BAB 18: Kesetiaan.

"Tentu saja, aku merindukan tempat ini," ucapku dengan senyum yang terbit seiring pandangan menatap Pria di hadapanku.

Pria itu spontan menarik Manda ke dalam pelukannya, seakan tidak percaya dengan keberadaannya di sana. Pelukan itu begitu erat, penuh dengan rasa yang telah lama terpendam. "Aku sangat merindukanmu!" seru In yeop, suaranya penuh kelegaan dan kebahagiaan yang tak terukur.

Dari balik punggungnya yang kokoh, aku bertanya dengan suara yang hampir tenggelam dalam keheningan malam. "Kau menungguku?"

In Yeop perlahan melepaskan pelukannya, menatapku dengan mata yang berbinar penuh perasaan. "Saat melihat bintang di langit, aku merasakan kehadiranmu. Seakan kau berada di sampingku, seperti waktu pertemuan terakhir kita dulu."

Aku pun menengadah, menatap langit malam yang dihiasi sinar bintang yang berkelip lembut, seolah berbicara dalam diam. "Bintangnya masih terlihat sama seperti tiga tahun lalu," gumamku, kemudian menatapnya yang duduk di sampingku.

"Dan sekarang, kita berada di posisi yang sama."

Dia menghela napas panjang sebelum berkata dengan suara serak penuh emosi. "Aku tidak ingin kehilangan kamu lagi."

Mataku tertuju pada matanya yang terlihat sangat tulus, sebuah tatapan yang mengisyaratkan rasa yang dalam. "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" tanyaku pelan, suaraku hampir berbisik di antara desiran angin malam.

Tanpa ragu, In Yeop menggenggam tanganku, merasakan getaran yang mengalir di antara kami. Kemudian, dia bersimpuh di hadapanku, sebuah tindakan yang menggetarkan hatiku.

"Aku tahu ini terjadi begitu saja, aku tidak mampu menahannya lagi. Aku ingin kau menjadi milikku, terimalah cinta ini dan menjalin sebuah hubungan bersamaku. Kumohon," kata In yeop dengan suara penuh harap, matanya berbinar.

Mendengar ungkapan tersebut, membuatku terdiam sejenak. Aku mengalihkan pandanganku, mencoba mencerna setiap kata yang baru saja di ucapkan. Tak kusangka, dia akan mengungkapkan perasaannya sedemikian rupa.

Aku benar-benar bingung dengan situasi ini. Entah bagaimana aku harus menolak tanpa melukai hatinya. Pria setia ini tidak pantas dipermainkan, namun aku juga tidak bisa menduakan cinta Doohyun yang tulus kepadaku.

Setelah beberapa saat berpikir, aku pun memutuskan untuk mengambil keputusan yang mungkin tidak tepat, namun harus kuambil. Aku menghela napas berat sebelum mengucapkannya.

"Duduklah," kata Manda sembari menepuk kursi di sampingnya.

In Yeop menuruti permintaannya, duduk di samping Manda dengan tatapan penuh harap.

"Mengapa kau ingin menjalin hubungan denganku? Apa kau tidak takut untuk kecewa?" tanyaku, suaraku bergetar.

"Bagaimanapun itu, aku akan selalu ada untukmu." In Yeop menjawab dengan suara mantap, tanpa ragu.

Manda mengalihkan pandangan dari In Yeop dengan senyuman hambar dan menundukkan kepala.

"Jika aku menerima cintamu... kuharap, hubungan yang akan kita jalani ini, tidak akan membuat kau dan aku terluka," ucapku, suara ini hampir tenggelam dalam suara malam.

In Yeop mengangguk dengan senyum yang hangat, menatap Manda penuh keyakinan. "Aku mengerti," katanya pelan.

Aku pun menatap Pria di hadapanku ini, yang namanya belum ku ketahui. "Siapa namamu?" tanyaku dengan suara lembut.

"Hwang In Yeop... Lalu kau Mandalika, bukan?" tebak In Yeop di akhir kalimat.

