Tragedi

Gea menoleh dengan kesal. "Kau lagi ... kau lagi!" ketusnya pada Radit.

Radit tertawa. "Kau mahu ke mana? Bagaimana dengan kabarmu?" tanyanya.

"Sebenarnya hal apa yang telah menimpaku, Radit?" tanya Gea.

"Ck! Lagi-lagi kau bertanya tentang hal yang sudah kau ketahui. Kau terjatuh. Sudah tidak usah terus bertanya. Kau mahu kemana?"

"Aku ingin menghirup udara segar saja. Aku akan pergi ke puncak D."

Puncaknya kecil. Bentuknya seperti huruf D. Jadi, mereka menyebutnya puncak D.

"Ya sudah ... kutemani saja."

"Bukankah kau harus menghapal biografi bahasa inggrismu itu? Sana ... selesaikan saja."

"Tidak mahu. Tahu beres saja. Tidak usah diambil pusing," jawabnya.

Gea melirik dengan tatapan tajam. "Apa kau menyogok lagi? Lagakmu ... uangmu memang banyak tapi setidaknya kau harus pikirkan dirimu sendiri."

"Justru itu ... aku memikirkan diriku sendiri. Bebanku terlalu banyak. Beban ini yang paling membandel untuk dihilangkan."

"Pemalas sekali. Besar nanti kau akan menjadi apa?"

"Takdir tak akan bisa ditebak ... bisa saja jadi pengusaha muda atau mati muda?" ucapnya.

"Hidupmu terlalu bebas, begitu pun ucapanmu. Bisa tidak kah kau membuatku sedikit lebih tenang kalau kau sedang bersamaku?"

"Tidak."

****

Sore hari. Gea dan Radit duduk berdua di puncak itu. Menatap pembangunan gedung tua itu dari jauh. Menatap sekeliling orang-orang yang sedang memukul padi. Menatap orang-orang yang berlalu lalang.

"Kau merasa tidak bahwa pembangunan gedung tua itu cepat sekali?" ceplos Radit.

"Maksudnya?"

"Bodoh! Maksudnya, terakhir tadi sepulang sekolah aku melihat masih banyak daun yang menjalar."

"Daun yang menjalar sangat mudah dibersihkan. Pegawainya memang banyak. Jika kau yang menyelesaikannya sendiri mungkin bisa memakan waktu sepuluh tahun. Coba kau lihat." Gea menunjuk gedung itu. "Sebelah kanan dan bagian atasnya juga masih ambruk. Bangunannya masih hitam, atapnya masih bolong dan satu lagi, masih tak enak dipandang."

"Kurasa ada yang aneh ... Gedung tua itu kira-kira akan dijadikan apa ya?"

"Kata Ibu ... dulunya gedung itu kebakaran."

"Apa ada korban?" tanya Radit dengan serius.

"Ada ... kata Ibu Ia seorang nenek tua yang terjebak."

Radit langsung mengganti topik pembicaraan.

"Kau melihat Via? Ke mana Via?"

"Dia harus mengantar Ibunya pergi membeli ikan untuk adonan pempeknya."

"Kurasa sudah terlalu lama kita berdiam di sini. Bagaimana kalau kita memutuskan untuk pulang?"

"Tumben ... biasanya kau tak mau pulang dari sini. Ada apa?"

"Ck! Kau ini terlalu banyak bertanya, terlalu pemikir dan terlalu penasaran. Sudah hampir malam. Lagi pula, aku harus menghapal biografi itu."

"Serius kau menghapalnya?" ucap Gea, tercengang. "Harusnya aku membawa mendali untukmu."

"Berikan saja aku uang."

"Ck! Kau memang mata duitan."

CITTTT ...

BRUKKKK

Suara tabrakan begitu keras, suara teriakan orang-orang mulai terdengar. Ya .. tepat di bawah sana, di hadapan Gea dan Radit.

Gea dan Radit langsung menoleh.

"Ada apa?" tanya Gea seraya terkejut.

"Tabrakan di pertigaan ... kita harus ke sana!" teriak Radit. Ia langsung menuntun Gea untuk berlari menuju pertigaan itu.

"Tunggu aku Radit!"

"Ayo, perbesar langkahmu itu! Kita tidak boleh melewatkan situasi ini. Kita lihat apa yang sudah terjadi," ujar Radit seraya berlari.

Langkahnya begitu besar. Berbeda dengan langkah Gea yang setengahnya dari langkah Radit.

"Aku lelah! Kau duluan saja!" kesal Gea.

"Tidak mahu. Aku ingin melihat berbarengan denganmu. Langkahmu payah sekali."

Hingga dideretan rumah-rumah, berbondong-bondong warga juga melihat kejadian itu.

"Apa yang telah terjadi?"

"Ada apa?"

"Terjadi kecelakaan!"

"Panggil ambulans!"

"Orangnya terlintas truk besar!"

"Panggil pemadam kebakaran!"

Situasi sangat huru-hara. Gea dan Radit semakin penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Di dalam desakan orang-orang di sisi jalan Gea dan Radit terus berdesakan, untuk melihat situasi itu.

"Permisi ...."

"Aku mau lihat."

Dan benar saja. Mobil truk bertabrakan dengan mobil pembawa bahan bakar kendaraan.

