Di taman kampus yang sunyi, Manda dan Gyumin duduk bersama dengan suasana hening di antara mereka. Manda, dengan wajah serius, merapikan bukunya di pangkuan.
Gyumin memperhatikan Manda dengan penuh kekhawatiran, namun belum berani untuk mengungkapkan perasaannya. Tiba-tiba, saat Manda hendak pergi, Gyumin dengan cepat menahan tangannya.
"Mau ke mana?" suaranya terdengar rendah, dipenuhi rasa bersalah.
Manda membalikkan tubuhnya, tatapan lembutnya menangkap pandangan Gyumin. "Aku ingin pulang, biarkan aku pergi!" ucapnya dengan suara lembut namun tegas.
Gyumin terdiam sejenak, lalu tanpa ragu berlutut di hadapan Manda. "Maafkan aku atas apa yang terjadi tadi," pinta Gyumin, kepalanya tertunduk.
Manda terkejut, segera mengangkat Gyumin untuk berdiri. "Bangunlah, tidak ada yang salah denganmu. Aku yang harus berterima kasih padamu. Kau selalu ada untukku," ucapnya dengan penuh perhatian, lalu kembali duduk di samping Gyumin.
Gyumin menggelengkan kepala, matanya menatap jauh ke depan. "Sekarang kau tahu, bukan? Alasan mereka mengganggumu... itu karena aku. Park Ji young, dia menyukaiku, aku tahu. Tapi aku menolaknya. Keluarga kita terlibat dalam bisnis bersama, dan aku terjebak untuk bersamanya setiap kali ada pertemuan keluarga. Apakah dia layak bagiku?" tanyanya ragu, mengungkapkan beban hatinya.
Manda menatap Gyumin dengan penuh kejutan. "Kenapa kau berpikir begitu? Park Ji young cantik dan setara denganmu. Hanya perilakunya yang membuatnya terlihat buruk di mata orang lain," ucapnya, memandang langit yang biru di atas mereka.
Gyumin mengangguk, merenungkan kata-kata Manda. "Teman-temanku sudah memperingatkanku tentang itu. Dia tidak mudah didekati dan kadang kasar. Aku tidak ingin kau terluka karena aku," ucapnya dengan serius.
Manda menggeleng. "Aku tidak takut pada mereka. Aku tidak pernah mencari masalah. Dan kenapa Park Ji young menyuruhku menjauhimu? Kita hanya teman biasa, kan? Aku benar-benar bingung!" kesal Manda, mengakhiri ucapannya.
Gyumin memandang Manda dengan tatapan khawatir. 'Apakah Ji young tahu perasaanku pada Manda? Tidak mungkin. Aku hanya pernah berbagi dengan Doohyun,' batinnya.
Gyumin tersentak dari lamunannya saat Manda memanggilnya.
"Hei, mengapa kau melamun? Apakah kau lapar? Ayo makan ramyeon," tawar Manda, mengelus perutnya yang keroncongan.
Gyumin tertawa. "Jangan ramyeon terus. Ayo, kita makan di luar," ajaknya dengan senyum lebar.
"Wah, kau memang tak terduga ya...," seloroh Manda.
Gyumin mencubit lembut pipi Manda. "Tidak seperti itu," ucapnya tersenyum.
Sementara itu, dari kejauhan, Doohyun memperhatikan Manda dan Gyumin yang kini duduk bersama dengan senyuman.
...Café Louise....
Suasana makan siang mereka berdua terasa hangat.
"Makan di sini?" tanya Manda, memandang sekeliling dengan rasa ingin tahu.
Gyumin menggeleng. "Kita bisa ke ruang VVIP, lebih tenang dan tak akan ada yang mengganggu," tawarnya.
Manda mengacuhkannya. "Tidak perlu. Lihat saja, keamanannya sudah cukup. Aku tertarik dengan meja ini," ucapnya, berjalan menuju meja kosong.
