Episode 4

Spontan,

Ibu pun pada akhirnya pingsan jatuh ke lantai. Ayah yang mencoba memberikan pertolongan kepada Ibu lantas segera membawa Ibu ke lantai atas kemudian menidurkan Ibu dikamar. Setelah itu, Ayah meminta Nenah untuk sejenak menemani Ibu.

Sementara itu,

Ayah pun bergegas kembali ke ruang tamu dan membentak wanita itu yang masih duduk di sofa ruang tamu kami.

Posisiku sendiri tentu saja menangis histeris melihat Ibu yang aku pikir sudah mati pada saat itu.

Karena seumur - umur, Ibu tidak pernah pingsan.

Sejak kejadian tersebut, definisi hari Minggu merupakan hari memori buruk diingatan Ayu kecil.

●●●

"Bangs*t, jal*ng, sialan, ngapain datang kerumah, hah?" Tanya Ayah dengan penuh amarah kepada wanita itu.

Alih - alih berpikir bahwa Ayah akan mengasihani dirinya, dirinya pun lantas menyesali perbuatannya karena tidak menuruti perintah Ayahku.

Di ketahui memang wanita tersebut di perintahkan Ayah untuk tidak pernah menampakan diri di rumah kami, hubungan Ayah dan wanita itu akan langgeng dan berjalan sesuai keinginan wanita itu, jika patuh.

Namun karena wanita itu memiliki sifat ego yang tinggi, membuatnya serasa rendah karena tak kunjung di nikahi oleh Ayahku. Alih - alih ingin menghancurkan rumah tangga Ayah dan Ibuku,

Pertengakaran hebat lah yang wanita itu dapatkan setelah apa yang sudah dirinya buat.

Pertengkaran antara wanita itu dan Ayahku membuatku tidak karuan, kakak pertamaku yang mencoba menenangkan aku. Kakak keduaku yang mencoba melerai keduanya. Entahlah, sampai kapan memori ini hilang dari ingatanku, benar - benar hari Minggu yang buruk yang pernah aku temui.

Hari demi hari, Ibu tidak pernah mengeluarkan satu patah dua patah katapun. Tatapannya pun selalu terlihat kosong. Seperti bukan Ibu yang kami kenal.

Aku? Yaaa aku yang selalu ceria kini murung, semua keluarga hangat berubah menjadi dingin. Tidak ada tanda - tanda kehidupan lagi dirumahku.

Aku merasa paling hancur melihat seseorang yang kami cintai dan kami banggakan tega melakukan kesalahan yang memalukan.

Namun, yang lebih terpukul adalah kakak - kakak dan Ibu kami. Kakak pertamaku Ana, dia selalu mengurung dirinya di kamar, bahkan sepulang dari kampus, terkadang pulang kerumah, bahkan terkadang tidak pernah pulang sama sekali.

Kakak keduaku yang memiliki gengsi tinggi, tidak berani meminta bekal kepada Ayah, yang pada akhirnya tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibu, dia berhutang kesana kemari untuk membeli kuota game.

Lalu bagaimana dengan pelaku utama?

Siapa?

Ayah?

Ya.

●●●

Alih - alih menyesal karena membuat kesalahan fatal. Ayah kami malah pergi meninggalkan kami semua, entahlah Ayah pergi kemana. Ayah pergi bukan atas dasar penyesalannya, melainkan karena geram dengan sikap kami yang dingin kepada Ayah.

Ibu? Seperti mayat hidup.

Semuanya? Sesaat.

●●●

"Non, Bibi sudah buatkan makanan kesukaan Non Ayu. Yu makan!" Ucap Bi Nenah kepadaku.

Aku mendengar apa yang Bi Nenah katakan,

Tapi mulutku tidak bertenaga untuk mengungkapkan begitu sakitnya aku.

Aku tahu, tidak semua yang aku rasakan, oranglain harus kena getahnya, dengan harus memahami aku.

Namun entahlah, rasa sakit yang Ayahku ukir begitu dalam hingga mengalahkan rasa ego ku.

Walaupun usiaku masih sangat kecil untuk memahami kejadian demi kejadian yang ada di keluargaku, namun aku melihat Ibuku.

Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, semenjak kejadian itu, Ibu berubah menjadi wanita yang tidak pernah kami kenal.

Itu mengapa, aku paham bahwa rasa sakit Ibu lebih besar daripada sakit yang aku rasakan saat ini.

"Ayu, apakah kamu bahagia" ucapku dalam hati.

"Ya, sesekali bahagia, terkadang merasa hampa" jawabku kembali dalam hati.

Terpopuler

Comments

Whina22

Whina22

cup cup cup sini sini pelukkkk 🤗🤗🤗

2024-08-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!