Aku mengangguk, dan kami pun tersenyum. Malam itu, di atas atap Apartemen, kami bersenda gurau, menikmati kebersamaan yang begitu menyenangkan. In Yeop dengan leluconnya mampu mencairkan suasana, membuatku tertawa dan merasa lebih ringan. Malam yang tenang, dihiasi bintang, menjadi saksi awal cerita kami yang baru.

...***...

Keesokan harinya di café XoXo. Manda duduk di meja dekat jendela, menikmati kue yang sudah lama tidak ia rasakan. "Um, sudah lama aku tidak memakannya. Ini masih sangat enak..," gumamnya sembari memotong sepotong lagi. Café itu penuh dengan suara hiruk-pikuk pelanggan lain, tapi Manda tenggelam dalam dunianya sendiri.

Tak lama kemudian, seseorang mendekati meja Manda dan duduk di hadapannya.

Manda mengangkat kepalanya perlahan. "Kau..," Matanya melebar.

"Masih mengingatku?" In Woo tersenyum, senyuman yang tak berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Manda, kebingungan.

"Aku melihatmu dari sana dan menghampirimu kemari," jawab In Woo, menunjuk ke arah area parkir.

"Gyumin harus mengetahui kedatanganmu!" lanjutnya.

"Dia sudah tahu," tukas Manda santai.

"Kalian kembali bersama?" tanya In Woo, nada suaranya penuh ingin tahu.

Pertanyaan itu membuat Manda sedikit geram. Dia menunjuk In Woo dengan sumpit di tangannya. "Sudah tidak waras?! Bagaimana bisa aku bersama Pria beristri. Hey, jangan bicarakan itu lagi! Dan rahasiakan pertemuan kita ini!" Tegasnya dengan wajah datar, kemudian melanjutkan makan siangnya.

"Apa alasan kau menyuruhku diam?" tanya In Woo dengan wajah menyebalkan.

Manda menghela napas tanpa melihatnya. "Itu akan menyakitkan untukku dan dirinya. Mengertilah!"

"Baik, aku diam. Tapi...," In Woo tampak ragu.

"Bisakah aku melanjutkan makan siangku?" potong Manda, kesal.

"Kau tetap terlihat manis, meskipun kau marah," goda In Woo dengan senyuman nakalnya.

"Berhenti menggodaku," gumam Manda, berusaha fokus pada makanannya.

"Aku membayangkan jika kau menjadi kekasihku. Apakah aku akan sebahagia ini?" kata In Woo, matanya bersinar-sinar.

"Jangan membayangkannya, karena itu akan membuatmu gila," jawab Manda dengan senyuman hambar.

In Woo menertawakan jawaban Manda. "Bahkan kita belum menjalaninya," katanya setengah bercanda.

"Ya, aku sudah menduganya," balas Manda.

In Woo menyerahkan ponselnya ke Manda. "Berikan aku nomor teleponmu, dan jangan menghilang dariku lagi!"

"Tidak mau," tolak Manda spontan.

"Hey, ayolah!" Bujuk In Woo.

"Tidak."

"Ayolah!"

"Kau sangat keras kepala!" jawab Manda, menatap In woo tajam.

"Jangan membuatku malu, aku sudah memintanya di depan banyak orang, itu sangat memalukan jika kau menolaknya..," bisik In Woo.

Manda akhirnya meraih ponsel tersebut dengan wajah tidak sukanya. "Jangan menggangguku jika tidak ingin diblokir," peringatku sembari memberikan ponselnya.

In Woo memasukkan nomor Manda dan menulis nama panggilan. "Cantikku" lalu menunjukkannya.

"Kau suka namamu?"

"Terserah," jawab Manda tanpa melihat ke arahnya.

In Woo menghela napasnya sembari melihat orang-orang di sekeliling mereka.

...Apartemen....

"Kau dari mana?" tanya In Yeop dari arah belakang dengan senyuman.

Mendengar pertanyaan tersebut, Manda berbalik ke arahnya. "Oh, hai, aku tadi makan di luar. Hehe...," jawabnya, sedikit canggung.

Pria itu berjalan mendekati Manda. "Mari berkencan malam ini."

"Maaf tapi... bisakah kita melakukannya di lain waktu?" jawab Manda dengan perasaan tidak enak.