Gyumin mengikuti dari belakang. "Kau yakin tidak ingin ke VVIP?" tanyanya lagi untuk memastikan.
Mereka duduk bersama. "Sudahlah, jangan berlebihan. Aku lapar! Cepat pesan," pintanya pada Gyumin.
Gyumin dengan riang menepuk tangan memanggil pelayan. Mereka memesan menu paket pasangan, menikmati momen tanpa beban di bawah teriknya matahari.
"Apa kau ingin makan di ruang VVIP?" goda Gyumin, mencoba mengembalikan keintiman.
Manda tertawa. "Jangan berpikiran aneh. Aku di sini karena lapar, bukan untuk berkencan." ucapnya, memilih bunga anggrek putih di meja.
Waiter datang dan mereka memesan makanan dengan senyum cerah. Manda menghindari tatapan Gyumin yang membuatnya merasa canggung, tapi Gyumin hanya tersenyum melihat tingkah konyol Manda.
"Apa yang kau cari?" tanyanya, mencoba mencairkan kebekuan.
Manda tersenyum malu. "Aku hanya melihat-lihat," jawabnya, bermain-main dengan anggrek di tangannya.
Gyumin tersenyum lembut. "Kau suka anggrek?" godanya dengan ramah.
Manda mengangguk. "Ya, suka. Tempat ini begitu tenang... dan aku benar-benar lapar," ucapnya dengan tertawa kecil.
"Apa kita harus mempercepat pesanan?" tanya Gyumin, berusaha mencairkan suasana.
"Bisakah kau melakukannya?" goda Manda, mengangkat alisnya.
Gyumin memanggil pelayan dan memesan makanan lagi dengan cepat. Membuat Manda terkejut.
"Tapi... kita baru saja memesannya!" ucapnya dengan bingung.
Gyumin hanya tersenyum lembut, menikmati momen kebingungan Manda. Beberapa saat kemudian, hidangan mereka tiba dengan indah di atas meja.
Manda terkesima. "Ini cantik sekali!" ucapnya antusias.
Gyumin tersenyum. "Namun, hanya ada satu set alat makan. Apakah ini cara kita menikmati hidangan sebagai pasangan?" godanya, sambil menatap Manda dengan penuh arti.
Manda terkekeh. "Kau benar-benar tidak waras. Ayo, minta lagi satu set," pinta Manda, mengayunkan tangan ke pelayan.
Pemandangan di Cafe Louise pun menjadi lebih hidup dengan tawa dan obrolan ringan mereka, menggambarkan kedekatan yang semakin dalam antara Manda dan Gyumin.
Gyumin memberi kode kepada Waiters dengan menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah pelayan tersebut, menandakan agar mereka meninggalkan meja. Waiters dengan ramah menjelaskan situasi tentang menu pasangan yang mereka pesan.
"Maaf, tapi ini memang cara untuk menikmati menu pasangannya. Silakan dinikmati," ujar Waiters, berlalu pergi.
"Aneh, seharusnya tinggal ambil alat makannya di dapur," Oceh Manda.
Manda mengambil sendok dari tangan Gyumin. "Sini! Biar aku yang makan lebih dulu,"
Gyumin tersenyum ke arah Manda. "Hei, aku juga sangat lapar!"
"Siapa suruh memesan paket pasangan, kau minum dulu saja!" kataku tegas.
Gyumin hanya tersenyum, melihat Manda dengan tatapan penuh keterpesonaan.
"Beri aku makanan juga, aku lapar sekali..." keluh Gyumin manja kepada Manda.
Aku melihat ke arah Gyumin. "Kau mau? Ya sudah, karena kau sudah berbaik hati membayar makananku... makanlah ini. Suapan ini untukmu!" Manda sengaja menyuapinya dengan belepotan.
Gyumin terlihat sangat bahagia, memandang Manda yang juga menikmati makanannya dengan senang.
...***...
