Kesialan Fani

Malam harinya setelah makan malam, seorang gadis cantik kini menyiapkan perlengkapan sekolahnya lalu memasukkan ke tas, dia juga menyiapkan sendiri seragam baru yang pas ditubuhnya, tidak seperti dulu sangat kebesaran.

Setelah itu dia duduk di ranjang sambil mengutak-atik laptopnya, tak berapa lama dia tersenyum lebih tepatnya menyeringai.

'Ini balasan pertama buat kamu,' ucap Zanaya dalam hati.

"Nona ada apa?" Azay mendekat karena penasaran.

"Lihat ini!" Zanaya memperlihatkan seseorang di yang berada di laptop tersebut.

Azay tertawa terbahak-bahak, "Rasakan! Makanya jangan banyak gaya!" ucapnya di sela-sela tawanya.

Tak berselang lama seseorang mengetuk pintu kamar Zanaya, dia langsung mengeluarkan apa yang dilihat tadi serta menutup laptopnya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk"

Ceklek

Zanders masuk menyembulkan kepalanya "Apa kakak mengganggu mu?" tanyanya.

Zanaya menggeleng, "Tidak! Ada apa kak?" tanya Zanaya, mengerutkan keningnya 'tumben' pikirnya, selama ini sang kakak tidak pernah meminta izin saat masuk di kamarnya makanya Zanaya heran, biasanya sang kakak langsung menerobos masuk.

Zanders, masuk ke kamar sang adik dengan membawa sebuah laptop di tangannya, "Dek kakak pinjam charger laptop mu yah!" ucapnya, naik ke ranjang sang adik. Pemuda itu langsung duduk sambil memakan puding milik Azay, membuat sang penjaga dimensi itu cemberut.

Mulut Zanaya berkedut menahan tawanya, melihat Azay tepat didepan Zanders yang mengomel tidak jelas dengan mata melotot tepat didepan sang kakak, "Punya kakak mana?" tanya mengalihkan pandanganya ke arah laptop.

"Punya kakak Rusak! Tadi kakak tidak sengaja merusak colokannya. Ini penting sekali soalnya, besok tugas ini dikumpulkan padahal belum selesai," ujarnya mengadu seperti anak kecil.

Zanaya mengernyit keningnya heran, "Sekolah 'kan belum mulai, kok sudah ada tugas?" tanyanya, membuat Zanders meringis.

Dengan menggaruk keningnya. "Sebenarnya tugas ini dikumpulkan sebelum libur," ujarnya pelan, saat melihat tatapan menyelidik sang adik. "Tapi waktu itu, Pak Tono bilang boleh juga dikumpul saat masuk sekolah, jadi masih bolehkan?" imbuhnya, membuat gadis cantik itu mengangguk. Entah kenapa sang adik sejak kecelakaan berubah menjadi orang yang kejam apalagi saat menghukum pengkhianat itu.

Padahal dia tidak pernah merasa terintimidasi meskipun berhadapan dengan klien papa nya saat ikut membantu sang papa.

"Aduh kakak pinjam toilet yah, kebelet ini," ujarnya langsung ngacir setelah turun dari ranjang.

Saat mengambil laptop sang kakak, tidak sengaja Zanaya menyentuh bagian port atau colokan charger nya, elemen listriknya mengalir hingga laptop sang kakak kembali terisi setengah. Itupun saat Zanaya menyadari nya, ia langsung melepas tangannya.

Mata Zanaya melotot, dia berusaha tenang saat melihat sang kakak datang.

"Kak! Daya laptop kakak masih ada setengah lagi, kenapa mau di cas?" tanya Zanaya berakting, menyodorkan laptop ke arah sang kakak.

Zanders mengerutkan keningnya bingung, "Perasaan tadi daya baterainya sudah mau habis deh!" gumamnya bingung melihat sang adik yang juga menatapnya bingung.

Zanaya mencibir, "Kakak udah ngantuk makanya tidak fokus, makanya jangan kebanyakan main game jadi waktunya terbuang percuma kan," ujarnya menyalahkan sang kakak, dalam hati gadis itu meminta maaf.