In Yeop tampak canggung setelah mendengar penolakan tersebut. "Baiklah, maaf karena sudah mengganggumu. Istirahatlah!" ujar In Yeop lalu berbalik.

"Emm, apa kau ingin masuk?" tanya Manda saat In Yeop hendak melangkah pergi. Pria itu berbalik dan menganggukkan kepalanya dengan ragu.

Setelah memasuki Apartemen, In Yeop melangkahkan kakinya ke arah sofa di ruang tamu. "Akan aku bawakan minuman untukmu...," kata Manda, mencoba mencairkan suasana.

Beberapa saat kemudian, Manda meletakkan minuman di hadapan In Yeop. "Minumlah! Bagaimana dengan pekerjaanmu hari ini?" tanyanya, canggung.

"Aku mengerjakannya dengan baik, tetapi aku harus...," kata In Yeop, terpotong.

"Mari berkencan malam ini," selaku, tersenyum.

"Benarkah?!" tanya In Yeop dengan mata melebar.

"Aku akan menunggumu...," jawab Manda, tersenyum.

"Baiklah!" In Yeop meminum minuman yang dihidangkan Manda dengan hati berdebar.

Malam pun tiba, dalam perjalanan menuju pusat keramaian.

"Tidak apa-apa berjalan kaki seperti ini?" tanya In Yeop sembari melangkahkan kaki dengan kepalanya menunduk.

"Tidak, ini lebih menyenangkan untukku," jawab Manda dengan pandangan lurus.

"Terima kasih atas waktumu," ujar In Yeop dengan tulus.

Manda mengangguk dan melihat ke sekeliling. "Enaknya kita makan apa yaa?" gumamnya sembari melihat ke arah pedagang di pinggir jalan yang berjejer.

"Bagaimana dengan tanghulu?" usul In Yeop, mengalihkan pandangannya ke arah Manda.

"Ide bagus! Ayo, beli!" ajak Manda, antusias.

Sesampainya mereka di tempat penjual tanghulu.

"Aku suka strawberry, aku ingin memesannya. Kau?" tanya Manda kepada In Yeop.

"Aku ingin yang sama denganmu," jawab In Yeop tanpa melepaskan pandangannya dari Manda.

"Kalian terlihat sangat serasi!" ucap bibi penjual tanghulu sembari tersenyum.

"Benarkah? Kami memang sepasang kekasih," jawab In Yeop, sedikit salah tingkah. Manda pun tersenyum ke arah bibi penjual.

"Bibi akan berikan bonus!" kata bibi sembari memberikan empat tanghulu untuk harga dua.

"Wah, bibi! Terima kasih!" ucap Manda kegirangan.

"Selamat menikmati!" ujar bibi itu dengan senyuman hangat.

...Di kediaman Kim Gyumin, kamar. ...

Ji Young berjalan mendekati Gyumin yang tengah berbaring di kasur kamar mereka. "Sayang, malam ini kau tidur di rumah?" tanyanya dengan nada merayu.

Gyumin mengabaikan Ji young sembari memainkan ponselnya. "Apa maksudmu?" tanyanya tanpa melihat ke arah Ji Young.

Ji Young duduk di dekat Gyumin. "Malam ini, berikan aku kasih sayang!" pintanya sembari menggenggam tangan Gyumin. Gyumin seketika menghempas tangan Ji Young, wajahnya memerah karena amarah yang membuncah.

"Apa kau sudah tidak waras?!" serunya sembari berdiri dengan cepat, suaranya menggelegar memenuhi ruangan yang sunyi. Ji Young hanya menatapnya, tak ada rasa takut atau gentar.

"Ini yang membuatku tidak ingin berlama-lama di rumah ini! Apa kau tidak tahu malu?!" Gyumin menuding wajah Ji Young dengan jarinya yang gemetar.

"Hei, mengapa tidak mencari pria lain dan tidur dengannya?!" suaranya semakin meninggi, nyaris seperti teriakan yang merobek malam.

