Bukan Sebatas Istri Status (5)
" Sudah selesai?,"
Anin masuk ke dalam kamar Azzura. Ia memperhatikan aktivitas putrinya yang sedang membuat konten video untuk di upload di sosial medianya.
Membuat aneka kerajinan yang bisa dilakukan untuk pembelajaran anak usia dini.
" Alhamdulillah,Bun." Jawab Azzura sambil membereskan aneka kertas warna, gunting dan lain sebagainya.
Anin tak membantu. Ia membiarkan Azzura melakukan apa yang ia bisa. Tidak ingin Azzura menganggap dirinya tak lagi berguna.
Sekalipun aktivitasnya terbatas karena menggunakan kursi roda.
" Berapa banyak video hari ini?,"
" Lima,"
" Masya Allah, banyak?,"
" Hemm. Kemarin mempersiapkan bahannya, hari ini hanya buat videonya saja,"
Anin manggut-manggut. "Jangan terlalu lelah,"
" Siap, bos!!,"
Anin hanya terkekeh mendengar jawaban sang putri.
Bersyukur karena Azzura masih Azzura yang sama. Ceria. Walaupun di tengah keterbatasannya.
" Terapi hari ini ditemani Bulan, ya. katanya dia mau menemanimu,"
"Memangnya tidak sibuk?,"
" Libur,"
" Tumben dokter sesibuk dia libur,"
" Sesekali katanya. Nanti dia datang kesini,"
Azzura manggut-manggut.
" Oh iya ini," sebuah kotak kardus di letakkan di atas tempat tidur.
" Ini paket alat kerajinan yang kamu pesan. Tadi,kurir baru mengantarkannya,"
Azzura memang sudah punya toko langganan. Jika butuh tinggal pesan dan transfer. Nanti dikirim. Walaupun sebenarnya lebih puas kalau langsung ke toko. Tapi, mengingat keterbatasan yang ia miliki saat ini, Azzura tidak mau merepotkan banyak orang.
"Terimakasih, Bun,"
" Iya sama-sama. Sekalian, bunda juga mau pamit ya. Ada pengajian di rumah Bu RT,"
"Iya,"
" Hati-hati di rumah. Assalamu'alaikum,"
Anin mengecup kening putrinya.
" Wa'alaikumsalam,"
Anin meninggalkan Azzura seorang diri di kamar. Azzura tak pernah ingin merepotkan orang lain karena itu ia berusaha melakukan apapun sendiri. Sekalipun membutuhkan waktu yang lama.
Azzura kembali sibuk meng-upload video yang baru ia buat.
Sebuah pesan masuk, namun Azzurra hanya membaca dan tak berniat membalasnya.
" Cepat atau lambat dia akan tahu juga sosial media ku. Ternyata secepat ini," gumamnya meletakkan ponselnya lagi.
...******...
" Dokter Bulan disini juga?," sapa Dokter Fatur.
" Iya, dok. Sekali-kali nganter sepupu saya,"
" Oh, kalian sepupuan?,"
" Iya dok,"
Dokter Fatur hanya manggut-manggut.
" Alhamdulillah, kaki sebelah kiri sudah bisa di pakai berjalan ya. Walaupun masih harus hati-hati. Namun, kaki kanan harus melakukan terapi lebih lama," dokter Fatur mulai menjelaskan kondisi kaki Azzura.
Azzura mengangguk. Ia tahu kondisi kaki sebelah kanannya lebih parah.
" Jadi, kalau hanya pakai tongkat, bisa kan dok?,"
" Bisa,"
Azzura mengangguk lagi. Setidaknya ada perkembangan dengan kondisi kakinya.
" Oh iya, emm. Begini. Apa saya boleh minta nomer ponselnya?," tanya dokter Fatur hati-hati.
Azzura mengerutkan keningnya. Ia tidak mudah memberikan nomor ponsel apalagi pada lawan jenis.
" Begini, Yaya ingin menghubungimu. Beberapa kali dia minta saya menelpon kamu. Tapi, saya tidak punya nomer ponsel kamu.
Saya sudah menelpon Ayah kamu tapi, katanya minta langsung saja,"
" Oh iya saya belum sempat bilang apapun pada ayah. Dokter catat saja nomor ponselnya. Nanti saya hubungi ," pinta Azzura.
Bulan hanya memperhatikan interaksi keduanya. Ia penasaran seperti apa interaksi keduanya karena itu sengaja mengajukan diri untuk mengantar Azzura terapi.
" Ini nomor ponsel Yaya. Dia pegang ponsel sendiri." secarik kertas di berikan pada Azzura.
Azzura manggut-manggut. Pasti ada alasan Kenapa anak sekecil itu sudah diberikan ponsel sendiri.
" Biar saya mudah menghuninya. Soalnya saya selalu khawatir kalau tidak langsung mendengar suaranya untuk mendengar kabarnya." dokter Fatur seolah bisa membaca isi pikirannya.
Setelah melakukan terapi,Bulan mengajak Azzura ke suatu tempat. Di perjalanan, mereka membeli makanan untuk di nikmati keduanya.