"Tapi- Hoaamm ... "

"Kakak beneran mengantuk deh, makanya tidak fokus," ujarnya membenarkan sang adik. Tiba-tiba Zanders menguap, padahal Azay yang meniup wajahnya agar mengantuk, itu salah satu kemampuan Azay.

"Ya, sudah. Balik ke kamar Kakak!" Zanders mengangguk kembali mengambil laptopnya keluar dari kamar sang adik.

Zanaya dan Azay bertos ria, berhasil mengelabui sang kakak.

****

Di sebuah rumah yang lumayan mewah tapi rumah keluarga Dixon jauh lebih mewah seorang gadis menggeret kopernya masuk ke dalam rumah dengan wajah merah padam setelah pembantu di rumah membuka pintu.

"Lama banget sih buka pintunya!" ketus gadis itu, pada pembantu parubaya didepannya.

"Maaf Non," ujarnya menunduk. Selama bekerja para pembantu memang kerap kali dicaci maki, jika bukan karena butuh dengan biaya anak mereka. Dua pembantu yang bekerja disana mungkin sudah pergi.

"Maaf, maaf, awas saja kamu! Aku pecat baru tahu rasa kamu, dasar pelayan rendahan!" hinanya berlalu begitu saja menyenggol bahu pembantu itu dengan kasar membuat pembantu itu sedikit oleng, mood gadis itu benar-benar sangat hancur.

"Bawa koper aku!" titahnya ketus, lalu kembali melangkah ke lantai dua kamarnya dengan menghentakkan kakinya, membuat para pembantu yang melihatnya menggeleng.

Sesampainya di kamar, gadis itu langsung memecahkan barang-barang yang ada disana bahkan meja riasnya pun menjadi sasaran empuk dengan menyapukan tangannya hingga kosmetik dan skincare perawatannya ikut terjatuh.

"Sial! Sial! Dasar Sialan!" teriaknya.

"Awas saja kamu Zanaya bodoh, dasar sampah!" umpatnya menyebut nama sang sepupu.

"Dasar anjing, brengsek, pelac*r, mati saja kau anjing," Gadis itu, kembali mengumpat. Tapi perasaan gadis itu, tidak puas. Dia ingin melihat sepupunya hancur.

Seorang wanita parubaya, bernama Yuniar sedang mengaplikasikan skincare diwajahnya, mengerutkan keningnya bingung. Dia seperti mendengar keributan di sebelah kamarnya tepatnya kamar sang anak, sebab pintu kamarnya memang tidak tertutup rapat, wanita itu bisa mendengar keributan yang terjadi.

Setelah menyelesaikan perawatan wajahnya, segera dia bangkit dari kursi meja riasnya, bergegas menuju kamar sang anak yang kebetulan tidak dikunci.

Wanita parubaya melotot saat melihat kamar anaknya seperti kapal pecah.

"Fani sayang! Kamu kenapa?" Gegas dia menghampiri saat anak yang sedang diliputi amarah, yang hanya diam saat ditanya, "Ayo sini duduk dulu!" Wanita parubaya itu menarik lembut anaknya ke ranjang dan memberikan minum.

Yuniar mengelus punggung sang anak bernama Fani, setelah tenang barulah ia bertanya, "Kamu kenapa sayang? Pulang liburan kok malah marah bukannya happy?" tanyanya lembut.

Fani yang mendengar itu, emosinya kembali naik saat mengingat seseorang penyebab semua ini, "Si Zanaya sialan sampah itu mah!" umpatnya matanya berkilat kebencian yang besar.

Yuniar mengernyit keningnya heran, "Kenapa dengan anak sampah itu? Bukannya kamu liburan sendiri?" Yuniar heran kenapa sang anak menyebut sepupu ATM berjalannya.

Fani menoleh menatap sang mama, "Bagaimana Fani tidak kesal Mah! Saat liburan, kredit card yang di berikan Zanaya itu tidak bisa terpakai," ujarnya mengadu, dengan amarah yang besar.