Ji Young menghela napas dalam, dan dengan licik Ia mulai menangis, seolah-olah hatinya benar-benar tersayat oleh perkataan Gyumin. Namun, air matanya tak mampu menutupi kilauan dingin di matanya. Gyumin memalingkan wajah, muak melihat sandiwara wanita di hadapannya.

Sandiwara itu hanya berlangsung sesaat. Ji Young menghapus air matanya dan tertawa pelan, suara tawanya mengiris malam yang sepi. Ia berdiri tegak, menghadapi Gyumin dengan tatapan penuh kebencian yang tertahan. "Kau pikir aku akan menangis dan terluka karena ucapanmu?" Tawanya terhenti mendadak, berubah menjadi senyuman sinis.

"Kau benar, kau membuatku sangat kesal!"

Gyumin menatap Ji Young, kemarahan menguasai wajahnya yang memerah. Ji Young mendekat, suaranya rendah namun tajam seperti pisau. "Mengabaikanku, mencampakkanku, bermain wanita di belakangku, apa itu tidak cukup untukmu menghancurkanku?! Sedangkan aku, istrimu!" Tatapan matanya membakar, menembus Gyumin yang hanya berdiri diam.

"Aku! Yang tidak pernah kau gauli. Kenapa?! Kenapa kau melakukannya?!" Teriak Ji Young, marah. Tangannya memukul-mukul dada Gyumin, mencoba mengeluarkan semua rasa sakit yang selama ini terpendam.

Gyumin menangkap tangan Ji Young dan menggenggamnya dengan keras, hampir menyakitinya. "Dasar perempuan hina!" Bentaknya sebelum menghempas tangan Ji Young dan berbalik pergi.

Namun, Ji Young tidak menyerah. Ia meraih tangan Gyumin dan dengan kekuatan yang mengejutkan, mendorongnya ke arah ranjang. Dengan cepat Ji young menindih tubuh Gyumin, matanya bersinar dengan kegilaan yang tak terbendung. "Kau benar-benar membuatku muak," ujarnya sembari melepas baju piyamanya, memperlihatkan tatto bertuliskan nama Gyumin di dadanya.

Gyumin terkejut, tubuhnya kaku melihat kegilaan Ji Young yang tersirat di setiap gerakannya.

"Apa kau tergoda dengan tubuhku?" rayu Ji young dengan senyum liciknya.

Gyumin mendorong tubuh Ji Young menjauh, wajahnya penuh jijik. "Menjijikkan! Aku bahkan tidak sudi untuk melihat wajahmu!" Ia bangkit dan pergi meninggalkan Ji Young yang berteriak marah dari arah kamar.

"Pria sialan!"

Di luar, Gyumin menggerutu dengan amarah yang memuncak. "Aku akan menceraikannya segera! Yah! Aku harus melakukannya!" Ia mengemudikan mobilnya tanpa arah, hanya ingin melarikan diri dari kenyataan yang menghimpitnya.

Saat melewati pusat keramaian, Ia melihat Manda bersama dengan seorang pria, tertawa dan bercanda sembari memakan tanghulu. Gyumin memperlambat laju mobilnya, menahan diri untuk tidak menemuinya.

Pandangannya terpaku pada senyuman Manda, hatinya terasa sakit dan cemburu. Air mata perlahan mengalir di pipinya, tapi melihat Manda, meski dari kejauhan, sedikit mengobati rasa rindunya yang mendalam.

...To be continued....

