Cassandra tertidur di kamar Dhefin dengan posisi duduk, Danial yang melihatnya merasa kasian, tapi dia bingung, kenapa dua orang ini begitu dekat, padahal mereka baru saja bertemu, tapi mereka kelihatan seperti ibu dan anak.
Danial menutup pintu kamar Dhefin, dia memerintahkan pelayanannya supaya tidak ada yang menggangu mereka berdua.
Dhefin terbangun dari tidurnya, dia membuka matanya dan melihat Cassandra berada di sampingnya, dia menyentuh kepala Cassandra.
'Apakah kamu ibuku?, kenapa kamu sangat baik kepadaku?. Aku merasa kita sepertinya memiliki suatu ikatan, aku selalu merasa aman jika bersamamu Cassy, bisakah kamu menjadi ibuku?, aku ingin sekali memiliki seorang ibu.' Batin Dhefin.
"Cassy."
Cassandra terbangun karena mendengar suara Dhefin, dia langsung bangun dan memeriksa keadaan Dhefin.
"Apakah kamu butuh sesuatu?, apakah ada yang sakit?, dimana?, tunggu sebentar aku akan memanggilkan dokter."
"Tidak Cassy, aku hanya membutuhkanmu."
"Baiklah, aku akan tetap di sini menjagamu, tidurlah, jangan hawatir aku tidak akan meninggalkanmu."
Cassandra memeluk Dhefin, lalu Dhefin pun yang merasakan kehangat pelukan seorang ibu itu pun tertidur. Cassandra menidurkan Dhefin di kasur, lalu dia pergi ke dapur untuk membuatkan Dhefin bubur.
'Dimana dapurnya, kenapa rumah ini luas sekali?, rasanya seperti labirin, semoga saja aku tidak tersesat.' batin Cassandra.
"Nona, anda mau kemana?"
"Aku ingin pergi ke dapur, apakah kamu bisa menunjukkan jalannya padaku?"
"Tentu saja nona, silahkan lewat sini."
"Oke."
Cassandra pun mengikuti arahan pelayan itu, dan akhirnya dia sampai di dapur.
'Astaga, apakah ini sebuah dapur, kenapa seperti dapur di restoran tempat aku bekerja, oh tidak ini bahkan lebih luas, sepertinya aku akan betah jika berlama-lama di dapur ini.'
"Mau apa kamu?"
"Bukan urusanmu."
"Tidak bisakah kamu sopan terhadapku."
Cassandra memang gadis yang baik dan polos, namun jika sudah berhadapan dengan orang macam Danial, dia akan menunjukkan sifat tegasnya.
Cassandra tidak mendengarkan omongan Danial, dia lewat begitu saja menuju dapur.
"Hei, apakah kamu mengabaikan ku?"
'Dasar gadis gila, tidak ada seorangpun yang berani mengabaikan aku, dan apa ini, aku di abaikan oleh gadis cupu ini?' batin Danial.
"Bisakah kamu diam, ini masih pagi dan kamu sudah marah-marah tidak jelas."
"Suruh sapa kamu mengabaikan ku."
"Diamlah, aku sedang buru-buru, aku harus membuatkan Dhefin bubur, kemudian aku harus pulang kerumah, aku ada kelas nanti siang."
"Apakah kamu mau meninggalkan Dhefin sendiri?"
"Aku tidak ingin melakukan itu, tapi aku harus mencari pinjaman terlebih dahulu, aku masih harus membayar uang kuliahku."
"Apakah kamu butuh uang?"
"Tentu saja, semua orang butuh uang."
"Baiklah, kamu tinggal menjadi pembantuku, kamu akan mendapatkan uang seperti yang ada di brosur itu."
"Maaf, jika untuk menjadi pembantumu aku tidak ingin, aku di sini karena Dhefin, jika aku bekerja pun itu untuk Dhefin, bukan untukmu."
"Tapi yang membayar mu itu aku, bukan Dhefin."
'Itu benar, jika aku menolaknya bagaimana dengan nasib kuliahku, tapi aku tidak bisa menjadi pembantunya, bisa mati aku disiksa olehnya.'
"Ku akan memberi mu waktu untuk memikirkannya."
'Bagaimana ini, apakah harus aku terima?, sepertinya aku tidak memiliki pilihan lain.'
"Baiklah, aku mau menjadi pembantumu, tapi aku ingin di bayar sekarang juga."
"Tidak masalah."
'Lihat saja nanti gadis kecil, aku akan membuatmu tersiksa.' batin Danial.
Kampus
"Hai Cassandra."
