BAB 10: Ciuman pertama.

"Emm, mungkin dia mencari kesenangan dengan cara yang salah... kau harus lebih memperhatikannya!" Saranku.

Gyumin meletakkan foto keluarga tersebut di atas meja, bayangan cahaya sore yang masuk dari jendela menciptakan aura hangat di sekitar mereka. Dia menatap foto itu sejenak sebelum menjawab. "Aku akan lebih memperhatikannya," seraya tersenyum ke arah Manda.

Aku mengerenyitkan kening, merasakan bahwa ada sesuatu yang tersirat di balik senyumnya. "Ada apa? Kenapa tersenyum?" tanyaku, ingin menggali lebih dalam.

"Semalam tidurmu nyenyak?" tanya Gyumin, memandangi Manda dengan penuh perhatian.

"Kau merusak tidurku semalam... jadi aku tidak melanjutkannya," jawab Manda, mencoba mengalihkan pandangannya dari tatapan Gyumin yang intens.

Gyumin tertawa kecil. "Maaf, tapi aku juga sangat terkejut dengan teriakanmu... emm, Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Aku berbalik, berjalan dan mengambil tas di atas ranjang. "Apa lagi? Sekarang antar aku pulang ke Apartemen. Aku ingin melanjutkan tidurku tanpa gangguanmu."

"Ku kira, kau akan menginap lagi..." goda Gyumin sembari tersenyum.

"Kau jangan bercanda. Antar aku pulang!" ujarku tegas, lalu berjalan keluar.

Gyumin mengikuti Manda dari belakang, mencoba mencairkan kekesalannya dengan godaan yang tak ada habisnya.

Setelah beberapa saat, kami pun tiba di Apartemen.

"Kenapa tidak menyuruhku masuk untuk menikmati secangkir hot coffee? Cuacanya sangat dingin," usul Gyumin sembari berpura-pura kedinginan.

"Kau mau? Baiklah! Tapi hanya untuk itu," kataku sembari memetik jari ke arah wajahnya.

"Setelah itu, kau harus pergi. Lalu aku akan melanjutkan tidurku."

Gyumin tersenyum mengangguk. "Baiklah!" Dia masuk ke dalam Apartemen dengan langkah yang ceria.

Di dalam Apartemen, aku berjalan ke arah dapur untuk membuatkannya secangkir kopi. Sementara Gyumin menunggu dengan sabar di ruang tamu. Aroma kopi yang harum mulai menyebar di udara saat aku kembali dengan secangkir kopi panas.

Aku meletakkannya di atas meja. "Minumlah," kataku.

Gyumin mendekat dan menatap Manda. "White coffee?" Tanya Gyumin sembari duduk dan langsung meminumnya.

Aku duduk di dekatnya, mencoba menciptakan jarak tetapi tetap dekat. "Kau sedang apa?" tanyaku, mencoba mencairkan suasana.

Gyumin meletakkan cangkir kopi dengan lembut di atas meja. "Aku tertarik dengan foto-fotomu yang terpajang, manis sekali," ujarnya sembari tersenyum.

"Lain kali, aku tidak akan membawamu masuk ke dalam Apartemenku lagi," kataku dengan tegas, merasa perlu menetapkan batasan.

"Aku tetap akan datang walaupun kau memarahiku..." goda Gyumin dengan nada ceria, mencoba membuatku tersenyum.

Panggilan telepon masuk dari Mama Manda, memotong percakapan kami. Aku menerima panggilan dengan wajah cemas, merasa perlu untuk mengatur situasi dengan baik.

Gyumin menyaksikan dengan kekhawatiran yang jelas tergambar di wajahnya. "Ada apa?" tanyanya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Aku memberikan isyarat agar dia diam, lalu fokus mendengarkan Mama di ujung telepon.

"Mereka tidak mau pulang dan masih menunggumu di luar!" teriak Mama dengan nada khawatir.

"Ck! Mama abaikan saja!" ujarku dengan nada kesal, lalu mematikan telepon.

