"Lanjutkan pekerjaan mu, aku akan pergi." Bohong kalau Al tidak merasakan sensasi aneh saat kulit mereka bersentuhan. Munafik jika dia ingin menyangkal bahwa dia merasa jijik pada sentuhan itu.
"Baik."
Bella mulai memasak nasi gorengnya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Al yang berencana pergi sama sekali tidak pergi, dia hanya sedikit menjauh namun kedua matanya masih saja fokus pada Bella.
Sebenarnya, dia ingin mengulang momen saat mereka berpelukan tadi. Al merasa nyaman, dan tubuh Bella sangat hangat.
Setelah nasi goreng masak, Bella membuat untuk dirinya sendiri, namun matanya terbuka lebar ketika menyadari bahwa Al tidak pergi sama sekali.
"Tiba-tiba aku lapar, apa kau memiliki lebih?" Al jujur saat mengatakan bahwa dia lapar. Nasi goreng buatan Bella sangat berbeda, aromanya menggugah selera hingga perutnya ingin di isi.
"Tentu, saya akan mengambilnya untuk anda." Dengan senang hati, Bella membuat piring untuk Al. Dia memuji dirinya sendiri karena melebihi porsi nasi gorengnya.
Keduanya makan dengan damai, sesekali Al akan melirik ke arah Bella yang begitu menikmati masakannya.
Bahkan Al yang jarang tersentuh pada makanan pun ikut memuji kelezatannya. Sepertinya, di masa depan dia bisa meminta Bella membuatnya untuknya.
"Bukankah banyak wanita takut gemuk saat makan larut malam?" Setelah selesai, bukannya langsung pergi. Al malah mengajak Bella berbicara.
"Apa anda keberatan jika saya terlihat gemuk?"
"Tentu saja tidak, bahkan lebih bagus jika kau sedikit berisi. Itu akan menonjolkan bagian-bagian yang masih terlihat sedikit kecil." Secara tidak sengaja, Al mengatakan hal-hal berani sambil sesekali melirik ke arah Bella.
"Apa maksud anda?" Bella masih belum paham dengan cara Al berbicara.
"Tidak ada. Aku tidak keberatan jika kau sedikit gemuk, itu akan membuat mu terlihat sehat." Al merutuki lidahnya yang berani mengucapkan hal-hal yang belum seharusnya di ajukan.
"Baiklah, saya akan melakukannya dengan baik."
Tentu saja Bella tidak keberatan, lagi pula dia memang ingin sedikit berisi agar lebih terlihat seperti wanita normal.
"Dan berhenti mengucapkan kata 'saya' serta memanggil ku tuan atau tuan muda. Itu sangat mengganggu."
Ini kedua kalinya ada orang yang tidak ingin dia menggunakan bahasa formal saat berbicara.
"Baik, lalu apa yang harus ku sebut saat berbicara dengan Anda?"
"Suamiku. Panggil saja seperti itu." Tiba-tiba saja Al ingin mendengar panggilan mesra itu dari bibir merah muda istrinya.
"B-baik, Suamiku." Meski merasa janggal dan aneh, tapi Bella tetap melakukannya.
"Sekarang kembali lah ke kamar." Lalu, Al pergi meninggalkan Bella yang masih sedikit tercengang.
Tiba-tiba saja, hubungannya dengan Al berkembang ke arah yang sebelumnya dia sendiri takut untuk membayangkannya.
...
Alana yang mendapatkan kiriman dari Albert tentang aktivitas Al dan Bella menjadi bersemangat. Dia yang belum tertidur segera membangunkan sang suami.
Devan yang saat itu tertidur lelap, menjadi tidak berdaya ketika melihat istrinya membangunkannya dengan ekspresi bahagia.
"Ada apa, Sayang? Kenapa kau belum tidur hingga larut? Dan bahkan membangunkan ku?"
"Aku mendapatkan rekaman dari Albert. Putra kita sedang merayu menantu kita."
Pada awalnya Devan tidak terlalu memikirkan masalah pernikahan tersembunyi sang putra. Dia bahkan tidak percaya bahwa putranya yang dingin serta memiliki reputasi sebagai gay berhasil menikahi seorang wanita, namun sekarang dia mulai mempercayainya.