"Hai Kevin."
"Bagaimana?, apakah kamu sudah membayar uang kampusmu?"
"Ya aku sudah membayarnya."
"Bagaimana bisa?, dapat darimana kamu uang sebanyak itu?, apakah...."
"Hei, aku tidak mungkin melakukan hal itu."
"Lalu dapat dari manakah uang sebanyak itu?"
"Aku diterima bekerja sebagai pembantu di kediaman Bramantyo."
"Apa?, bagaimana mungkin?, bukankah tantangan yang mereka berikan sangat susah?"
"Apakah kamu meragukan kemampuan sahabatmu ini?"
"Tentu saja tidak, aku hanya penasaran, bagaimana bisa orang sepertimu di terima di kediaman Bramantyo?"
"Memangnya apa yang salah dariku, aku cantik, manis dan juga imut. Kurang apalagi coba."
'Ya kamu memang benar Cassandra, aku saja sudah tidak kuat lama-lama berada di sampingmu, dadaku terus bergetar, aku harap kamu tau tentang perasaanku.'
"Halah, cantik dari mananya, ya kamu memang cantik, tapi kalau dilihat dari menara Eiffel." (sambil tertawa)
"Apa kamu bilang?, awas saja ku Kevin."
Kevin dan Cassandra kejar-kejaran di kampus, mereka terlihat sangat bahagia, namun ada seseorang yang menatapnya tidak suka.
🌸🌸🌸🌸🌸
Dhefin terbangun dari tidurnya, dia tidak menemukan keberadaan Cassandra, dia memanggil semua pelayannya, dia meminta mereka untuk menemukan Cassynya.
"Dimana Cassy?"
"Maaf tuan muda, nona Cassandra sudah pulang, tuan muda istirahat dulu, anda masih belum sembuh, apakah anda ingin sarapan?"
"Tidak mau, aku hanya ingin Cassy, cepat kalian bawa Cassy ke sini."
"Tapi tuan, nona Cassandra sedang berada di sekolahnya, dia bilang dia akan datang ketika sudah selesai. Sebelum pergi dia membuatkan bubur untuk anda, tuan muda makan dulu ya, nanti nona Cassandra pasti akan datang."
"Aku hanya ingin Cassy, aku ingin Cassy yang menyuapiku."
"Tapi tuan muda, anda harus sarapan dulu, kalau tidak-"
Prang (Bunyi mangkok pecah)
"Aku bilang aku hanya ingin Cassy, apakah kalian tidak dengar."
'Bagaimana ini, nona Cassandra sedang kuliah, kita tidak bisa menelfon ya, aku harus mengabari tuan.' batin pelayan itu.
(Di telepon)
"Halo tuan, maaf mengganggu, tuan muda tidak ingin makan jika bukan nona Cassandra yang menyuapinya, Bagaimana ini tuan."
"Kenapa kamu malah menelfon ku, telfon dia saja."
"Kami sudah menelfon ya tuan, tapi sepertinya hp nya mati tuan."
'Apakah dia sesibuk itu?' batin Danial.
"Ya sudah aku jemput dia."
Beberapa saat kemudian
Danial pergi ke kampus Cassandra untuk menjemputnya, betapa terkejutnya dia ketika melihat Cassandra berlarian bersama seorang pria.
'Oh ini yang dimaksud sibuk, pantas saja tidak dapat di hubungi, orang dia lagi pacaran. Lihat saja apa yang akan aku perbuat padamu, kamu sudah membuat Dhefin menunggumu di rumah sampai melewatkan sarapannya, aku akan membuatmu menyesal akan hal itu.'
Danial pun langsung turun dari mobil dan menghampiri Cassandra, dia langsung menarik tangan Cassandra, namun tangannya di tahan oleh tangan pria itu.
"Hei lepaskan tanganku, ini sakit." ucap Cassandra.
"Tidak akan."
"Hei, lepaskan tangannya, kamu menyakitinya."
"Bukan urusanmu."
Danial terus menarik tangan Cassandra, namun Kevin terus menghalanginya. Kevin menarik tangan Cassandra yang satunya, dia tidak ingin Cassandra dibawa pergi oleh Dhefin.
Bagaimana ceritanya?, apakah menarik?, jangan lupa untuk like, komen dan Favorit ya, supaya tidak ketinggalan episode selanjutnya....
Terimakasih:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
dwi fenny
lanjut thor...
2020-10-29
1
Stephanie Emininta Sinuhaji
suka
2020-10-09
2
Rezza Handira
like back ya kak
2020-10-06
1