Bab 3

Langit sudah sangat gelap menandakan hari sudah larut ketika telinga Dara menangkap suara berisik dari dua kamar yang ada di samping kiri dan depan kamar yang dia tempati membuat dia yang sedang duduk dengan otak berputar memikirkan nasibnya harus bagaimana pun memilih untuk beranjak dan melihat kegiatan yang tengah di kerjakan oleh dua orang wanita tetangga kosnya, meski Dara tahu dengan jelas apa yang sedang dua wanita itu kerjakan sekarang.

"Mbak pindah kemana?"

Dara yang sudah berada di depan pintu kamar Indah pun bertanya ketika sepasang matanya menangkap Indah tengah memasukkan barang-barangnya ke dalam kotak besar, sudah ada sekitar dua kotak besar yang sudah penuh dan tertutup rapat menggunakan lakban berada di dekat kasur lantai.

Wanita yang di panggil Mbak selama hampir dua minggu itu oleh Dara pun menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengeluarkan tumpukan pakaian dari dalam lemari kayu berukuran kecil, lemari kayu yang sama dengan yang ada di kamar Dara, Indah melihat pada Dara lalu menyahut pelan serta sarat akan kekesalan yang masih tersisa akibat politik kos yang tega begitu saja menjual tempat mereka tinggal selama ini "sementara aku tinggal sama temen aku Dar, sambil cari-cari tempat kos yang harganya terjangkau, kamu meski belum lama tinggal di jakarta juga kan pasti tahu bagaimana mahalnya tempat kos meski hanya satu petak saja," jawab Indah.

Dara mengangguk setuju, memang benar apa yang Indah katakan semua yang ada di Ibukota memang sungguh memusingkan bagi dirinya, belum juga dapat kerja malah sudah harus pusing lagi memikirkan dia harus kemana dan bagaimana caranya dia mendapatkan tempat tinggal yang harganya murah hanya dalam waktu dua hari.

Sungguh kepala Dara rasanya mau pecah, dan makin pecah lagi ketika Sari yang kamarnya berada tepat di depan kamar Dara pun turut bersuara.

"Aku mau pulang ke kampung, pusing aku ini udah nggak ada kerjaan, lebih baik kamu juga pulang kampung aja Dara toh kamu juga belum dapat kerja kan?" Sari melongok dari kamarnya melihat pada Dara.

Dara mengangguk tanpa menjawab, dia juga ingin pulang kampung tapi di kampung juga dia bingung akan tinggal dimana, orang tua tidak ada rumah pun bukan milik orang tuanya, masih ada saudara dari Ayahnya tapi sejak dulu mereka sama sekali tidak mau di susahkan, sungguh Dara tidak ingin mengingat mereka yang dulu bahkan sering kali menghina Ayah dan Ibunya.

Indah dan Sari masih terus berbicara sambil sibuk dengan barang-barang mereka yang akan mereka bawa, sedangkan Dara memilih untuk keluar dari bangunan yang mungkin sebentar lagi akan di bongkar, karena yang dia dengar orang yang membelinya membangun rumah pribadi di tempat itu.

Gadis berusia 21 tahun itu berjalan melewati pagar tua yang sudah terlihat berkarat di hampir semua bagiannya, dia ingin mencari angin sekaligus memikirkan apa yang akan dia lakukan.

Kaki putihnya yang di balut celana pendek itupun melangkah membawanya ketepian jalan yang masih sangat ramai dilalui oleh kendaraan beroda hingga tak terasa dia sudah berjalan cukup jauh sampai akhirnya dia berdiri di pinggir jalan hendak menyebrang tapi dia yang sedang pusing dengan pikirannya malah tampak melamun hingga tak sadar ada satu mobil yang tengah melaju kearahnya.

Tiiiiiinnnn

Klakson mobil begitu nyaring membuat Dara kaget hampir serangan jantung dan jatuh terduduk tepat di depan mobil.

"Aaaaaaaa." gadis itu berteriak histeris seraya menutup matanya dengan kedua tangan dan ketika tidak merasakan apapun pada tubuhnya dia gegas menjauhkan kedua tangannya lalu mengintip mobil yang tepat berada di sisi kanannya sekitar beberapa centi saja, andai si pembawa mobil tidak cekatan mungkin saat ini Dara sudah terpental ke aspal karena tertabrak.

Jantung Dara masih berdegub kencang ketika mendengar suara pintu mobil yang terbuka.

"Hei kamu nggak apa-apa?"

Suara seorang wanita yang mendekat terdengar jelas di telinga Dara, membuat otak Dara langsung bekerja, saat ini dia sangat butuh uang, benar-benar sangat butuh uang.

'gue lagi butuh uang, dari mobilnya kelihatan jelas kalau mereka orang kaya nggak ada salahnya kalau gue minta uang mereka toh mereka nggak bakal jatuh miskin hanya karena beberapa lembar yang hilang kan?' batin Dara mencoba membenarkan tindakannya yang berniat menipu.

"Aduuuuh kaki saya sakit," rintih Dara seraya menyentuh kaki kirinya yang lecet, sungguh lula lecet bukan karena tertabrak tapi karena tadi pagi saat dia akan keluar dari kos dia tersandung dan kakinya masuk ke dalam parit hingga mendapatkan luka yang sekarang dia jadikan alasan untuk mendapatkan uang.