"Ya ampun! Darahnya bercucuran di mana-mana," ceplos Radit.

Melihat itu membuat Gea mual. "Ayo Radit, kita pulang saja!"

"Menjauh!" teriak seseorang dari jauh. "Mobilnya kemungkinan akan meledak."

Teriakan itu semakin membuat orang-orang semakin rusuh. Tentunya, desakan dari orang-orang itu membuat Gea dan Radit berpencar.

"Radit! Tunggu!" teriak Gea.

Terdengar suara Radit dari kejauhan berteriak. "Gea! Berlarilah menjauh! Selamatkan dirimu, Gea!" teriaknya.

Gea mendengar sayup-sayup suara Radit sudah mulai menghilang. Tubuhnya mulai bergetar ketakutan. Desakan orang-orang membuatnya terombang-ambing. Tak kenal menyerah, Ia terus ikut berlari mengikuti arah arus dari desakan orang-orang itu.

Gea terus mencari keberadaan Radit. Ya ... hatinya sedikit khawatir melihatnya. Melihat jarak Radit sudah jauh darinya, Ia sudah berada di depan sana. Radit pun terombang-ambing oleh desakan orang-orang.

Seseorang menginjak sandal Gea, hingga Gea terjatuh dan tengkurap. Beberapa orang menginjak-injak tubuhnya. Dengan cepat Gea langsung melindungi kepalanya.

"Aw! Berhentilah! Kakimu menginjak tubuhku!" teriak Gea. Tangisnya mulai pecah. "Ibu ...."

DUARRRRR

Kejadiannya begitu cepat. Mobil itu meledak. Ledakannya begitu hebat. Mereka sudah tak menginjak Gea lagi.

Gea merintih kesakitan seraya menangis. Ia mendongakkan kepalanya lalu terkejut. Semuanya sudah rata tak lagi berdesakan.

Dari atas berjatuhan tubuh-tubuh yang terkena ledakan itu.

Gea semakin tercengang. Tak lagi mampu bergumam. Ia melihat sekitar, menatap Radit saat itu sudah di tempat yang aman bersama warga-warga yang telah mendahuluinya. Mereka melihat langsung keadaan itu, termasuk mereka melihat Gea yang masih hidup.

Radit tercengang. "Gea! Gea!"

Kala itu, Gea bersama mayat mereka yang telah hangus terbakar.

"Ibu!" teriakku.

"Gea ...." teriak Radit. Radit hendak berlari membantunya, tetapi beberapa warga menahannya.

"Cepat bantu, Gea! Sebelum ledakan itu datang lagi!" teriak Bapak-bapak di sana.

"Tolong Pak! Buk! Gea, temanku masih hidup!"

"Tenang ... kami akan bantu, kau tak boleh berlari ke sana!" ucap seseorang menenangkan Radit.

"Gea ... menjauh Gea!" teriak Radit. "Pak! Sahabat saya! Bantu sahabat saya! Kalau dinanti-nanti Gea juga bisa mati, Pak! Kau tak memiliki hati!"

Gea terus berusaha merangkak menjauh di pertengahan mereka yang telah mati. "Ibu ...." Teriakannya berhasil menggetarkan hati Sera yang kala itu sedang menatap ke arah Gea.

Sera hanya bisa berdiri di depan sana. Tubuhnya kaku, Ia hanya bisa menatap tak percaya. "Gea!" teriak Sera dengan histeris. Sera yang hendak berlari, lagi-lagi ditahan beberapa warga di sana. "Lepas! Kalian tak boleh seperti ini! Dia anakku!"

"Bahaya!"

Keadaan Gea memprihatinkan. "Ibu ...." Gea terus meringis kesakitan seraya merangkak. "Ibu ...."

"Ah! Lepas!" Sera histeris. "Pak! Kalau sampai anak saya kenapa-kenapa! Aku tak akan memaafkan kalian yang tak menolongnya! Lepas!"

"Tenang!"

"Pak-pak bantu Pak!"

Tak lama, mobil pemadam kebakaran dan polisi datang.

"Pak! Tolonglah! Tolong dia Pak!" ucap warga pada Gea.

Karena jarak Gea cukup jauh dengan tempat aman mereka.

"Pak, pak!" teriak warga kepada pemadam kebakaran yang baru saja datang.

"Pak! Tolong Gea!"

Suara ramai itu mengalihkan perhatian pemadam kebakaran. Mereka langsung berbondong-bondong berlari ke arah Gea.

Dari jauh, pemadam lain langsung memadamkan apinya.

Gea terus merangkak. "Ibu ... tolong Ibu!" teriaknya. Suaranya sudah mulai habis. Tak peduli akan luka di tubuhnya, Gea terus merangkak. "Ibu ... aku kesakitan."

"Pak! Lepaskan!" Radit terus berusaha berlari ke arahku. "Gea! Gea aku akan menolongmu! Lepas Pak! Sahabat saya sedang dalam kondisi berbahaya!"

"Kau akan mati juga kalau kau ke sana!"

Pemadam kebakaran dan petugas keamanan yang sudah dikerahkan langsung dengan cepat membantu Gea. Mereka menopangnya, berlari dengan cepat ke tempat yang lebih aman.

Ledakan kedua lagi-lagi terjadi.

DUARRRRR

Gea dan pemadam yang menopangnya langsung tersungkur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!