Gyumin melihat betapa kesalnya Manda setelah mematikan telepon tersebut. "Ada apa?" tanyanya lagi, kali ini dengan lebih khawatir.

Aku menghela nafas, merasa perlu membagikan beban ini dengannya. "Haruskah aku menceritakannya?" tanyaku, mencari dukungan.

Gyumin mengangguk mantap. "Aku akan mendengarkannya," sahutnya dengan penuh perhatian.

"Jadi, sebenarnya aku pergi ke Korea untuk menghindari masalah yang aku buat sendiri..." ceritaku panjang lebar, menjelaskan kebingungan dan kesulitan yang pernah aku hadapi di rumah.

Gyumin terdiam sejenak, matanya memperlihatkan kekaguman dan simpati. "Wah, kau memang memiliki tantangan tersendiri ya," ucapnya dengan hati yang terbuka.

Aku menunduk, merasa lega bisa berbagi cerita dengan seseorang yang mengerti. "Itulah yang aku takutkan, aku juga ingin hidup normal seperti orang lain. Selama ini, hanya kau yang bisa dipercaya," ucapku dengan tulus.

"Emm... di sini, kau harus selalu berhati-hati dalam memilih teman. Kejahatan ada di mana-mana," kata Gyumin dengan serius, memberi peringatan yang penting.

"Aku akan berhati-hati," sahutku dengan mantap.

"Berbahagialah, aku akan selalu ada untukmu!" ucap Gyumin dengan penuh dukungan, matanya berkaca-kaca.

"Gyumin, terimakasih atas segalanya," ujarku sembari tersenyum padanya, merasa terharu dengan dukungannya.

Kami saling bertatapan sejenak, atmosfer yang tercipta membuat Gyumin mendekat dan menciumnya. Aku terkejut sejenak, namun kemudian membalikkan tubuhku dengan lembut.

"Emm... Gyumin, kau harus pulang! Aku ingin istirahat," ujarku dengan jantung yang berdebar, mencoba mengakhiri momen yang tiba-tiba itu.

"Kenapa berbicara membelakangiku?" Tanya Gyumin, suaranya penuh kebingungan dan kekhawatiran, memecah sunyi di antara mereka.

Dengan perasaan malu, aku pun berbalik melihat ke arahnya, mata kami bertemu sejenak sebelum aku menundukkan pandanganku. "Ka-kau, harus pergi!" ucapku terbata-bata, mencoba menutupi rasa canggung yang merambat di dalam diriku.

Gyumin tersenyum, senyum yang mengandung rasa lega dan harapan. Mengangguk pelan, dia menjawab dengan suara yang lembut. "Sampai jumpa besok." Dia berdiri, meninggalkan Apartemen Manda dengan hati yang berbunga-bunga.

Aku pun terdiam mematung, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. "Apa yang baru saja terjadi?! Kenapa aku berciuman dengannya! Akkh! Aku benar-benar sudah gila!" bisikku pada diri sendiri, mencoba meredakan kekacauan dalam hatiku.

Di dalam mobilnya, Gyumin melamun, tersenyum sendiri sembari menggigit bibir bawahnya dengan jantung yang berdebar. "Aku sudah sangat gila, aku memang sudah menjadi gila! Bagaimana aku menghadapinya? Pasti ini akan menjadi sangat canggung. Aku tidak menduga hal ini akan terjadi," gerutunya, kepada dirinya sendiri, sementara jalanan bergulir di bawah lampu-lampu kota yang redup.

...(⁠ ⁠˶⁠ ⁠❛⁠ ⁠ꁞ⁠ ⁠❛⁠ ⁠˶⁠ ⁠)...

Keesokan harinya, di Taman kampus.

Gyumin duduk menunggu Manda di tempat biasa mereka bertemu. Waktu terasa seperti mengalir begitu lambat, hampir satu jam telah berlalu tanpa kehadiran Manda. Gelisah merayap di dalam hatinya, dia akhirnya mengambil keputusan untuk menghubungi Manda.

Ponsel berdering, membangunkan Manda yang terbaring lemah di ranjang, menggigil di balik selimut, suhu tubuhnya tinggi.

