Teman si Brengsek

Menjadi seorang mahasiswa yang sekaligus menjabat sebagai seorang karyawan itu tentu tidak mudah, selain harus pintar membagi waktu, Naura juga harus menyiapkan ekstra tenaga untuk dua kegiatan itu.

Terkadang ia merasa lelah dan ingin menyerah, namun keadaan mengharuskan Naura untuk tetap melakukannya.

Demi mencukupi kebutuhannya, ia merelakan waktu istirahat dan belajarnya. Dan meskipun melelahkan, itu lebih baik daripada Naura harus menyusahkan ibunya di kampung yang hanya bekerja sebagai tukang cuci saja.

Setelah berganti pakaian dan mengisi perut di kontrakannya, Naura kembali keluar untuk segera menuju tempat kerjanya. Tempat kerja yang jaraknya tidak jauh dari kontrakan, hanya melewati beberapa meter saja. Tempatnya berada di jalan raya, sedangkan kontrakannya masuk ke dalam gang kecil yang tak jauh dari tempat itu.

"Sore, Bu," ucap Naura ketika ia baru sampai dan bertemu dengan Bu Nadia, pemilik toko kue itu.

Wanita yang perkiraan umurnya masih di usia tiga puluh tahun itu tersenyum seraya membalas sapaan dari Naura. "Sore, Naura."

Naura mengangguk, kemudian ia langsung berjalan menuju sebuah ruangan yang ada di belakang. Ruangan yang dikhususkan untuk berganti pakaian, istirahat, dan menyimpan barang. Naura tidak mengganti pakaian di sana- karena ia sudah memakai seragam khas toko itu di kontrakannya ia hanya menyimpan totebag yang ia bawa dan mengenakan apron berwarna coklat yang terdapat gambar logo khas toko ini. Setelahnya, ia kembali keluar untuk segera melaksanakan pekerjaannya.

Bukan toko kue yang besar, namun tidak tergolong ke toko kue kecil juga. Namanya Caked With Care, entah apa arti dari nama itu. Toko yang menyediakan berbagai kue kering, cemilan, berbagai macam donat, dan tentunya kue ulang tahun.

Lima bulan bekerja di tempat ini, Naura telah belajar banyak hal. Dari belajar membuat kue, juga beberapa pelajaran hidup yang sangat penting menurutnya. Seperti sabar melayani pelanggan, disiplin dalam waktu dan bertanggung jawab untuk pekerjaannya. Di sini, Naura bertugas untuk melayani pelanggan, juga sesekali ikut membantu membuat pesanan di bagian dapur.

"Selamat Sore, selamat datang di Caked With Care, ada yang bisa saya bantu? Kakak cari apa?" ucap Naura dengan ramah juga senyum yang merekah ketika ada seorang pelanggan yang masuk.

Seorang gadis yang masih memakai seragam SMA ikut tersenyum membalas senyuman Naura. Ia menyebutkan apa yang ia cari di sana. "Saya mau ambil pesanan saya, Kak. Atas nama Cecilia."

Naura yang masih tersenyum, kini menganggukan kepalanya. "Baik, Kak, mohon ditunggu sebentar," ucapnya.

Naura berjalan menuju sebuah komputer untuk mengecek pesanan atas nama Cecilia yang ternyata pesanannya berupa Collete Lola Chocolate Madness, cake ulang tahun yang ditaburi lelehan coklat juga berbagai hiasan lain di atasnya. Setelah mengecek pesanan, ia berjalan menuju lemari pendingin yang terdapat banyak cake di sana dan mencari cake berlabel nama pemesan. Tidak sampai menghabiskan waktu lama, Naura sudah menemukan cake berlabel Cecilia.

Setelah mengambilnya, Naura segera memasukan cake itu ke dalam sebuah kotak. Ia menarik sudut bibir ketika melihat adanya tulisan 'Happy Birthday sayangku' di atas kue itu. Manis sekali, ia berasumsi bahwa Cake itu untuk kekasihnya. Gadis SMA yang sudah memiliki kekasih, masa remaja yang pastinya menyenangkan, bukan?