"Tidak bisakah kita melihatnya besok?"
"Jika itu besok, maka tidak akan menarik." Alana mulai memutar hasil rekaman cctv yang Albert kirim padanya. Devan yang awalnya tidak berencana ikut menonton menjadi tertarik saat melihat senyum bahagia istrinya. Senyum yang sudah lama tidak dia liat.
Pada akhirnya, keduanya sama-sama menonton acara Al yang mengawasi Bella membuat nasi goreng, hingga momen Bella yang hampir terjatuh.
Kini, Devan sedikit mengagumi menantu perempuannya. Sang putra tidak merasa jijik saat mereka berpelukan, hal yang tidak pernah dia saksikan di masa lalu.
"Apa kau sudah percaya sekarang? Putra kita akhirnya menjadi pria normal, dan sebentar lagi aku akan menimang cucu."
"Hm, sepertinya Al memiliki mata yang bagus."
"Tentu saja."
"Tapi bagaimana dengan keluarganya? Aku takut mereka akan menjadi bom waktu."
"Tenang saja, sejak mereka menyerahkan menantu kita demi cek kosong itu. Mereka tidak berhak mengatur atau mengendalikan menantu ku. Dan aku percaya jika menantu ku tidak mudah di manipulasi."
"Semoga saja apa yang kau katakan itu benar."
"Aku yakin itu akan benar."
...
"Selamat pagi, Suamiku." Sapaan Bella menghentikan segala macam jenis pekerjaan yang pelayan lakukan di meja makan.
Jika biasanya Bella akan menyapa dengan kata 'tuan muda' maka sekarang kata itu di ganti menjadi 'suamiku'
Tiba-tiba saja mereka merasa bahwa ada kejadian besar yang terlah mereka abaikan. Semua pelayan kecuali Albert ingin tahu apa yang sudah terjadi tadi malam.
Apa tuan dan nyonya mereka sudah menyelesaikan tahap terakhir pernikahan? Atau, mereka memutuskan saling terbuka lalu mulai jatuh cinta satu sama lain.
Al yang mendengar sapaan lembut Bella, dengan panggilan baru yang tadi malam dia minta sedikit senang. Dia berpikir bahwa harinya akan suram seperti biasa, namun siapa yang menduga bahwa itu akan hancur ketika mendengar suara Bella.
"Hm." Itu sudah menjadi jawaban Al, dan Bella tidak merasa keberatan.
Para pelayan segera menyelesaikan tugas mereka dan sarapan pagi akhirnya di mulai.
Untuk kedua kalinya, semua pelayan dibuat terkejut. Bagaimana tidak, beberapa kali Al meminta Bella mengambilkan hidangan lalu memasukannya ke piring. Al berubah bukan seperti Al yang biasanya.
"Jika kau ingin sesuatu, minta Albert atau Sonia yang melakukannya. Jangan pernah pergi dari rumah tanpa izin ku." Setelah sarapan, Al tanpa penyesalan pergi seusai memberikan peringatan pada Bella.
"Baik, hati-hati di jalan dan semoga hari mu menyenangkan suamiku." Bella mengantar kepergian Al hingga pintu utama.
Setelah mobil pria itu menghilang. Bella kembali ke kamar lalu melanjutkan lukisannya.
Kali ini, entah di sengaja atau tidak. Bella melukis sosok Al yang sedang duduk di balkon sambil menatap ke arah kebun bunga.
Tentu saja Bella mengambil sudut pandang dari belakang Al. Jadi, hanya terlihat punggung lebar Al dan kebun bunga.
Biasanya, proses melukis bisa memakan waktu yang lama. Tapi, untuk hari ini. Bella melakukannya dengan cepat, entah karena hatinya sedang bahagia atau dia mendapat inspirasi.
Yang jelas, lukisan minyak itu akhirnya selesai setelah pukul tiga sore. Sonia yang melihat hasilnya langsung memuji, tidak lupa mengabadikan momen tersebut lalu mengirimnya pada Albert untuk di teruskan pada keluarga Wesly.
Mereka tidak akan memberitahu Al. Hal tersebut tidak akan menjadi kejutan lagi jika Al tahu bahwa Bella sengaja melukis sosoknya. Biar pria itu terkejut saat Bella sendiri yang menyerahkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments