dari
IMMORTALS BLOOD
MY DESTINY

2020-09-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!