"Loh, kok tidak bisa terpakai? Bukannya kredit card itu yang sering kamu gunakan?" Fani mengangguk. "Mama masih ingat, sebelum kamu liburan bukannya kita belanja bersama dan pake kredit card itu masih bagus, kan?" imbuhnya dengan nada tidak percaya.

"Justru itu Mah. Fani juga tidak mengerti, selama seminggu kartu itu masih bisa di gunakan tapi setelahnya, kredit card nya tiba-tiba tidak bisa digunakan lagi, Fani waktu itu sangat malu Mah,"

"Coba ceritakan apa yang terjadi!"

Fani akhirnya menjelaskan, saat itu dia sedang berbelanja yang sangat banyak bahkan dengan sombongnya dia memamerkan pada teman sekolahnya yang bertemu disana, tapi saat akan membayar betapa syok dan malunya dia, ketika kasir mengatakan kartunya tidak bisa digunakan, meskipun beberapa kali mencoba.

Dia akhirnya meninggalkan belanjaannya yang sangat banyak, diiringi ejekan dan cemoohan dari para pengunjung di tokoh itu, belum lagi Fani pusing saat ingin membayar hotelnya.

"Kurang ajar!" Yuniar terlihat sangat emosi saat mendengar cerita sang anak.

"Jadi bagaimana caranya kamu pulang dan bayar uang hotel?" tanya sang mama, membuat Fani terdiam dan gugup.

"Fan ...?"

"Hemm, itu- Mah! Fani dipinjami uang oleh teman Fani Mah," jawabnya gugup, membuat Yuniar mengangguk percaya meski ragu.

"Trus bagaimana dengan Zanaya sampah itu Mah?" Fani mengalihkan pembicaraan saat sang mama terus menatapnya.

Yuniar menghela nafasnya agar tidak emosi, "Mama juga tidak tahu! Bukannya terakhir dia kecelakaan gara-gara nolongin kamu, dan mama dengar dia sempat koma," sahutnya acuh.

Mereka berdua memang tidak pernah menjenguk Zanaya saat dirumah sakit, pun dengan Revan padahal Zanaya kecelakaan karena mereka berdua.

"Semoga dia mati aja!" ujar kesal Fani.

"Eh, jangan dong! Kalau dia mati, hartanya belum pindah sama kita semua, pokoknya kita harus kuras harta keluarga Dixon," Senyum licik terbit dibibir Yuniar. "Makanya besok kamu minta maaf, buat alasan agar dia tidak marah karena tidak kamu jenguk. Mungkin karena itu mereka marah," Yuniar menyimpulkan sendiri.

Terpopuler

Comments

Land19

Land19

eeedyaaaaan banget tuh
Emak sama anak sama² gilak

2025-01-25

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

cih dasar benalu....enggak waras..