"Sudah, Kak?" tanya Cecilia.

Naura mengangguk. "Sudah, ini pesanannya. Struknya ada di dalam, ya. Terima kasih."

Tersenyum seraya mengambil alih pesanannya, gadis SMA itu berjalan keluar, meninggalkan Naura yang masih diam di tempat.

Memiliki pekerjaan seperti ini, mengharuskan Naura untuk menjaga senyumnya di setiap waktu. Pelayan yang ramah dan murah senyum adalah kesenangan para pelanggan, bukan? Meski terkadang harinya sedang buruk dan dirinya dalam keadaan tidak baik-baik saja, ia harus tetap tersenyum di hadapan semua orang. Terasa berat, namun itulah tuntutan dalam pekerjaan.

Tidak mau diam saja, Naura berniat menuju dapur, menghampiri Bu Nadia dan ikut membantu di sana. Namun, saat kakinya akan melangkah, tubuhnya terasa lemas, pusing di kepala juga perutnya yang entah kenapa terasa sangat mual. Padahal, saat pagi dan siang tadi, ia baik-baik saja. Hanya pucat saja, seperti apa yang dikatakan oleh sahabatnya.

Semakin ditahan, rasa mual itu semakin menjadi hingga Naura sudah tidak tahan lagi. Dengan segera, ia sedikit berlari menuju toilet yang ada di dekat ruangan tempatnya menyimpan tas tadi.

Ini tidak seperti biasanya. Ini menakutkan. Ini membuat Naura khawatir dengan tubuhnya. Sampai di toilet, ia memuntahkan apa yang telah ia makan di sana. Cukup lama, bahkan hingga tubuhnya terasa sudah tak memiliki tenaga sedikitpun.

Tuhan... ada apa dengan dirinya?

Apa yang salah?

"Naura? Kamu baik-baik saja?" tanya Bu Nadia dari luar, yang khawatir karena mendengar suara Naura dari dalam toilet sana.

"Aku baik-baik aja, Bu," sahut Naura, yang kini sudah mulai membersihkan mulutnya.

Jangan heran, selain merasa tidak enakan, Naura juga selalu membohongi semua orang atas bagaimana keadaan tubuhnya. Ia selalu berpura-pura untuk tetap terlihat baik-baik saja, meski pada kenyataannya, ia tengah berantakan. Bahkan sangat berantakan. Tidak ada alasan lain selain ia yang tidak ingin terlihat lemah dan tidak mau orang di sekitarnya ikut repot hanya karena dirinya.

Naura memang senaif itu.

"Yang benar? Kedengarannya kamu memuntahkan sesuatu yang banyak dari perutmu. Kamu butuh sesuatu?" tanya Bu Nadia lagi, namun Naura tetap menolak dan bersikeras mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak membutuhkan apa pun.

"Aku baik-baik aja, Bu."

"Baiklah, kalau butuh sesuatu, bilang aja."

Memastikan bahwa Bu Nadia sudah pergi dari depan pintu toilet, Naura baru bergerak membuka pintu dan keluar dari sana. Bersamaan dengan itu, ia mnegelap mulutnya yang basah menggunakan tisu. Tanpa memedulikan rasa pusing dan lemas dari tubuhnya, Naura kembali berjalan ke depan, karena ia melihat ada pelanggan di sana. Pelanggan yang tengah berbincang dengan Bu Nadia.

"Kamu oke, Naura?" tanya Bu Nadia.

Naura menganggukkan kepalanya. "Oke, Bu," jawabnya.

"Kalau begitu, kamu layani dulu Mas ini, saya mau ke dapur, cek oven."

Naura kembali mengangguk. "Baik, Bu."

Melihat Bu Nadia berjalan menuju dapur, Naura beralih menatap seorang laki-laki yang mengenakan masker juga penutup kepala. Kelihatannya sangat misterius, membuat Naura sedikit merasa takut di tempatnya. "Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya Naura.