"Hah?" wanita yang penampilannya sangat anggun serta cantik di depan Dara tampak bingung dengan kerut yang menghiasi wajah cantiknya itu.

Sepertinya wanita itu sedikit tidak percaya dan mulutnya sudah ingin berbicara ketika satu orang yang tadi mengemudikan mobil turun dan ikut berdiri di sampingnya membuat Dara terbengong dengan mulut terbuka.

"Crazy!" kata sang pria yang sadar benar kalau mobilnya sama sekali tidak menabrak gadis yang sekarang masih saja menatapnya lapar.

Dara mengerjapkan mata lalu menggelengkan kepala menyadarkan dirinya sendiri, meski dia hanya tamatan SMP tapi kalau untuk bahasa asing yang basic seperti itu dia cukup paham.

"Saya tidak gila, anda yang gila dalam membawa mobil." Dara berdiri masih dengan sandiwara agar apa yang sudah dia lakukan tidak sia-sia jangan hanya karena dikatai crazi lalu dia membongkar sendiri kebohongannya demi uang.

Pria yang gurat wajahnya tampak emosi itu menunjukan senyum miris, paham benar bahwa wanita yang tingginya tak sampai sedagunya itu tengah melakukan penipuan kepadanya.

Dia bukan orang yang baru bisa membawa mobil hingga dengan bodohnya menabrak orang sampai hanya jatuh duduk saja, mobil yang dia kendarai tadi melaju cukup kencang kalau memang tertabrak minimal gadis di depannya ini terpental beberapa meter.

"Dipikirnya gue nggak ngerti apa yang dia omongin." sungut Dara seraya tangannya menepuk debu yang ada di bagian celana pendek yang dia kenakan.

"Kamu urus sayang," kata si wanita lalu pergi naik ke mobil malas mengurusi hal yang menghambat perjalanan mereka.

"Lihat nih, kaki saya luka begini." Dara menunjukkan kaki kirinya yang memang lecet.

Pria bernama Ravindra Reynard itu tersenyum sinis melirik sebentar pada luka lecet di kaki putih Dara lalu menatap kedua mata gadis yang sangat bernyali di depannya itu.

Sungguh bernyali karena tengah melakukan penipuan padanya, pada seorang pemilik perusahaan besar di ibukota itu.

"Saya mau ke rumah sakit." Dara makin terus terang dengan apa yang dia inginkan.

"Masuk mobil," sahut Ravin sinis.

Kalau memang ingin ke rumah sakit dia yang akan membawanya ingin tahu sampai dimana nyali sang gadis dalam menipu.

Dara panik lalu menggeleng cepat, "nggak usah saya bisa pergi sendiri."

"Ya sudah," dengan tenangnya Ravin hendak beranjak meninggalkan gadis yang kedua matanya langsung membola.

"Anda kok nggak tanggung jawab?" kata Dara agak keras tapi kegugupan mulai menyerang.

"Saya mau tanggung jawab bawa kamu ke rumah sakit tapi kamu yang tidak mau," ucap Ravin.

Dara menggaruk kepalanya mulai kehabisan akal, sudah ingin menyerah tapi dia butuh uang.

"Sayang cepat kita sudah terlambat."

Teriakan dari wanita yang sepertinya kekasih si pria di depannya itu membuat Dara mencoba kembali peruntungannya.

"Kelihatannya kalian buru-buru, saya minta uang aja buat berobat." kata Dara enteng.

"Sayaaaaang."

Ravin sudah emosi mendengar permintaan Dara tapi kekasihnya sudah terus memanggil tak sabar hingga dia segera kembali ke mobil lalu mengambil dompet.

"Dia minta uang?" tanya Elica melihat Ravin mengambil dompet dari dashboard.

Ravin mengangguk lalu kembali dengan dompet yang begitu tebal membuat binaran mata Dara terlihat begitu jelas.

Hatinya sudah begitu bersorak karena dia akan mendapatkan uang dan dia bisa segera mencari rumah kos atau mungkin kontrakan.

Dengan kesal Ravin memberikan beberapa lembar uang ratusan yang diterima dengan senang hati oleh Dara lalu gegas kembali ke mobil.

"Terimakasih tuan kaya raya," teriak Dara senang sambil menghitung uang yang jumlahnya 700ribu.

Eleca bersungut tak suka lalu ketika mobil berjalan dan tepat berada disamping Dara, Eleca merampas sebagian uang yang ada di tangan Dara dan hanya menyisakan 2 lembar saja, sontak Dara terkejut bukan main, uang yang dia dapat dari hasil menipu malah diambil lagi.

"Dasar orang kaya pelit!" teriaknya.

Eleca tertawa puas karena bisa mengambil kembali uang milik sang kekasih, sedangkan Ravin menggeleng sambil tersenyum melihat ulah Eleca.

Dara menggerutu sepanjang jalan kembali ke kos.

*****

Terpopuler

Comments

Fiera

Fiera

sabar ya Dara, lebih baik cari uang yg halal aja 🤭

2024-08-29

0

Tara

Tara

lah kok mau diambil lagi uangnya...kacian😓🫣😱

2024-08-18

1

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

semangat Dara..

2024-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!