Beberapa saat kemudian, setelah kami kenyang dengan makanan.
"Huh! Kenyang sekali, bagaimana denganmu?" Aku bertanya, melihat piring Gyumin.
"Kenapa makananmu belum kau habiskan?" tanyaku, sembari melihat Gyumin mengelap mulutnya dengan tissue.
"Aku sudah kenyang, porsi pasangan ini sangat banyak, aku tidak bisa makan dengan porsi sebanyak ini," jawab Gyumin dengan senyuman.
"Lalu kenapa memesan menu ini?" tanyaku, sedikit bingung.
"Bukankah makanan ini sangat lezat? Meskipun ini adalah menu pasangan?" sambung Gyumin sembari tertawa.
Aku membuat senyuman palsu. "Kau seharusnya menghargai makananmu," ucapku pelan.
Tiba-tiba, seorang Pria mendekati meja kami. Pria itu menghampiri Manda.
"Permisi, apakah saya bisa mendapatkan nomor ponsel Anda?" tanyanya sembari memberikan selembar kertas kepada Manda.
Aku terkejut. "Ee... maaf, tapi untuk apa kau memintanya?" tanyaku, sesekali melihat ke arah Gyumin.
"Kau sangat cantik, aku ingin mengenalmu lebih jauh," jawabnya dengan mata yang berbinar.
Gyumin berdiri dari tempat duduknya. "Sayang, apa kau sudah selesai?" tanya Gyumin tersenyum ke arah Manda.
Aku melihat ke arah Gyumin dengan kebingungan.
"I-iya... aku sudah selesai," jawabku gugup karena dipanggil sayang olehnya.
"Kalau begitu... ayo, kita pulang! Bukankah kau sudah lelah seharian ini?" sambung Gyumin sembari mengulurkan tangannya.
"Baiklah," jawabku lalu melangkahkan kaki bersama Gyumin.
Pria di belakangnya meraih tangan Manda.
"Bagaimana dengan nomor teleponnya?" tanyanya, menatap penuh harap.
Gyumin menghentikan langkahnya dan berbalik. "Apa kau bisa melepaskan tangan istriku?" bentak Gyumin kesal.
Pria itu tetap memegang tangannya, membuat Manda ketakutan. "Tolong berikan nomormu sebelum kau pergi!" paksa pria itu, membuat Gyumin semakin kesal.
Gyumin memaksa melepaskan tangan Pria itu dari Manda. "Kau jangan pernah mengganggunya lagi!" tegas Gyumin menatapnya dengan amarah, lalu membawa Manda pergi dari tempat tersebut.
...('◉⌓◉')...
Di dalam taksi, aku terdiam sembari menggigit kuku jariku.
"Usahakan, jika bertemu lagi dengan orang seperti itu, kau harus mengabaikan mereka. Mereka tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan," ujar Gyumin kepadaku.
"Aku benar-benar ketakutan," gumamku, menundukkan kepala.
"Kau ingin kembali ke kampus?" tanya Gyumin.
"Entahlah, aku sangat kacau hari ini. Aku ingin menenangkan diri," jawabku.
Gyumin berfikir sejenak. "Mau ke tempat nenek?" tawarnya.
"Aku tidak bisa menemui Nenek dalam kondisiku seperti ini," kata Manda, mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil.
"Ikutlah dengan ku hari ini!" pinta Gyumin sembari menggenggam tangan Manda, membuatnya terkejut.
"K-ke mana? Aku tidak ingin ke tempat umum, aku ingin ke tempat yang menenangkan," ucapku padanya.
"Ini akan menyenangkan, percayalah... bisakah kau membawa kami ke alamat ini?" tanya Gyumin kepada supir taksi.
Sesampainya di sebuah rumah megah, aku terpaku melihat bangunan ini.
"Kau membawaku ke mana? Ini rumah siapa? Kenapa membawaku ke tempat ini?" tanyaku, celingak-celinguk ke arah sekeliling.
