"Lho, Ca! Gue salah apa?"
Suara Manda terdengar serak dan putus asa. Tetapi, jawab Caca tak memberikan penghiburan, malah menambah luka.
"Lo nggak salah, Gue yang salah! Ngenalin Angga ke cewek genit kayak Lo!" Bentaknya. Suara itu keras dan tajam, seperti pisau yang menyayat telinga Manda. Tanpa menunggu balasan, Caca menutup telepon dengan kasar. Membuat Manda seketika terdiam.
"Ca! Hallo, Ca!" Teriaknya, memanggil dalam keputusasaan. Tapi tidak ada jawaban.
"Argh! Pria sialan!" Kemarahan meledak, dan ponselnya terbang menuju cermin. Suara kaca pecah mengisi ruangan, serpihan kecil berserakan di atas meja rias, berkilauan di bawah cahaya lampu.
"Ck! Hidup lebih lama di sini akan membuatku gila!" Geramnya kesal, tangan terkepal dan napas tersengal.
Keesokan harinya, aroma masakan Mama menyapa dari dapur. Manda berjalan dengan langkah berat, pikirannya masih diselimuti amarah dan kesedihan.
"Manda sudah memikirkannya," ucapnya pelan, membuka lemari dan meraih gelas. Air es dingin mengalir ke gelas, berharap dapat mendinginkan kepalanya yang hampir meledak.
Mama menoleh, matanya penuh kasih sayang namun khawatir. "Apa? Ke luar negeri?"
"Iya lah, ke mana lagi?! Manda udah mutusin buat pergi ke Korea. Karna Manda sedikit memahami bahasanya," jawab Manda tegas, duduk di kursi meja makan, menatap Mamanya dengan penuh tekad.
Mama Manda menghela napas panjang. "Baik, Kamu akan menempuh pendidikan kuliahmu di sana. Mama berharap kamu dapat merubah kelakuanmu itu," ucapnya lembut namun tegas.
Manda mengangguk, merasa sedikit lega. "Its okay, aku setuju itu!" serunya, meskipun hati masih bergolak.
"Mama akan mengurusnya. Kau harus bersiap!" Mama melanjutkan memasak, sementara Manda kembali ke kamarnya, membawa beban pikiran yang masih berat.
__
____
______
Dua minggu kemudian, di bandara, suasana haru dan cemas terasa kental. "Sudah siap? Ada yang terlupa?" tanya Mama, matanya penuh perhatian.
"Tidak, Mama Papa nanti jenguk Manda kan?" Suara Manda hampir tak terdengar, getar emosinya jelas.
"Tentu saja, Papa Mama jenguk kamu kok. Kamu belajar yang giat di sana ya, Nak!" Papa mengelus rambutnya, mencoba menenangkan.
"Jaga kesehatanmu, Nak!" Mata Mama berkaca-kaca, dan Manda merasa sesak melihatnya.
"Baik, Manda pergi dulu, sampai jumpa," pamit Manda, melambaikan tangan dengan perasaan campur aduk.
...Bandara Incheon, Korea....
Setelah melewati berjam-jam perjalanan yang melelahkan, Manda tiba di Bandara Incheon. "Haduh, jemputannya lama banget sih!" keluhku, mata ini sibuk mencari sosok yang ditunggu.
Beberapa saat kemudian, seorang supir taksi datang tergopoh-gopoh. "Bapak dari mana aja? Aku udah di sini satu jam loh, Pak!" Ocehnya, nada suaranya tak bisa menyembunyikan kesal.
Supir taksi itu tampak terpesona sesaat, kemudian cepat-cepat memasukkan koper Manda ke bagasi. "Maafkan saya, saya pergi ke suatu tempat," ucapnya terbata-bata.
"Tolong bawa saya ke alamat ini, udah capek banget nih!" Manda duduk dengan nyaman di kursi penumpang, berharap segera sampai ke tempat tujuan.
Sesampainya di Apartemen, Gangnam, Korea. Manda langsung melempar tubuhnya ke ranjang setelah memasuki kamar tidurnya. "Capek banget, aku harus tidur," gumamnya, dan seketika jatuh dalam tidur yang dalam.
Pagi berikutnya, pukul 09.18, Manda terbangun dengan rasa lapar. "Sepertinya, aku harus keluar. Tidak ada stok makanan di tempat ini," gumamnya, bersiap untuk keluar.
Di perjalanan menuju swalayan terdekat, Manda merasa tatapan orang-orang tertuju padanya. Rambut panjangnya terurai, badan tinggi dan langsing, kulit putih bersih—dia tahu, penampilannya menarik perhatian.