"Saya cari cake ulang tahun yang sudah siap, ada?" ucap laki-laki itu.

Pandangan Naura beralih, melihat lemari pendingin dan meneliti setiap kue yang ada di sana. Mencari sekiranya masih ada kue yang belum berlabel di sana. Selang beberapa detik, matanya kembali mengarah ke laki-laki di depannya. "Ada, tapi hanya tersisa dua varian saja, Kak. Blackforest sama Red Velvet."

Naura tidak tahu apakah laki-laki itu dapur, menghampiri Bu Nadia dan ikut membantu di sana. Namun, saat kakinya akan melangkah, tubuhnya terasa lemas, pusing di kepala juga perutnya yang entah kenapa terasa sangat mual. Padahal, saat pagi dan siang tadi, ia baik-baik saja. Hanya pucat saja, seperti apa yang dikatakan oleh sahabatnya.

Semakin ditahan, rasa mual itu semakin menjadi hingga Naura sudah tidak tahan lagi. Dengan segera, ia sedikit berlari menuju toilet yang ada di dekat ruangan tempatnya menyimpan tas tadi.

Ini tidak seperti biasanya. Ini menakutkan. Ini membuat Naura khawatir dengan tubuhnya. Sampai di toilet, ia memuntahkan apa yang telah ia makan di sana. Cukup lama, bahkan hingga tubuhnya terasa sudah tak memiliki tenaga sedikitpun.

Tuhan... ada apa dengan dirinya?

Apa yang salah?

"Naura? Kamu baik-baik saja?" tanya Bu Nadia dari luar, yang khawatir karena mendengar suara Naura dari dalam toilet sana.

"Aku baik-baik aja, Bu," sahut Naura, yang kini sudah mulai membersihkan mulutnya.

Jangan heran, selain merasa tidak enakan, Naura juga selalu membohongi semua orang atas bagaimana keadaan tubuhnya. Ia selalu berpura-pura untuk tetap terlihat baik-baik saja, meski pada kenyataannya, ia tengah berantakan. Bahkan sangat berantakan. Tidak ada alasan lain selain ia yang tidak ingin terlihat lemah dan tidak mau orang di sekitarnya ikut repot hanya karena dirinya.

Naura memang senaif itu.

"Yang benar? Kedengarannya kamu memuntahkan sesuatu yang banyak dari perutmu. Kamu butuh sesuatu?" tanya Bu Nadia lagi, namun Naura tetap menolak dan bersikeras mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak membutuhkan apa pun.

"Aku baik-baik aja, Bu."

"Baiklah, kalau butuh sesuatu, bilang aja."

Memastikan bahwa Bu Nadia sudah pergi dari depan pintu toilet, Naura baru bergerak membuka pintu dan keluar dari sana. Bersamaan dengan itu, ia mnegelap mulutnya yang basah menggunakan tisu. Tanpa memedulikan rasa pusing dan lemas dari tubuhnya, Naura kembali berjalan ke depan, karena ia melihat ada pelanggan di sana. Pelanggan yang tengah berbincang dengan Bu Nadia.

"Kamu oke, Naura?" tanya Bu Nadia.

Naura menganggukkan kepalanya. "Oke, Bu," jawabnya.

"Kalau begitu, kamu layani dulu Mas ini, saya mau ke dapur, cek oven."

Naura kembali mengangguk. "Baik, Bu."

Melihat Bu Nadia berjalan menuju dapur, Naura beralih menatap seorang laki-laki yang mengenakan masker juga penutup kepala. Kelihatannya sangat misterius, membuat Naura sedikit merasa takut di tempatnya. "Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya Naura.

"Saya cari cake ulang tahun yang sudah siap, ada?" ucap laki-laki itu.

Pandangan Naura beralih, melihat lemari pendingin dan meneliti setiap kue yang ada di sana. Mencari sekiranya masih ada kue yang belum berlabel di sana. Selang beberapa detik, matanya kembali mengarah ke laki-laki di depannya. "Ada, tapi hanya tersisa dua varian saja, Kak. Blackforest sama Red Velvet."