"Ayo, masuk!" pinta Gyumin, memegang tanganku menuju pintu rumah.
"Hei, mengapa kita masuk?" tanyaku, ragu melangkahkan kaki.
Di dalam rumah yang megah itu, Manda merasa terpesona oleh kemewahan yang terpapar di setiap sudut. Dinding-dinding dipenuhi dengan seni yang elegan, furnitur-furnitur yang indah, dan nuansa yang tenang serta terhindar dari kebisingan luar.
"Ini tempat apa, anjir," gumam Manda dalam bahasa Indonesia, matanya terpaku pada sebuah foto besar Gyumin yang tergantung di tembok.
"Gyumin, ini rumahmu?" tanyanya kagum, menatap pria itu yang tersenyum senang melihat reaksinya.
Gyumin mengangguk mantap. "Ya, tempat ini akan membuatmu merasa tenang, jauh dari keramaian," jelasnya lembut.
Manda mengangkat alisnya dengan sedikit canda. "Hmm, sepi memang... tapi, tidak perlu di rumahmu juga, kan? Ayo, antar aku pulang! Kau sangat aneh." Ocehnya, berjalan ke arah pintu keluar rumah tersebut.
Gyumin menarik lengan Manda dengan lembut. "Kita sudah sampai di sini. Percayalah, tempat ini bisa membuatmu tenang," ujarnya meyakinkan.
Manda memutar matanya, merasa kesal dengan tingkah Gyumin yang menyebalkan. "Baiklah, tapi aku malu jika bertemu dengan keluargamu," keluhnya.
"Orangtuaku jarang ada di rumah, jadi jangan khawatir. Kau bisa merasa seperti di rumah sendiri," jelas Gyumin dengan senyum penuh harap.
Manda menghela nafas panjang, akhirnya menuruti permintaan Gyumin. "Baiklah, kalau begitu."
Gyumin membimbing Manda ke ruang santai keluarga, di mana suasana hatinya berubah ketika melihat kolam renang mewah yang menghadap di depannya. Dia meraih air di kolam dengan gemas.
"Sudah lama sekali aku tidak memainkan nya," gumam Manda, tersenyum.
Gyumin duduk di sampingnya, menatap air dengan penuh kebahagiaan. "Hari ini aku benar-benar bahagia," ucapnya dengan tulus.
Manda melirik ke arah Gyumin dengan tajam. "Ada yang membuatmu bahagia hari ini? Kabar dari kekasihmu ya?"
Gyumin langsung menepisnya dengan candaan. "Ah, aku kan sudah bilang, aku nggak punya kekasih!"
Manda memutar bola matanya, lalu fokus pada kolam renang lagi. Gyumin tersentak, berdiri dari tempat duduknya.
"Hati-hati, jangan terlalu dekat dengan pinggir kolam. Kolamnya dalam." ingatnya cepat dan melangkah pergi, meninggalkan Manda sendirian.
Manda hendak mengikuti Gyumin, tapi kakinya tersandung sendiri dan terjatuh ke dalam kolam yang dalam itu.
"Tolong!"
Mendengar teriakan Manda, Gyumin langsung berbalik dan melompat ke dalam kolam, menariknya keluar dari air dengan cepat.
Beberapa saat kemudian, Manda mulai sadar kembali setelah mendapatkan pertolongan pertama dari Gyumin.
"Aku akan ambil handuk untukmu," ucap Gyumin panik.
Dia segera kembali dengan handuk, membantunya mengeringkan diri. "Pakailah ini, dan cepat ganti bajumu. Cuacanya dingin sekali. Mari, masuk ke dalam," ajaknya sembari membantu Manda berdiri.
Gyumin memberikan satu set bajunya untuk sementara waktu sebelum meninggalkan Manda sendirian di kamarnya.
...To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
kalea rizuky
balik aja ke Indonesia manda
2024-11-12
1