Terpopuler

Comments

Bintangkehidupan

Bintangkehidupan

/Panic//Panic//Panic/

2024-08-22

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1: Awal.
3 BAB 2: Pandangan pertama.
4 BAB 3: Para pria aneh.
5 BAB 4: Bersamamu.
6 BAB 5: Perundung kejam.
7 BAB 6: Rumor.
8 BAB 7: Crazy girl.
9 BAB 8: Kau dan aku.
10 BAB 9: Kenangan manis.
11 BAB 10: Ciuman pertama.
12 BAB 11: Cemburu.
13 BAB 12: Sebaiknya jangan.
14 BAB 13: Kejam.
15 BAB 14: Sinaran bintang
16 BAB 15: Perpisahan.
17 BAB 16: Takdir Tuhan.
18 BAB 17: Aku kembali.
19 BAB 18: Kesetiaan.
20 BAB 19: Perkelahian.
21 BAB 20: Dia milikku!
22 BAB 21: Melangkah maju.
23 BAB 22: Populer.
24 BAB 23: Kekhawatiran.
25 BAB 24: Penyesalan.
26 BAB 25: Mereka memburuku.
27 BAB 26: Ego.
28 BAB 27: Diantara kita.
29 BAB 28: Cinta segi empat.
30 BAB 29: Karma.
31 BAB 30: Kacau.
32 BAB 31: Rumit.
33 BAB 32: Duka.
34 BAB 33: Beban.
35 BAB 34: Rencana awal.
36 BAB 35: Firasat
37 BAB 36: Mengapa?
38 BAB 37: Tutur.
39 BAB 38: Perubahan.
40 BAB 39: Apa yang terjadi?
41 BAB 40: Iba.
42 BAB 41: Ujian cinta.
43 BAB 42: Aku menyayangimu.
44 BAB 43: Sahabat.
45 BAB 44: Kerinduan.
46 BAB 45: Hari menyebalkan.
47 BAB 46: Lamaran konyol.
48 BAB 47: Topeng.
49 BAB 48: KFC.
50 BAB 49: Speechless.
51 BAB 50: Triliunan bintang.
52 BAB 51: Situasi.
53 BAB 52: Gaun berdarah.
54 BAB 53: Pertikaian.
55 BAB 54: Oversize.
56 BAB 55: Melenceng.
57 BAB 56: Gaje.
58 BAB 57: Wedding advertisement.
59 BAB 58: Dangerous.
60 BAB 59: Secret.
61 BAB 60: Keluarga bedebah.
62 BAB 61: Mimpi buruk.
63 BAB 62: Fatal.
64 BAB 63: Histeris.
65 BAB 64: Lampiasan amarah.
66 BAB 65: Tindakan.
67 BAB 66: Tiga pria itu.
68 BAB 67: Angkuh.
69 BAB 68: Parasit.
70 BAB 69: Dramatis.
71 BAB 70: Lancang.
72 BAB 71: Kemenangan.
73 BAB 72: New life.
74 BAB 73: Pedih.
75 BAB 74: Meisferaya flower.
76 BAB 75: Rahasia mereka.
77 BAB 76: Ketiga kalinya.
78 BAB 77: Pasangan.
79 BAB 78: The first night.
80 BAB 79: Diantara cinta.
81 BAB 80: Violin.
82 BAB 81: Alunan pertemuan.
83 BAB 82: Kau kembali.
84 BAB 83: Rahasia terpendam.
85 BAB 84: Flashback.
86 BAB 85: Titik terang.
87 BAB 86: Teman dekat.
88 BAB 87: Hasrat.
89 BAB 88: Debaran jantung.
90 BAB 89: Bersyarat.
91 BAB 90: Sang Idola.
92 BAB 91: Perubahan awal.
93 BAB 92: Sentuhan mata.
94 BAB 93: Teman yang dirindukan.
95 BAB 94: Godaan.
96 BAB 95: Mereka.
97 BAB 96: Queen of the models.
98 BAB 97: Comeback.
99 BAB 98: Niat.
100 BAB 99: Terperangkap.
101 BAB 100: Undangan.
102 BAB 101: Keputusannya.
103 BAB 102: Aku menemukanmu.
104 BAB 103: Kau milikku.
105 BAB 104: Dalam kebencian.
106 BAB 105: Rencana di malam mencekam.
107 BAB 106: Sekilas bayang.
108 BAB 107: Violinis bertopeng.
109 BAB 108: Malam panjang.
110 BAB 109: Pribadi ganda.
111 BAB 110: Alunan cinta
112 BAB 111: Kebisuan malam.
Episodes