" Bagaimana? Pemandangannya bagus, kan?,"
Azzura tersenyum melihat kota di atas perbukitan.
Jalan menuju tempat itu sudah bagus dan bisa untuk di lalui mobil. Mereka hanya perlu membayar tiket masuk untuk bisa masuk ke kawasan itu.
" Iya. Apalagi kalau malam ya?,".
" Iya, kalau malam seperti langit bertaburan bintang," jelas Bulan.
Keduanya terdiam menikmati semilir angin. Hari semakin sore menambah indah pemandangan disana.
" Dokter Fatur itu duren, loh," Bulan Memuji dokter Fatur yang sekalipun usianya sudah kepala empat, masih tetap tampan tidak terlihat seperti seorang duda anak dua.
Azzura mengerutkan keningnya saat Bulan malah membahas dokter Fatur.
" Kenapa bahas dia?," Azzura melirik Bulan.
" Mungkin mau menjadikannya suami. Aku sih yes," ucap Bulan terkekeh.
" Kamu sama kak Ivan sama saja," Azzura menggelengkan kepalanya.
"Dia itu the best single Dad"
" Begitukah?,'
" Hemm. Di tengah kesibukannya sebagai dokter masih sangat menyempatkan waktu untuk kedua anaknya. Yang satu sudah menuju remaja. Yang satu sakit keras. kebayang kan sibuknya seorang dokter Fatur?,"
Azzura terdiam. Ia hanya penasaran pada sosok Freya.
" Yaya itu yang paling kasihan. Karena tidak pernah mengenal sosok ibunya. Entah kenapa ibunya seolah pilih kasih. Tidak pernah mau menemui Yaya sama sekali," Bulan melanjutkan ceritanya.
" Kamu tahu?"
" Tahu. Dia selalu bercerita pada para suster. Karena Kalau di rumah sakit, Yaya lebih sering di titipkan pada suster. Dia jadinya akrab dengan para suster saking seringnya ke rumah sakit untuk berobat,"
Azzura kini paham kenapa banyak yang mengenal Yaya. Jika mereka sedang berdua, suster yang lewat pasti menyapa gadis kecil itu.
" Katanya, dia bukan anak kandung dokter Fatur. Tapi,anak mantan istrinya dan kakak kandungnya,"
Deg
" Mulai gibah .." kesal Azzura
" Bukan begitu. Setidaknya saat kamu memutuskan untuk menikah dengan dokter Fatur, kamu sudah tahu siapa dan seperti apa keluarganya,"
Azzura menatap horor Bulan yang hanya tertawa.
" Dia di selingkuhi istri dan kakaknya. seperti judul film. Ipar adalah maut," Bulan meneruskan ceritanya tanpa mau berhenti.
Entahlah ia merasa dokter Fatur tidak buruk untuk jadi suami Azzura. Walaupun dia duda.
" Sebenarnya Yaya sakit apa?," tanya Azzura.
Sebenarnya ia bisa menebak apa penyakit Freya dari apa yang di jelaskan oleh Freya tentang apa yang dia alami. Tapi, ia ingin tahu lebih jelas.
" Turunan dari ayah kandungnya katanya. Ayah kandungnya juga kan meninggal karena penyakit-penyakit yang sama dua tahun lalu,"
" Innalilahi," Azzura kasihan pada Freya. Namun, Freya masih memiliki sosok dokter Fatur yang kini menjadi ayahnya.
" Padahal ibu kandungnya saja malah mau membuangnya," jelas Bulan emosi jika ingat mantan istri Dokter Fatur.
" Serius? Tahu dari mana ? Tidak mungkin Yaya yang cerita kan?,"
" Ada suster yang tidak sengaja mendengar percakapan keduanya sesaat setelah Yaya lahir. Bahkan mantan istri dokter Fatur itu langsung meminta dokter Fatur membawa Yaya pergi tanpanmau memberi ASI dulu pada bayi yang baru lahir itu,"
Deg
Azzura merenung. Kini ia mengerti kenapa Freya begitu senang saat ia mengizinkan anak itu memanggilnya dengan panggilan Mami. Karena ibu kandungnya sendiri jelas-jelas menolak kehadirannya.
Dokter Fatur luar biasa. Bisa menerima Yaya di saat ibu kandungnya justru menolak anak itu. Batin Azzura
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🌷💚SITI.R💚🌷
dokter Garut sabar banget ya..udh di selingkuhun di hianatin sekarang du tinggalin dan hrs ngurus freya yg notabene ponakan bukan anak kandung tp dia sayang bnget sm freya..tp sepertiy kakay freya ga suka sm azzura
2024-08-21
0
Teh Euis Tea
kasian freya seberat itu cobaannya
2024-08-19
0
Noey Aprilia
Udh slingkuh sm kk iparnya,gliran hmil smp mlahirkn mlah ga mau mngakui anknya....apa lgi sbutn yg pnts slain ibu durjana.....
mga aja dktr fatur jdoh sm azzura,sklian bs mnyayangi yaya jg....
2024-08-19
0