Di swalayan, seorang pria mendekatinya. "Permisi, bisakah saya mendapatkan nomor telepon Anda?" tanyanya sopan, mengulurkan ponsel.
Manda berpura-pura tidak mengerti. "Maaf, saya tidak mengerti, permisi," katanya, dan pria itu mundur dengan wajah malu.
Manda menyelesaikan belanjanya secepat mungkin dan bergegas kembali ke apartemen, merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang.
Dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja Manda menabrak seseorang. Ia terjatuh, dan pria yang ditabraknya cepat-cepat mengulurkan tangan. "Apa kau terluka? Kenapa terburu-buru? Seseorang mengganggumu?" tanyanya khawatir.
Manda mencoba bangkit sendiri. "Tidak apa-apa," katanya singkat, lalu segera pergi.
__
____
______
Satu minggu kemudian, di taman Universitas Korea pukul 08.00 pagi, Manda duduk termenung. "Membosankan sekali," keluhnya.
Segerombolan mahasiswa menghampirinya. "Permisi, apa kau kebingungan?" goda salah satu pria.
"Tidak!" jawab Manda ketus, tanpa menatap mereka.
"Mungkin kau membutuhkan teman?" tambah yang lain.
Manda menatap mereka tajam. "Mau apa?!" bentaknya, merasa terganggu.
"Berikan nomor teleponmu, maka kami akan pergi!" bujuk pria pertama.
"Cih! Tidak punya!" jawabnya sambil mengalihkan pandangan.
"Kau bercanda?" pria lain seloroh, duduk di dekat Manda.
Manda berdiri marah, menatap Pria pertama yang menyapanya. "Dasar geng ga jelas! Ketuanya juga sama-sama ngga jelas!" Bentaknya dan berlalu pergi.
Pria yang dipanggil Gyumin mengejarnya. "Hei, Tunggu! Ah, kenapa wanita itu sombong sekali!" keluhnya.
Salah satu teman menarik tangannya. "Sudahlah, Gyumin. Kau takkan bisa mengejarnya," ujarnya sambil tertawa.
Jun ki menepuk bahu Gyumin. "Sepertinya, kau sudah tidak menarik lagi." selorohnya.
"Hah?! Kau serius? Sudahlah. Ayo, makan!" Gyumin mengajak teman-temannya ke Restaurant kampus.
Beberapa saat kemudian, Manda memasuki kelas tanpa mendongakkan kepalanya, dan duduk bersebelahan dengan tempat Gyumin, karena hanya kursi itulah yang tertinggal.
"Gyu! Lihat, gadis itu!" bisik Jun ki, saat Gyumin tengah bergurau bersama dengannya.
Gyumin menoleh ke arah gadis yang di maksud, matanya tak bisa lepas. Manda menyadarinya dan merasa tidak nyaman, Ia dengan segera mengenakan masker.
"Selamat pagi," sapa Dosen Kim, memasuki kelas.
"Pagi, Pak!" jawab semua mahasiswa.
"Kita kedatangan mahasiswi baru di kelas ini. Harap berdiri dan perkenalkan diri!" ucap Dosen Kim.
Dengan perasaan malu, Manda bangun dan melepas maskernya. Semua mata tertuju padanya, terpesona oleh kecantikannya.
"Tolong perkenalkan diri kamu," kata Dosen Kim.
"Selamat pagi, perkenalkan, saya Mandalika. Kalian bisa memanggilku dengan nama Manda. Dan saya berasal dari Indonesia, terima kasih," ucap Manda, melukis senyuman indah di bibirnya.
Seisi kelas pun bersorak, pujian dan godaan datang dari segala penjuru, terkecuali Gyumin yang hanya diam, menatap Manda dengan penuh cinta.
Jun ki yang menyadari keanehan dari Pria di hadapannya, Ia dengan sengaja menggebrak meja Gyumin, yang membuatnya seketika terkejut dan kesal. Dengan spontan Gyumin mengumpat kepada Jun ki yang cekikikan menertawakannya.
"Sudah cukup, harap tenang. Silakan duduk kembali, mari kita lanjutkan," titah Dosen Kim.
__
____
______
Setelah kelas berakhir, Dosen Kim memanggil Manda yang hendak melangkah keluar dari ruangan tersebut.
"Manda, ayo, ikut dengan Bapak!" Panggilnya, berjalan menghampiri Manda dan mengulurkan tangannya.
Gyumin tiba-tiba menggapai tangan Manda dari arah belakang. "Kau berjanji pergi denganku, ayo tepati!" Tatapannya penuh harap. Manda terdiam, terkejut dengan keberanian Gyumin.
...To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Sad Grill
asik ceritanya
2024-08-23
0