Aku menerima panggilan tanpa membaca asal dari penelepon. "Ya, ada apa?" suaraku terdengar lemah, mengkhawatirkan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Gyumin, suaranya penuh dengan kecemasan yang tidak tersembunyi.

"Aku sedang tidak enak badan... aku tidak bisa masuk hari ini," jawab Manda dengan suara serak dari seberang sana.

"Kau harus ke rumah sakit! Aku akan mengunjungimu sekarang juga, bertahanlah!" pintanya pada Manda, lalu bergegas menuju jalan raya dan menghentikan taksi yang lewat.

Sunyi dan sepi.

"Manda? Manda!? Kau baik-baik saja?!" teriak Gyumin dengan kekhawatiran yang semakin mendalam.

Di dalam perjalanan, Gyumin tidak henti-hentinya mencoba menghubungi Manda, namun tidak mendapatkan jawaban. Kekhawatiran itu memenuhi hatinya dengan setiap detik yang berlalu. Setibanya di Apartemen, Gyumin keluar dari taksi dengan tergesa-gesa, meminta petugas Apartemen untuk membuka pintu dengan paksa.

Pintu itu terbuka akhirnya. Dan betapa terkejutnya Gyumin melihat Manda terkapar pingsan di lantai Apartemennya. Tanpa ragu, Gyumin berlari mendekatinya, memangku kepala Manda yang tergeletak.

"Manda! Manda bangunlah!" serunya panik, lalu menggendong Manda dengan cepat untuk membawanya ke rumah sakit.

Beberapa saat kemudian, di Rumah sakit.

Gyumin hampir berlari dengan tubuh Manda yang terasa begitu rapuh di gendongannya. "Tangani dia secepatnya! Dia adalah pasien VVIP!" perintahnya kepada para petugas di sekitarnya.

Mereka dengan segera membawa Manda ke ruang gawat darurat. Gyumin tidak tinggal diam, dia mendampinginya setiap langkah. "Badannya sangat panas, lakukan penyembuhan untuknya sebaik mungkin!" perintahnya lagi, suaranya penuh dengan kepedulian yang mendalam.

Beberapa menit kemudian, di ruang gawat darurat.

"Baik, silakan anda mengurus biaya administrasinya!" kata suster dengan tenang, setelah melakukan pemeriksaan awal pada Manda.

Gyumin segera menyelesaikan urusan administrasi itu, lalu kembali menemani Manda yang masih terbaring lemah, dengan infus yang terpasang di lengan tangannya.

Gyumin duduk di samping Manda, menunggu dengan penuh keteguhan hati.

Beberapa waktu kemudian, Manda dipindahkan ke ruang perawatan VIP. Gyumin tetap duduk di sisinya, menatap wajah Manda yang kini tampak lebih tenang.

Manda perlahan membuka kelopak matanya, menoleh ke arah Gyumin yang terlihat sangat mengkhawatirkannya.

"Kau merasa lebih baik?" tanya Gyumin dengan lembut, menggenggam erat tangan Manda.

Aku memegang kepalaku, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Apa yang terjadi?" tanyaku, mencoba memahami situasi yang kini begitu membingungkan.

...To be continued....

Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1: Awal.
3 BAB 2: Pandangan pertama.
4 BAB 3: Para pria aneh.
5 BAB 4: Bersamamu.
6 BAB 5: Perundung kejam.
7 BAB 6: Rumor.
8 BAB 7: Crazy girl.
9 BAB 8: Kau dan aku.
10 BAB 9: Kenangan manis.
11 BAB 10: Ciuman pertama.
12 BAB 11: Cemburu.
13 BAB 12: Sebaiknya jangan.
14 BAB 13: Kejam.
15 BAB 14: Sinaran bintang
16 BAB 15: Perpisahan.
17 BAB 16: Takdir Tuhan.
18 BAB 17: Aku kembali.
19 BAB 18: Kesetiaan.
20 BAB 19: Perkelahian.
21 BAB 20: Dia milikku!
22 BAB 21: Melangkah maju.
23 BAB 22: Populer.
24 BAB 23: Kekhawatiran.
25 BAB 24: Penyesalan.
26 BAB 25: Mereka memburuku.
27 BAB 26: Ego.
28 BAB 27: Diantara kita.
29 BAB 28: Cinta segi empat.
30 BAB 29: Karma.
31 BAB 30: Kacau.
32 BAB 31: Rumit.
33 BAB 32: Duka.
34 BAB 33: Beban.
35 BAB 34: Rencana awal.
36 BAB 35: Firasat
37 BAB 36: Mengapa?
38 BAB 37: Tutur.
39 BAB 38: Perubahan.
40 BAB 39: Apa yang terjadi?
41 BAB 40: Iba.
42 BAB 41: Ujian cinta.
43 BAB 42: Aku menyayangimu.
44 BAB 43: Sahabat.
45 BAB 44: Kerinduan.
46 BAB 45: Hari menyebalkan.
47 BAB 46: Lamaran konyol.
48 BAB 47: Topeng.
49 BAB 48: KFC.
50 BAB 49: Speechless.
51 BAB 50: Triliunan bintang.
52 BAB 51: Situasi.
53 BAB 52: Gaun berdarah.
54 BAB 53: Pertikaian.
55 BAB 54: Oversize.
56 BAB 55: Melenceng.
57 BAB 56: Gaje.
58 BAB 57: Wedding advertisement.
59 BAB 58: Dangerous.
60 BAB 59: Secret.
61 BAB 60: Keluarga bedebah.
62 BAB 61: Mimpi buruk.
63 BAB 62: Fatal.
64 BAB 63: Histeris.
65 BAB 64: Lampiasan amarah.
66 BAB 65: Tindakan.
67 BAB 66: Tiga pria itu.
68 BAB 67: Angkuh.
69 BAB 68: Parasit.
70 BAB 69: Dramatis.
71 BAB 70: Lancang.
72 BAB 71: Kemenangan.
73 BAB 72: New life.
74 BAB 73: Pedih.
75 BAB 74: Meisferaya flower.
76 BAB 75: Rahasia mereka.
77 BAB 76: Ketiga kalinya.
78 BAB 77: Pasangan.
79 BAB 78: The first night.
80 BAB 79: Diantara cinta.
81 BAB 80: Violin.
82 BAB 81: Alunan pertemuan.
83 BAB 82: Kau kembali.
84 BAB 83: Rahasia terpendam.
85 BAB 84: Flashback.
86 BAB 85: Titik terang.
87 BAB 86: Teman dekat.
88 BAB 87: Hasrat.
89 BAB 88: Debaran jantung.
90 BAB 89: Bersyarat.
91 BAB 90: Sang Idola.
92 BAB 91: Perubahan awal.
93 BAB 92: Sentuhan mata.
94 BAB 93: Teman yang dirindukan.
95 BAB 94: Godaan.
96 BAB 95: Mereka.
97 BAB 96: Queen of the models.
98 BAB 97: Comeback.
99 BAB 98: Niat.
100 BAB 99: Terperangkap.
101 BAB 100: Undangan.
102 BAB 101: Keputusannya.
103 BAB 102: Aku menemukanmu.
104 BAB 103: Kau milikku.
105 BAB 104: Dalam kebencian.
106 BAB 105: Rencana di malam mencekam.
107 BAB 106: Sekilas bayang.
108 BAB 107: Violinis bertopeng.
109 BAB 108: Malam panjang.
110 BAB 109: Pribadi ganda.
111 BAB 110: Alunan cinta
112 BAB 111: Kebisuan malam.
Episodes