Updated 112 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1: Awal.
3
BAB 2: Pandangan pertama.
4
BAB 3: Para pria aneh.
5
BAB 4: Bersamamu.
6
BAB 5: Perundung kejam.
7
BAB 6: Rumor.
8
BAB 7: Crazy girl.
9
BAB 8: Kau dan aku.
10
BAB 9: Kenangan manis.
11
BAB 10: Ciuman pertama.
12
BAB 11: Cemburu.
13
BAB 12: Sebaiknya jangan.
14
BAB 13: Kejam.
15
BAB 14: Sinaran bintang
16
BAB 15: Perpisahan.
17
BAB 16: Takdir Tuhan.
18
BAB 17: Aku kembali.
19
BAB 18: Kesetiaan.
20
BAB 19: Perkelahian.
21
BAB 20: Dia milikku!
22
BAB 21: Melangkah maju.
23
BAB 22: Populer.
24
BAB 23: Kekhawatiran.
25
BAB 24: Penyesalan.
26
BAB 25: Mereka memburuku.
27
BAB 26: Ego.
28
BAB 27: Diantara kita.
29
BAB 28: Cinta segi empat.
30
BAB 29: Karma.
31
BAB 30: Kacau.
32
BAB 31: Rumit.
33
BAB 32: Duka.
34
BAB 33: Beban.
35
BAB 34: Rencana awal.
36
BAB 35: Firasat
37
BAB 36: Mengapa?
38
BAB 37: Tutur.
39
BAB 38: Perubahan.
40
BAB 39: Apa yang terjadi?
41
BAB 40: Iba.
42
BAB 41: Ujian cinta.
43
BAB 42: Aku menyayangimu.
44
BAB 43: Sahabat.
45
BAB 44: Kerinduan.
46
BAB 45: Hari menyebalkan.
47
BAB 46: Lamaran konyol.
48
BAB 47: Topeng.
49
BAB 48: KFC.
50
BAB 49: Speechless.
51
BAB 50: Triliunan bintang.
52
BAB 51: Situasi.
53
BAB 52: Gaun berdarah.
54
BAB 53: Pertikaian.
55
BAB 54: Oversize.
56
BAB 55: Melenceng.
57
BAB 56: Gaje.
58
BAB 57: Wedding advertisement.
59
BAB 58: Dangerous.
60
BAB 59: Secret.
61
BAB 60: Keluarga bedebah.
62
BAB 61: Mimpi buruk.
63
BAB 62: Fatal.
64
BAB 63: Histeris.
65
BAB 64: Lampiasan amarah.
66
BAB 65: Tindakan.
67
BAB 66: Tiga pria itu.
68
BAB 67: Angkuh.
69
BAB 68: Parasit.
70
BAB 69: Dramatis.
71
BAB 70: Lancang.
72
BAB 71: Kemenangan.
73
BAB 72: New life.
74
BAB 73: Pedih.
75
BAB 74: Meisferaya flower.
76
BAB 75: Rahasia mereka.
77
BAB 76: Ketiga kalinya.
78
BAB 77: Pasangan.
79
BAB 78: The first night.
80
BAB 79: Diantara cinta.
81
BAB 80: Violin.
82
BAB 81: Alunan pertemuan.
83
BAB 82: Kau kembali.
84
BAB 83: Rahasia terpendam.
85
BAB 84: Flashback.
86
BAB 85: Titik terang.
87
BAB 86: Teman dekat.
88
BAB 87: Hasrat.
89
BAB 88: Debaran jantung.
90
BAB 89: Bersyarat.
91
BAB 90: Sang Idola.
92
BAB 91: Perubahan awal.
93
BAB 92: Sentuhan mata.
94
BAB 93: Teman yang dirindukan.
95
BAB 94: Godaan.
96
BAB 95: Mereka.
97
BAB 96: Queen of the models.
98
BAB 97: Comeback.
99
BAB 98: Niat.
100
BAB 99: Terperangkap.
101
BAB 100: Undangan.
102
BAB 101: Keputusannya.
103
BAB 102: Aku menemukanmu.
104
BAB 103: Kau milikku.
105
BAB 104: Dalam kebencian.
106
BAB 105: Rencana di malam mencekam.
107
BAB 106: Sekilas bayang.
108
BAB 107: Violinis bertopeng.
109
BAB 108: Malam panjang.
110
BAB 109: Pribadi ganda.
111
BAB 110: Alunan cinta
112
BAB 111: Kebisuan malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!