Di rumah kos Kinan ...
Sepulang dari kantor milik Kio, gadis cantik berhijab itu merebahkan tubuhnya di kasur empuk yg berukuran sedang yg terletak di dekat jendela kamar kosnya
"Ya Allah, berikanlah hamba petunjuk mu agar segala pilihan yg saya ambil akan menjadi berkah", ucap Kinan sebagai doa nya.
Kinan tertidur hampir 1 jam dan dia segera melaksanakan sholat ashar. Setelah itu, dia menghubungi keluarga nya dikampung untuk menanyakan lamaran dari Mas Kio.
Tut ... tut ... tut ... (Panggilan telepon Kinan kepada Ayahnya di desa)
"Assalamualaikum Ayah"
"Waalaikumsalam Kak"
"lho dek? mana ayah?"
"ayah lagi ke rumah Pak RT, anak nya besok nikah. Tetangga bantu-bantu disana"
"oalah ... mana ibu, Dek?"
"Ibu lagi jemur baju dibelakang kak. Mau adek panggilin?"
"eh eh eh ... ga usah deh. hmmm... kakak titip pesan aja yaaa. Bilangin ke Ayah, nanti klo Ayah, Ibu sudah tidak sibuk lagi. Minta tolong buat telepon kakak ya?"
"oke kak. hmmm, kakak baik-baik saja kan?"
"Alhamdulillah baik kok. Ayah, Ibu baik juga kan ya? kakak sampek lupa tanya kabar"
"Alhamdulillah sehat walafiat kak"
"yaudah ya dek. Kakak tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam kak"
Ada kegundahan hati Kinan karena belum memberikan kabar lamaran Mas Kio kepada Ayah dan Ibunya. Dalam lamunannya, tiba-tiba ada pesan dari nomor tidak dikenal.
082345xxxx
Assalamualaikum 😊
"Siapa ini? salah sambung mungkin", gumam Kinan dan segera meletakkan handphone nya. Tetapi, ada beberapa pesan secara beruntun dari nomer itu.
082345xxxx
Kenapa di read? apakah saya mengganggu mu?
082345xxxx
Kinan? halo? saya menunggu balas pesanku ini 😳
082345xxxx
Saya tunggu balas pesanmu.
Kinan? Sayang? Halo? Kamu baik-baik saja kan?
Mata Kinan membulat karena sebuah kata 'Sayang'. Dia berpikir siapa yg berani memanggil nya dengan kata aneh itu. Akhirnya dia membalas pesan itu dengan sikap yg sedikit ketus.
^^^085987xxxx^^^
^^^Who?^^^
082345xxxx
Kamu tidak tahu aku?
^^^085987xxxx^^^
^^^No^^^
Dalam seperkian detik, panggilan mendadak dari nomer tidak dikenal itu membuat jantung Kinan berdetak kencang. Tanpa menunggu lama, dia menarik tombol merah.
Dan, nomer itu memanggil lagi. Hampir 5x nomer itu menghubungi nya. Akhirnya, Kinan mengangkat nomer itu.
"Assalamualaikum? dengan siapa saya bicara"
"Waalaikumsalam. Indahnya suara merdu calon istriku"
"Ya Allah. Mas Kio?"
"Iya, ini saya. Kenapa lama sekali mengangkat teleponku?"
"Maaf mas, saya kira salah sambung"
"Saya bukan salah sambung. Saya adalah calon suamimu"
"Maaf ya Mas. Hmmm ... Mas Kio bukan calon suami saya. Kan saya belum setuju, Mas"
"Saya tidak mau tau. Pokoknya saya adalah calon suamimu. Titik"
"Tapi ..."
"Lusa, saya akan ke rumahmu di desa"
"hah? lho, Mas?"
"Saya tunggu kamu besok di ruangan saya. Assalamualaikum"
Panggilan tertutup sebelum Kinan menjawab salamnya.