Updated 112 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1: Awal.
3
BAB 2: Pandangan pertama.
4
BAB 3: Para pria aneh.
5
BAB 4: Bersamamu.
6
BAB 5: Perundung kejam.
7
BAB 6: Rumor.
8
BAB 7: Crazy girl.
9
BAB 8: Kau dan aku.
10
BAB 9: Kenangan manis.
11
BAB 10: Ciuman pertama.
12
BAB 11: Cemburu.
13
BAB 12: Sebaiknya jangan.
14
BAB 13: Kejam.
15
BAB 14: Sinaran bintang
16
BAB 15: Perpisahan.
17
BAB 16: Takdir Tuhan.
18
BAB 17: Aku kembali.
19
BAB 18: Kesetiaan.
20
BAB 19: Perkelahian.
21
BAB 20: Dia milikku!
22
BAB 21: Melangkah maju.
23
BAB 22: Populer.
24
BAB 23: Kekhawatiran.
25
BAB 24: Penyesalan.
26
BAB 25: Mereka memburuku.
27
BAB 26: Ego.
28
BAB 27: Diantara kita.
29
BAB 28: Cinta segi empat.
30
BAB 29: Karma.
31
BAB 30: Kacau.
32
BAB 31: Rumit.
33
BAB 32: Duka.
34
BAB 33: Beban.
35
BAB 34: Rencana awal.
36
BAB 35: Firasat
37
BAB 36: Mengapa?
38
BAB 37: Tutur.
39
BAB 38: Perubahan.
40
BAB 39: Apa yang terjadi?
41
BAB 40: Iba.
42
BAB 41: Ujian cinta.
43
BAB 42: Aku menyayangimu.
44
BAB 43: Sahabat.
45
BAB 44: Kerinduan.
46
BAB 45: Hari menyebalkan.
47
BAB 46: Lamaran konyol.
48
BAB 47: Topeng.
49
BAB 48: KFC.
50
BAB 49: Speechless.
51
BAB 50: Triliunan bintang.
52
BAB 51: Situasi.
53
BAB 52: Gaun berdarah.
54
BAB 53: Pertikaian.
55
BAB 54: Oversize.
56
BAB 55: Melenceng.
57
BAB 56: Gaje.
58
BAB 57: Wedding advertisement.
59
BAB 58: Dangerous.
60
BAB 59: Secret.
61
BAB 60: Keluarga bedebah.
62
BAB 61: Mimpi buruk.
63
BAB 62: Fatal.
64
BAB 63: Histeris.
65
BAB 64: Lampiasan amarah.
66
BAB 65: Tindakan.
67
BAB 66: Tiga pria itu.
68
BAB 67: Angkuh.
69
BAB 68: Parasit.
70
BAB 69: Dramatis.
71
BAB 70: Lancang.
72
BAB 71: Kemenangan.
73
BAB 72: New life.
74
BAB 73: Pedih.
75
BAB 74: Meisferaya flower.
76
BAB 75: Rahasia mereka.
77
BAB 76: Ketiga kalinya.
78
BAB 77: Pasangan.
79
BAB 78: The first night.
80
BAB 79: Diantara cinta.
81
BAB 80: Violin.
82
BAB 81: Alunan pertemuan.
83
BAB 82: Kau kembali.
84
BAB 83: Rahasia terpendam.
85
BAB 84: Flashback.
86
BAB 85: Titik terang.
87
BAB 86: Teman dekat.
88
BAB 87: Hasrat.
89
BAB 88: Debaran jantung.
90
BAB 89: Bersyarat.
91
BAB 90: Sang Idola.
92
BAB 91: Perubahan awal.
93
BAB 92: Sentuhan mata.
94
BAB 93: Teman yang dirindukan.
95
BAB 94: Godaan.
96
BAB 95: Mereka.
97
BAB 96: Queen of the models.
98
BAB 97: Comeback.
99
BAB 98: Niat.
100
BAB 99: Terperangkap.
101
BAB 100: Undangan.
102
BAB 101: Keputusannya.
103
BAB 102: Aku menemukanmu.
104
BAB 103: Kau milikku.
105
BAB 104: Dalam kebencian.
106
BAB 105: Rencana di malam mencekam.
107
BAB 106: Sekilas bayang.
108
BAB 107: Violinis bertopeng.
109
BAB 108: Malam panjang.
110
BAB 109: Pribadi ganda.
111
BAB 110: Alunan cinta
112
BAB 111: Kebisuan malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!