Naura tidak tahu apakah laki-laki itu mendengar ucapannya atau tidak, yang pasti, sampai beberapa saat laki-laki itu tidak menjawabnya. Hanya diam sembari... memerhatikannya. Hey, siapa dia? Kenapa dia melihatnya seperti itu?

"Kak?" tanya Naura lagi.

Laki-laki itu masih diam dengan mata yang masih memerhatikan Naura, yang mana hal itu membuat Naura semakin kebingungan di tempatnya. Apa ada yang aneh dengan penampilannya, atau ada yang salah dengan ucapan atau sikap dan perilakunya?

Naura benar-benar kebingungan, hingga laki-laki itu mnegatakan sesuatu yang membuatnya semakin bingung.

"Saya tahu kamu," ucap laki-laki itu.

Kening Naura mengerut. Dia mengenalinya? Dia tahu tentangnya? Siapa dia?

"Kamu siapa?" tanya Naura memberanikan diri. Senagai pelayan, tentunya itu pertanyaanyang tidak sopan kepada pelanggan, namun Naura benar-benar sudah penasaran.

Alih-alih menjawab, laki-laki itu malah membuka masker putih yang dikenakannya.

Membuat Naura sedikit terkejut dan spontan mundur satu langkah. Naura ingat laki-laki itu. Ia sering melihatnya.

Dia... laki-laki yang sering memerhatikannya dari kejauhan akhir-akhir ini.

Siapa dia sebenarnya?

Kenapa dia menghampirinya kemari?

Dengan niat awal yang entah memang tengah mencari cake ulang tahun atau hanya alibi untuk menghampirinya. Bukannya terlalu percaya diri atau berpikir berlebih seperti itu, Naura hanya berasumsi saja setelah apa yang ia lihat dari laki-laki itu kemarin-kemarin.

"Kamu siapa?" tanya Naura lagi, dengan kening yang mnegerut dalam.

"Saya Bagas," jawab laki-laki itu.

Namanya Bagas. Sekarang Naura harus menanyakan apa maksud dari laki-laki itu.

"Maksud kamu apa?" tanyanya.

"Maksud yang mana? Maksud ucapan bahwa saya tahu kamu aau maksud mengapa saya memerhatikan kamu akhir-akhir ini?"

Nyatanya, Naura penasaran dengan alasan keduanya. Dari mana dia tahu tentang dirinya? Dan kenapa bisa dia melakukan hal yang mencurigakan seperti itu?

"Dua-duanya," jawab Naura. Ia kembali melangkah maju satu langkah, merasa sudah tenang dan ingin mendengar jawaban laki-laki itu dengan jelas.

Berbeda dengan Naura yang mengerutkan keningnya, Bagas malah terlihat biasa saja di tempatnya. Iya, karena tidak ada yang membuat bingung laki-laki itu. Setelah diam beberapa saat, Bagas menghela napasnya pelan. Mulai mengatakan apa yang ingin ia katakan kepada perempuan di hadapannya itu. "Saya tahu kamu, karena saya melihat kamu keluar dari rumah kosong malam itu."

Deg...

Naura menelan ludahnya susah payah. Ia tercekat mendengar ucapan Bagas yang ia sendiri bisa tahu rumah kosong dan malam yang dimaksud cowok itu. Kenapa dia bisa tahu? Padahal, seingat Naura, keadaan sekitar di rumah kosong pagi itu sangat sepi dan ia tidak melihat ada orang di sana. Lalu, kenapa Bagas bisa melihatnya? Apakah ... dia juga tahu tentang kejadian mengerikan itu?

"K-kenapa kamu bisa tahu?" tanya Naura terbata-bata, ia mulai gugup dan ketakutan. Takut karena kembali mengingat kejadian mengerikan itu dan takut kalau ternyata Bagas mengetahui semuanya.