2024-12-12

0

LinLin

LinLin

dasar keluarga toxic

2025-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 Pengkhianatan
2 Kembali ke masa lalu?
3 Menemui Sang Kakek
4 Sihir atau Elemen?
5 Ruang ajaib
6 Mengecek Elemen
7 Latihan Keras Zanaya
8 Perubahan Zanaya
9 Kepulangan Zanaya
10 Membersihkan Hama
11 Membersihkan Hama2
12 Membersihkan Hama 3
13 Hukuman
14 Balasan Bagi Pengkhianat
15 Kesialan Fani
16 Vitamin Kematian
17 Hari Pertama Sekolah
18 Guru Arogan
19 Taruhan
20 Kedatangan Kevin Di Sekolah
21 Kedatangan Tamu tak Diundang
22 Pelayan Berulah?
23 Akhir Dari Mirna
24 Mengganggu?
25 Karina
26 Menyusup
27 Kita Impas!!
28 Siapa Yang Bersalah?
29 Di hukum
30 Kegelisahan Fani
31 Yuniar Berulah
32 Mati Kutu
33 Malu Tak Berujung
34 Misi penyelamatan
35 Mari Berpesta
36 Hot News
37 Kehancuran Keluarga Permadi
38 Kondisi Utari
39 Pengkhianat
40 Kematian Misterius yang Menggemparkan
41 Olimpiade
42 Aksi Zanaya
43 Titik Terang Keberadaan Gibran Asli
44 Pulau Atas Awan
45 Pesta Ulang Tahun
46 Perkenalkan Putri Kami
47 Terkejut
48 Awal Kehancuran
49 Kalah Taruhan
50 Kedatangan Polisi
51 Masuk ke Perangkap Sendiri
52 Kebusukan Fani
53 Trending nomor satu
54 Dokumen palsu
55 Diusir
56 Sepenggal kisah Masa lalu
57 Permainan Dimulai
58 Rando Wijaya
59 Fakta Baru
60 Gagal
61 Kedatangan Nyonya Tina
62 Keributan Di taman
63 Undangan Pesta
64 Rencana Busuk Revan
65 Tragedi
66 Mengembalikan Rencana Mereka
67 Kehancuran keluarga Revan
68 Pesan Kakek
69 Sahabat Zanaya Diculik
70 Berakhir?
71 Menjalani Takdir
72 Kedatangan Sang Gadis Ramalan
73 Tugas Pemilik Seluruh Elemen
74 Diremehkan
75 Terpukau
76 Cara mengatasi pengkhianat
77 Berkunjung Ke kediaman Dixon
78 Kediaman Jenderal Dixon
79 Penyerangan
80 Perjalanan Di Mulia
81 Membasmi Para Bandit
82 Susah Di tebak
83 Danau
84 Ada Nyamuk
85 Kawasan Troll
86 Visual
87 Negeri Kurcaci
88 Terpisah
89 Mencari Raja Zion
90 Menyelamatkan Raja Zion
91 Istri?
92 Pura-pura
93 Negeri Peri
94 Menolak Ikut Berperang
95 Bangunnya Pangeran Peri
96 Kembali Ke Kerajaan Azlan
97 Masalah Grand Duke Erland
98 Tak Terduga
99 Kedatangan Tiga Raja
100 Dansa
101 Rapat Strategi
102 Rencana Amora dan Liliana
103 Jamuan Teh
104 Kelompok Penculik Beraksi
105 Mengadu Domba
106 Biarkan Mereka Saling Membunuh
107 Memberikan Motivasi
108 Akhir Duke Lewis
109 Akhir dari Duke Barton
110 Menyatakan Cinta
111 Perdebatan Ibu Dan Anak
112 Keputusan Zanaya
113 Perang 1
114 Perang 2
115 Perang 3
116 Perang Usai
117 Pesta Kemenangan
118 Apa Yang Terjadi?
119 Haruskah Pergi?
120 Surat
121 Putri Bellina
122 Akhirnya Mereka Tahu
123 Orang angkuh
124 Balasan Untuk Orang Angkuh
125 Rencana Perjodohan
126 Penolakan Zanaya
127 Tetap Pada Pendirian Masing-masing
128 Viral
129 Acara Keluarga
130 Keluarga Julid
131 Aku Merindukan mu
132 Flashback
133 Flashback 2
134 Ke Mansion Dixon
135 Melamar Zanaya
136 Perdebatan
137 Siapa Dia?
138 Wanita Materialistis
139 Done!
140 Ternyata Anak Orang Kaya
141 Penolong Sebenarnya
142 Akhir keluarga Bobby
143 Rencana Yang Gagal
144 Nasib Para benalu
145 Pernikahan
146 Malam Pengantin
147 Makan Siang Keluarga
148 Nadira dan Zanders
149 Pertunangan
150 Menuju Ending
151 Ending
152 Promo Karya Baru Author