Rumah Kio Adness
Kio duduk di tepi ranjang kamarnya. Dia tiba-tiba mematikan panggilan nya karena ibu tercinta masuk kedalam kamarnya.
"Kiki, sayang?", dengan lembut Mama Kio memanggil putra sulungnya itu.
"eh ... eh ... Mamaku sayang. Kok ga ketuk pintu dulu sih, Ma?", jawab Kio dengan gagap karena dia hampir ketahuan telpon dengan seorang perempuan. Untuk sekedar informasi, Kio tidak pernah dekat dengan perempuan siapapun kecuali Kinan. Gadis itu adalah perempuan pertama dalam hidupnya. Oleh karena itu, apabila Mamanya tahu kalau Kio dekat dengan seorang perempuan. Laki-laki tampan dan 'ehem' sholeh tersebut bisa-bisa dia akan dirundung berbagai jenis pertanyaan oleh perempuan yang telah melahirkan.
"Ngapain Mama ketuk pintu dulu? Apakah kamu menyimpan sesuatu disini?, selidik Mama Andin, nama ibu Kio.
"Ga kok, Ma. Apaan sih", tanpa Kio sadari pipi putihnya merah merona. Dan Mama Andin sadar akan hal itu jika putra kesayangannya ini sedang jatuh cinta.
"Iya iya ... Mama minta maaf. Oh ya kak, ke ruang tengah sana. Papa mau ngomongin sesuatu sama kamu", suruh sambil mengusap lembut pundak Kio.
"Iya"
Mama dan Kio langsung berjalan ke luar kamar menuju ruang tengah.
"Pa?", panggil Kio kepada Papanya yg sedang asyik membaca koran dengan secangkir teh hangat di depan meja.
"Oh, putra papa", jawab Papa Adness, nama papa Kio.
"Ada apa, Pa?", Kio menduduki sofa single didepan kedua orangtuanya. Entah mengapa, dia merasa atmosfer suasana di dalam ruangan itu menjadi mencekam dan serius. Kio berusaha tetap tenang. Karena dia juga ingin mengungkapkan keinginannya untuk menikah dengan Kinan. Cinta pertamanya.
Sedangkan, Papa Adness dan Mama Andik saling pandang karena mendengar pertanyaan dari putra sulung mereka.
"Papa ingin kamu menikah dengan anak sahabat SMA papa di desa, Ki", ucap Papa Adness dengan tegas.
Jder!!!
Bagaikan disambar dengan petir. Kio diam membeku. Seketika, dia lupa bagaimana berbicara. Dia bingung dengan pernyataan dari papanya.
"Ki?", panggil Mama Andin dengan lembut kepada putranya. Dia tau, jika putranya pasti tidak akan setuju dengan ide dari dia dan suaminya.
"Papa akan mengajak mu bertemu dengan keluarga sahabat Papa besok, Ki. Papa harap kamu menyetujuinya. Papa yakin jika kamu masih ingat dengan janji kamu dengan papa. Kemarin adalah hari terakhir kamu mencari calon istri sesuai dengan pilihan mu. Selama sebulan, kamu tidak mengatakan apa-apa tentang calon istrimu. Jadi, tadi pagi papa menghubungi sahabat papa untuk menanyakan putri mereka. Dan Alhamdulillah, putri dari sahabat papa belum menikah.", jelas Papa sambil menatap dengan intens kepada Kio.
"Papa tidak ingin jawaban mu. Karena ini adalah keputusan papa sesuai dengan janjimu yang tidak kamu tepati. Mau atau tidak, kamu tetap akan menikah dengan putri dari sahabat papa", lanjut Papa sambil meninggalkan ruangan itu.
Kio masih diam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia adalah laki-laki yang harus menepati janji. Sesuai dengan janjinya kepada papanya, dia harus menerima keputusan orangtuanya dengan ikhlas.
Apakah cinta pertamanya akan pergi begitu saja sebelum dia memulai?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments