Bab 5

Dara sudah ikut berkumpul dengan barisan para pekerja yang memasang wajah penuh harap sama seperti yang dia perlihatkan, sungguh dia sangat berharap luar biasa dengan kantor yang menjadi tujuannya ini.

Dua orang security tampak berjaga agar para pencari kerja itu bisa antri dengan rapi sebelum diperbolehkan masuk ke dalam.

"Kapan kita boleh masuk Pak? panas banget ini."

Salah satu wanita bertanya, memang sinar matahari sudah mulai menyerang mereka dengan sinarnya membuat tubuh mereka yang tadinya masih segar mulai mengeluarkan keringat membuat penampilan rapi yang sudah mereka persiapkan saat di rumah malah harus berantakan karena keringat dan harus bergerak mengipasi tubuh mereka masing-masing membuat pakaian mereka malah kusut.

"Sebentar lagi." sahut security bertubuh agak gempal.

Dara melihat kiri kanan dan menoleh terkejut kala sepasang mata bulat dengan bulu mata lentiknya melihat pada dua pria yang sekarang tengah menatapnya, salah satu pria dengan sorot mata tajam luar biasa seolah ingin menikamnya sampai tidak berbentuk.

"Apa kamu tidak keterlaluan Vin?" Darel berbicara ketika dia mendengar permintaan Ravin barusan.

Sejujurnya dia merasa kasihan pada gadis yang sekarang tengah di tatap dengan kejam oleh teman sekaligus atasannya itu, tentang Ravin yang menolak gadis itu untuk diterima bekerja di kantornya.

Ravin memamerkan senyum sadis ketika tatapannya yang tajam bertabrakan dengan sepasang mata jernih yang membola seolah kaget dengan apa yang dilihat.

"Kantor ku tidak menerima penipu Darel, penipu kalau ada kesempatan akan melakukan penipuan terus menerus," ucap Ravin lalu melangkah masuk ke dalam gedung.

Darel menghembuskan napas panjang, memang ada benarnya juga apa yang Ravin katakan mereka tidak bisa memasukkan penipu di kantor mereka dan mengambil resiko besar nantinya.

"Tapi memangnya gadis itu menipu apa?" Darel bingung sebab Ravin pun tidak memberikan penjelasan sama sekali.

Tidak mau ambil pusing yang membuat otaknya semraut tak jelas, lebih baik Darel mengikuti apa yang Ravin katakan, dia berjalan menuju security lalu berbicara pada mereka.

Dara terlihat penasaran ketika ketiga pria itu berbicara sambil terus melihat kearahnya, membuat jantungnya yang masih berdegub kencang akibat harus kembali bertemu dengan pria yang dia sebut kaya pelit itu di kantor tempatnya melamar pekerjaan.

Sungguh dia semakin takut akan kenyataan yang dia pikirkan saat ini.

"Bagaimana kalau dia juga bekerja di tempat ini? bagaimana kalau pria kaya pelit itu bikin gue.." sungguh Dara tidak bisa melanjutkan kemungkinan-kemungkinan kejam yang kini menggelayut di dalam pikiran.

"Semuanya boleh masuk."

Suara kencang dan tegas dari salah satu security langsung membuat para pencari kerja itu saling berebut masuk ketika security memberi jalan untuk mereka.

"Antri, tidak perlu berebut." teriak security satunya.

Semuanya dengan serentak langsung membuat barisan rapi tidak terkecuali dengan Dara yang sekarang berada di barisan keempat, dia juga ingin masuk seperti yang lain namun ketika tiba gilirannya seorang security yang berada di sisi kanannya malah menghalangi jalannya berdiri di depan pintu kaca dengan wajah tegas.

"Semuanya boleh masuk kecuali kamu," kata pria gemuk dengan wajah tegas dan juga galak.

Dara mengerutkan kening bingung tak percaya, kenapa yang lain boleh masuk tapi dia tidak? kenapa jadi pilih kasih begini? mereka sama-sama mencari pekerjaan dan butuh pekerjaan.

"Saya juga mau melamar kerja Pak," suara Dara tidak kencang tapi bisa di dengar yang lain, namun mereka tidak peduli sama sekali yang penting adalah mereka masuk dan bisa mendapat pekerjaan, persetan dengan orang lain.

"Pemilik kantor tidak ingin orang seperti kamu mengotori kantornya."

Mengotori kantor? apa perkataan itu tidak terlalu berlebihan? memangnya dia membawa kotoran kah? lalu memangnya pemilik kantor itu mengenal dirinya?

Sungguh Dara tidak habis pikir dengan apa yang barusan dia dengar.

"Saya bukan kotoran Pak, saya bersih saya sudah mandi bahkan saya sudah menyemprotkan parfum di seluruh tubuh saya, apa kalian tidak memiliki alasan lain untuk menolak saya?" Dara berucap geram tidak Terima namun dia benar-benar tidak bisa masuk karena security gemuk itu terus menghalangi bahkan berusaha mendorong tubuhnya dengan sangat kejam.

Dara hampir saja jatuh andai dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya ketika mendapat dorongan dari pria gemuk itu, mereka bukan lawan yang sebanding kan? berat Dara hanya sekitar 45kilo itupun saat dia masih di kampung, tidak tahu sekarang beratnya berapa mungkin saja berkurang karena dia yang makan hanya sedikit untuk menghemat pengeluaran.

Brak

"Ah." tubuh Dara terdorong menjauh dan jatuh di dekat tempat sampah besar dengan siku yang membentur pinggiran tempat sampah.

Gadis itu meringis merasakan sakit pada tulang keringnya.

"Dasar pria kaya pelit bajingan." sepertinya Dara sudah tahu siapa orang yang sudah membuat dia di usir dari kantor itu.

Segala umpatan keluar dari mulutnya, sungguh dia tidak Terima di perlakukan seperti ini, dia tidak akan mau diam saja lalu pasrah dan menangis, dia bukan gadis cengeng terlebih lagi dia memang harus kuat untuk menolong dirinya sendiri.

Dara bangun sambil memegangi sikunya yang sakit, beranjak menjauh meninggalkan kantor sialan dengan orang-orangnya yang juga sialan.

****

Langit menggelap ketika kaki Dara yang sejak tadi berjalan melewati tempat hiburan malam yang di depannya saja lampu sudah berkelap-kelip seolah memanggil siapa saja yang lewat untuk singgah sejenak guna melepas penat.

"Masuk nggak ya?" Dara bertanya pada dirinya sendiri, dia bukan ingin menghibur diri karena itu jelas tidak mungkin dia tidak memiliki uang yang harus dihamburkan, dia berpikiran untuk mencari pekerjaan di tempat yang buka mulai malam hingga menjelang pagi itu.

Siapa tahu itu adalah tempat keberuntungannya, tidak mengapa dia bekerja di tempat seperti itu kan? toh dia butuh uang dan tidak bisa lagi memilih-milih pekerjaan di saat ijazahnya pun hanya lulusan SMP saja, itupun dulu dia dapatkan dengan susah payah karena orang tuanya harus rela menjual sapi agar dia bisa membayar sekolah.

Astaga rasanya Dara sangat rindu dengan kedua orang tuanya, mereka mungkin melihatnya dari atas langit sana sekarang dan mungkin mereka juga menitikkan airmata menyaksikan anaknya luntang-lantung di ibukota, beruntung tidak jadi pengemis, tapi.. menjadi penipu, apa itu lebih baik?

Dara yang sedari tadi bimbang akhirnya mengambil keputusan untuk masuk ke tempat itu, mendatangi seorang pria yang sedang berjaga.

Pria yang tampak garang dan sangar itu berdiri menjulang tepat di depannya membuat Dara layaknya tikus yang mencicit karena suara dan tubuh Dara yang kecil berbeda jauh dengan pria di depannya.

Sungguh nyali Dara sedikit menciut ketika berbicara dan bertanya mengenai pekerjaan membuat mata pria di depannya menelisik dia dengan penuh selidik.

"Masuk saja, tanya sama bartender di dalam," kata pria itu penuh ketegasan dan memberi jalan untuk Dara agar bisa masuk ke dalam.

"Semoga saja ada," katanya penuh harap.

Gadis itu sudah tidak peduli andai harus bekerja di tempat seperti ini asalkan pekerjaan itu tidak harus menjual diri.

Meski tempat hiburan malam tapi pasti ada pekerjaan lainnya kan? misalnya menjadi pengantar minuman atau membersihkan sampai juga toilet, semua itu bisa dia jalani tapi kalau harus menjual diri tanpa pikir Dara akan langsung kabur dari tempat itu.

****

Terpopuler

Comments

Masfaah Emah

Masfaah Emah

demi menyambung hidup apapun pekerjaan nya harus d terima asal yg halal dan ga menjual diri 💪

2024-08-19

0

Homsiah

Homsiah

apakah ini awal mulanya kita tunggu saja/Chuckle//Chuckle/

2024-08-18

0

dwi alfiah

dwi alfiah

sabar y dara

2024-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!