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Pengkhianatan
2
Kembali ke masa lalu?
3
Menemui Sang Kakek
4
Sihir atau Elemen?
5
Ruang ajaib
6
Mengecek Elemen
7
Latihan Keras Zanaya
8
Perubahan Zanaya
9
Kepulangan Zanaya
10
Membersihkan Hama
11
Membersihkan Hama2
12
Membersihkan Hama 3
13
Hukuman
14
Balasan Bagi Pengkhianat
15
Kesialan Fani
16
Vitamin Kematian
17
Hari Pertama Sekolah
18
Guru Arogan
19
Taruhan
20
Kedatangan Kevin Di Sekolah
21
Kedatangan Tamu tak Diundang
22
Pelayan Berulah?
23
Akhir Dari Mirna
24
Mengganggu?
25
Karina
26
Menyusup
27
Kita Impas!!
28
Siapa Yang Bersalah?
29
Di hukum
30
Kegelisahan Fani
31
Yuniar Berulah
32
Mati Kutu
33
Malu Tak Berujung
34
Misi penyelamatan
35
Mari Berpesta
36
Hot News
37
Kehancuran Keluarga Permadi
38
Kondisi Utari
39
Pengkhianat
40
Kematian Misterius yang Menggemparkan
41
Olimpiade
42
Aksi Zanaya
43
Titik Terang Keberadaan Gibran Asli
44
Pulau Atas Awan
45
Pesta Ulang Tahun
46
Perkenalkan Putri Kami
47
Terkejut
48
Awal Kehancuran
49
Kalah Taruhan
50
Kedatangan Polisi
51
Masuk ke Perangkap Sendiri
52
Kebusukan Fani
53
Trending nomor satu
54
Dokumen palsu
55
Diusir
56
Sepenggal kisah Masa lalu
57
Permainan Dimulai
58
Rando Wijaya
59
Fakta Baru
60
Gagal
61
Kedatangan Nyonya Tina
62
Keributan Di taman
63
Undangan Pesta
64
Rencana Busuk Revan
65
Tragedi
66
Mengembalikan Rencana Mereka
67
Kehancuran keluarga Revan
68
Pesan Kakek
69
Sahabat Zanaya Diculik
70
Berakhir?
71
Menjalani Takdir
72
Kedatangan Sang Gadis Ramalan
73
Tugas Pemilik Seluruh Elemen
74
Diremehkan
75
Terpukau
76
Cara mengatasi pengkhianat
77
Berkunjung Ke kediaman Dixon
78
Kediaman Jenderal Dixon
79
Penyerangan
80
Perjalanan Di Mulia
81
Membasmi Para Bandit
82
Susah Di tebak
83
Danau
84
Ada Nyamuk
85
Kawasan Troll
86
Visual
87
Negeri Kurcaci
88
Terpisah
89
Mencari Raja Zion
90
Menyelamatkan Raja Zion
91
Istri?
92
Pura-pura
93
Negeri Peri
94
Menolak Ikut Berperang
95
Bangunnya Pangeran Peri
96
Kembali Ke Kerajaan Azlan
97
Masalah Grand Duke Erland
98
Tak Terduga
99
Kedatangan Tiga Raja
100
Dansa
101
Rapat Strategi
102
Rencana Amora dan Liliana
103
Jamuan Teh
104
Kelompok Penculik Beraksi
105
Mengadu Domba
106
Biarkan Mereka Saling Membunuh
107
Memberikan Motivasi
108
Akhir Duke Lewis
109
Akhir dari Duke Barton
110
Menyatakan Cinta
111
Perdebatan Ibu Dan Anak
112
Keputusan Zanaya
113
Perang 1
114
Perang 2
115
Perang 3
116
Perang Usai
117
Pesta Kemenangan
118
Apa Yang Terjadi?
119
Haruskah Pergi?
120
Surat
121
Putri Bellina
122
Akhirnya Mereka Tahu
123
Orang angkuh
124
Balasan Untuk Orang Angkuh
125
Rencana Perjodohan
126
Penolakan Zanaya
127
Tetap Pada Pendirian Masing-masing
128
Viral
129
Acara Keluarga
130
Keluarga Julid
131
Aku Merindukan mu
132
Flashback
133
Flashback 2
134
Ke Mansion Dixon
135
Melamar Zanaya
136
Perdebatan
137
Siapa Dia?
138
Wanita Materialistis
139
Done!
140
Ternyata Anak Orang Kaya
141
Penolong Sebenarnya
142
Akhir keluarga Bobby
143
Rencana Yang Gagal
144
Nasib Para benalu
145
Pernikahan
146
Malam Pengantin
147
Makan Siang Keluarga
148
Nadira dan Zanders
149
Pertunangan
150
Menuju Ending
151
Ending
152
Promo Karya Baru Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!