"Sebelumnya saya minta maaf. Saat itu saya memang akan pergi ke rumah di mana tempat kamu keluar, dan saya tidak sengaja melihat kamu keluar dari sana dengan... keadaan yang berantakan."

Kali ini, Naura menahan napasnya. Ia gugup, takut, dan rasa malu mulai menyerangnya. Bagas juga melihat bagaimana penampilannya saat itu yang Naura sendiri pun mengakui bahwa keadaannya memang benar-benar berantakan.

"Naura, perlu kamu tahu bahwa saya ini teman Regan, laki-laki brengsek yang sudah merusak kamu malam itu. Alasan saya memerhatikan kamu akhir-akhir ini, karena ada sesuatu yang ingin saya bicarakan kepada kamu. Bagaimana? Kamu mau bicara dengan saya?"

Terpopuler

Comments

Meliora

Meliora

Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3

2024-08-14

0

lihat semua
Episodes
1 Mimpi Buruk
2 Teman si Brengsek
3 Hamil?
4 Terlalu Lancang
5 Kenyataan Gila
6 Menghilang
7 Bertemu Dengan Orang Itu
8 Tidak Mau Bertanggung Jawab
9 Kesalahan Besar
10 Tanggung Jawab
11 Keluarga Regan
12 Gugup dan Takut
13 Nikahin
14 Keputusan Naura
15 Efek Yang Menggila
16 Cowok Mengerikan
17 Kejadian Memalukan
18 Maafkan Naura, Bu
19 Penuh Rasa Bersalah
20 Reaksi Tak Terduga
21 Situasi Sulit
22 Bertubi-tubi
23 Suara Berat Yang Menusuk Telinga
24 Tidur DiRuangan Yang Sama?
25 Kamu?
26 Pertanyaan Memalukan
27 Seniat Itu?
28 Sebelum Naura Terkejut
29 Diusir?
30 Tegang?
31 Balas Dendam?
32 Harapan
33 Terpesona
34 Kompak
35 Pemberian
36 Wedding
37 Malam Pertama
38 Malam Pertama 2
39 Hanya Lihat
40 Takut Salah Paham
41 Salah Fokus
42 Keras
43 Apa Bisa?
44 Kabur?
45 Terlalu Cepat
46 Khawatir
47 Namanya Juga Cewe
48 Bisnis Gelap
49 Mas?
50 Apa Iya?
51 Nasi Goreng
52 Istri Saya
53 Disuapin
54 Apa Kamu Juga Bisa?
55 Punya Perasaan?
56 Dibelain Mertua
57 Bawaan Bayi
58 Diizin kan?
59 Bayi Kita
60 Posesif?
61 Dia Siapa?
62 Tiba-Tiba Sakit
63 Berlebihan
64 Nanti Juga Sayang
65 Mau Ditemenin
66 Orang Baik?
67 Kakak Kandung
68 Memalukan
69 Shut The Fuck Up!
70 Masih Malu
71 Maaf
72 Sakit Lagi?
73 Yang Nurut
74 Cantik?
75 Lah Kok Tau?
76 Mukanya Merah
77 Perkara Celana Dalam
78 Ada apa sebenarnya?
79 Selalu ikut campur
80 Aku Takut
81 Menakutkan Hal Yang Sama
82 Kalau Iya, Emang Kenapa?
83 Minta Dipeluk Semaleman
84 Cuma Bercanda
85 Naura Milik Regan
86 Makin Banyak Maunya!
87 Regan Juga Bisa Romantis
88 Hukuman?
89 Kok Sewot?
90 Damian Dan Melody
91 Salah Paham
92 Aku Cinta Sama Kamu
93 Kiss?
94 Minta Jatah
95 Suap-Suapan
96 Seperhatian Itu
97 Mantan
98 Kecupan
99 Bucin Yang Membahayakan
100 Debaran Jantung Yang Menggila
101 Mau Lebih?
102 Ciee Keramasss
103 Kasih Hukuman
104 Kok Bisa?
105 Sampai Gemetar
106 Mau Bilang Sayang?
107 Naura Cemburu?
108 Naura Menangis
109 I Lv U
110 Tanda Merah
111 Suami Macam Apa?
112 Lukanya Gak Bisa Hilang
113 Bawel
114 Bagas Gila!
115 Kaya Setan!
116 Maafin Aku
117 Pindah?
118 Layak Pakai?
119 Tidak Berhak
120 Sialan!
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Mimpi Buruk
2
Teman si Brengsek
3
Hamil?
4
Terlalu Lancang
5
Kenyataan Gila
6
Menghilang
7
Bertemu Dengan Orang Itu
8
Tidak Mau Bertanggung Jawab
9
Kesalahan Besar
10
Tanggung Jawab
11
Keluarga Regan
12
Gugup dan Takut
13
Nikahin
14
Keputusan Naura
15
Efek Yang Menggila
16
Cowok Mengerikan
17
Kejadian Memalukan
18
Maafkan Naura, Bu
19
Penuh Rasa Bersalah
20
Reaksi Tak Terduga
21
Situasi Sulit
22
Bertubi-tubi
23
Suara Berat Yang Menusuk Telinga
24
Tidur DiRuangan Yang Sama?
25
Kamu?
26
Pertanyaan Memalukan
27
Seniat Itu?
28
Sebelum Naura Terkejut
29
Diusir?
30
Tegang?
31
Balas Dendam?
32
Harapan
33
Terpesona
34
Kompak
35
Pemberian
36
Wedding
37
Malam Pertama
38
Malam Pertama 2
39
Hanya Lihat
40
Takut Salah Paham
41
Salah Fokus
42
Keras
43
Apa Bisa?
44
Kabur?
45
Terlalu Cepat
46
Khawatir
47
Namanya Juga Cewe
48
Bisnis Gelap
49
Mas?
50
Apa Iya?
51
Nasi Goreng
52
Istri Saya
53
Disuapin
54
Apa Kamu Juga Bisa?
55
Punya Perasaan?
56
Dibelain Mertua
57
Bawaan Bayi
58
Diizin kan?
59
Bayi Kita
60
Posesif?
61
Dia Siapa?
62
Tiba-Tiba Sakit
63
Berlebihan
64
Nanti Juga Sayang
65
Mau Ditemenin
66
Orang Baik?
67
Kakak Kandung
68
Memalukan
69
Shut The Fuck Up!
70
Masih Malu
71
Maaf
72
Sakit Lagi?
73
Yang Nurut
74
Cantik?
75
Lah Kok Tau?
76
Mukanya Merah
77
Perkara Celana Dalam
78
Ada apa sebenarnya?
79
Selalu ikut campur
80
Aku Takut
81
Menakutkan Hal Yang Sama
82
Kalau Iya, Emang Kenapa?
83
Minta Dipeluk Semaleman
84
Cuma Bercanda
85
Naura Milik Regan
86
Makin Banyak Maunya!
87
Regan Juga Bisa Romantis
88
Hukuman?
89
Kok Sewot?
90
Damian Dan Melody
91
Salah Paham
92
Aku Cinta Sama Kamu
93
Kiss?
94
Minta Jatah
95
Suap-Suapan
96
Seperhatian Itu
97
Mantan
98
Kecupan
99
Bucin Yang Membahayakan
100
Debaran Jantung Yang Menggila
101
Mau Lebih?
102
Ciee Keramasss
103
Kasih Hukuman
104
Kok Bisa?
105
Sampai Gemetar
106
Mau Bilang Sayang?
107
Naura Cemburu?
108
Naura Menangis
109
I Lv U
110
Tanda Merah
111
Suami Macam Apa?
112
Lukanya Gak Bisa Hilang
113
Bawel
114
Bagas Gila!
115
Kaya Setan!
116
Maafin Aku
117
Pindah?
118
Layak Pakai?
119
Tidak Berhak
120
Sialan!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!